Rangoon (voa-islam.com) -
Sebuah keputusan yang sangat rasialis dan tidak manusiawi, nampaknya
akan diambil oleh pemerintah Myanmar. Di mana pemerintah dalam
menghadapi minoritas Muslim Rohingya, menginginkan kelompok minoritas
Muslim Rohingya itu, dikeluarkan dari Myanmar ke negara lain.
Ratusan
bikshu Myanmar menggelar unjuk rasa mendukung usulan Presiden Thein
Sein, yang ingin membuang minoritas Rohingya ke negara lain. Gagasan
Thein Sien yang sangat ekstrim itu, mendapatkan dukungan para bikshu
yang menanggapi dengan sangat antusias. Mereka menggelar aksi
demonstrasi di ibukota Myamar, Mandalay. Para bikshu berduyun-duyun
menuju pusat kota, dan menyatakan dukungannya kepada Presiden Thein
Sein, yang berkehendak membuang Muslim Rohingya.
Demonstrasi
besar itu berlangsung di Mandalay, kota terbesar kedua, Minggu. Ini
merupakna indikasi terbaru, di mana para bikshu Budha itu menaruh
kebencian yang sangat mendalam terhadap Muslim Rohingya. Nampaknya
para bikshu itu masih belum puas dengan membakar kampungkampung dan
membunuh Muslim Rakhine Juni lalu. Akibat kekerasan itu, sedikitnya 83
orang tewas dan puluhan ribu tercerabut dari kampung halaman mereka.
Para
bikshu Budha itu memegang spanduk bertuliskan, "Siapkan diri anda
mendukung presiden". Sementara itu, para bikshu lainnya, dengan keras
mengkritik utusan HAM PBB,Tomas Ojea Quintana, yang mereka tuduh bias
mendukung Muslim Rohingya.
Pemimpin
demonstrasi, seorang bikshu bernama Wirathu, mengatakan kepada kantor
berita AFP bahwa protes ini adalah untuk "Supaya dunia tahu bahwa
Muslim Rohingya tidak menjadi bagian kelompok etnis Myanmar sama
sekali".
Wirathu dipenjara pada tahun 2003, karena memimpin gerakan "bumi hangus" terhadap Muslim Rohingya.Wiratu dijatuhi hukuman 25 tahun, namun dibebaskan Januari tahun ini dengan amnesti presiden.
Para
biarawan mengatakan mereka akan menunjukkan dan berbaris selama tiga
hari berikutnya dan berharap lebih banyak orang untuk bergabung dengan
mereka.
Kezaliman Terhadap Minoritas
Muslim
Rohingya secara sistematis dihancurkan oleh kelompok mayoritas Budha di
Myanmar. Dengan berbagai tindakan yang sangat biadab. Membakar kampung
halaman mereka, merusak ekonomi mereka, sampai mengusir Muslim Rohingya
dari kampung halaman mereka secara brutal.
PBB menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kejahatan yang terjadi
di Myanmar yang dilakukan oleh rezim Budha di Myanmar, yang membantai
Muslim Rohingya dengan semena-menan.
Rohingya
ditolak kewarganegaraan mereka di Myanmar, meskipun banyak keluarga
mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.
Kelompok-kelompok
HAM menyatakan pemerintah tidak berusaha menghentikan kekerasan pada
awalnya dan kemudian berbalik pasukan keamanan terhadap Muslim Rohingya
dengan pembunuhan yang ditargetkan, pemerkosaan, penahanan massal dan
penyiksaan.
Myanmar
menganggap Muslim Rohingya menjadi imigran gelap dari Bangladesh namun
Bangladesh juga menolak mereka, membuat mereka tanpa kewarganegaraan.
PBB
memperkirakan bahwa 800.000 Rohingya tinggal di Myanmar dan presiden
negara itu mengatakan masalah di Rakhine negara adalah urusan internal
negara dan tidak boleh campur tangan masyarakat didunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar