data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Senin, 31 Desember 2012

Chicarito, Striker MU Pengagum Nabi Muhammad.

Jika Anda pecinta Club Manchester United (MU), pasti tahu pemain yang ada di samping ini! Ya, dia adalah striker tim sepakbola Manchester United (MU) Inggris, Javier Hernández Balcázar alias Chicarito yang berasal dari Mexico.

Jika Anda memperhatikan setiap Chicharito bermain sebagai starter, baik saat membela MU atau Mexico dia selalu berdoa layaknya seorang Muslim setiap kali akan memulai pertandingan. Pemain asal Meksiko ini menengadahkan kedua tangan sambil menatap ke atas. Fans MU dan umumnya penonton Liga Premier Inggris pun dibuat bertanya-tanya, apakah dia seorang Muslim?

Dari berbagai sumber terpercaya diketahui, Chicharito adalah seorang penganut Katolik Meksiko. Cara berdoa para penganut Katolik Meksiko memang sama atau mirip seperti cara berdoa seorang Muslim. 

Bahkan, gaya berdoa Chicharito mendapat protes dari kaum anti-Katholik di Glasgow, Skotlandia, saat MU akan bertanding dalam Liga Champion tahun lalu melawan Glasgow Rangers.

Namun demikian, seperti dilansir faktanews.com, yang selalu diucapkan Chicharito adalah doa yang biasa diucapkan seorang muslim yang artinya “Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201).

Menurut Chicharito, do’a umat Islam tersebut ibarat senjata yang amat sangat ampuh mengalahkan musuh. Ia pun banyak mencetak gol untuk MU dan kariernya bersinar di Old Trafford.

Menurut faktanews.com, dari hasil penelusuran, ternyata Chicharito juga mengagumi Nabi Muhammad. Hal ini diungkapkannya pada akun situs website pribadinya:

“Yo no estaba musulmanes, pero realmente saludamos la verdad del Islam que Mahoma ha traído de mucho ser un buen ejemplo para todo su pueblo” 
(“Saya ini bukan Muslim, akan tetapi saya sangat kagum dengan Islam yang dibawa Muhammad yang sangat menjadi contoh yang baik bagi seluruh umatnya”),

Bahkan untuk pengakuannya yang terakhir juga pernah dilansir oleh situs berita besar seperti CNN News, CNN Melansir ucapan chicarito yang bunyinya seperti ini:

chicarito loves muhammad Chicarito: Aku Bukan Muslim tapi pengagum berat Nabi Muhammad dan Agama Islam

“I’m not a Muslim, but I do admire the Prophet Mohammad S.A.W and Islam.

Meskipun kini terkenal sebagai salah satu pemain berbakat yang pernah dimiliki Manchester United, tetapi chicarito juga pernah dikabarkan ingin pensiun dini dari sepakbola beberapa tahun silam.

Hal ini terkait dengan ketidakmampuannya mencetak jumlah gol yang diharapkan oleh dirinya dan tim. Sejak itulah chicarito menjadi lebih relijius dan kerap berpose sedang berdoa (tampak seperti gambar diatas) sebelum peliut awal pertandingan dibunyikan.

Malam "Jahannam" Tahun Baru Banyak Digunakan Remaja Berbuat Seks Bebas.

JAKARTA (VoA-Islam) - Bukan rahasia umum, setiap malam pergantian tahun kerap digunakan pasangan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Pria biasanya mengawali aksinya dengan rayuan dan janji untuk bertanggung jawab agar pasangannya yakin.

Di malam tahun baru itu, ada  pria yang merayu dengan meminta pembuktian cinta dan sayang dari sang kekasih. Biasanya, remaja yang larut dalam kemeriahan malam tahun baru dan hari valentin mau saja menuruti ajakan itu.

Perbuatan itu juga tidak lepas dari lemahnya kontrol orangtua terhadap anak. Pengawasan ketat yang dilakukan sebelumnya diberikan pengecualian pulang malam di hari itu. Beberapa pria yang mengetahui peluang itu sengaja mengajak pasangannya menginap di hotel dengan alasan pulang kemalaman.

Dengan memahami sejarah munculnya perayaan tahun baru kita bisa memastikan bahwa tahun baru Masehi sejatinya termasuk bagian perayaan orang non-Muslim dan masih satu rangkaian dengan kegiatan mereka selama Natal.

Sejarah Tahun Baru

Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang. Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan.

Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings.

Menurut kepercayaan bangsa Romawi Kuno, Janus adalah dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” in Mélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400).

Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum Muslimin. Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi.
Acara ini terus dirayakan oleh masyarakat modern dewasa ini, walaupun mereka tidak mengetahui spirit ibadah pagan adalah latar belakang diadakannya acara ini. Mereka menyemarakkan hari ini dengan berbagai permainan, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dan sebagainya.

Turut merayakan tahun baru statusnya sama dengan merayakan hari raya orang kafir. Dan ini hukumnya terlarang. Di antara alasan statemen ini adalah:

Pertama, turut merayakan tahun baru sama dengan meniru kebiasaan mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk meniru kebiasaan orang-orang yang melakukan perbuatan mungkar dan buruk, termasuk perbuatan orang-orang kafir. Beliau bersabda: “Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut,” (Hadits shahih riwayat Abu Daud)

Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan: “Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan (hari raya orang majusi), dan meniru kebiasaan mereka, sampai mati maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”

Kedua, mengikuti hari raya mereka termasuk bentuk loyalitas dan menampakkan rasa cinta kepada mereka. Padahal Allah melarang kita untuk menjadikan mereka sebagai kekasih dan menampakkan cinta kasih kepada mereka. Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu,” (QS Al-Mumtahanah: 1).

Ketiga, Hari Raya merupakan bagian dari keyakinan dan doktrin keyakinan, bukan semata perkara dunia dan hiburan. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah:

Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha,” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).

Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang Majusi, sumber asli dua perayaan ini.

Namun mengingat dua hari raya tersebut adalah perayaan orang kafir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.
Turut bergembira dengan hari raya orang kafir, termasuk terlarang

Karena itu, turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya bermain-main, tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang terlarang, karena termasuk turut mensukseskan acara mereka.

Keempat, Allah berfirman, menceritakan keadaan ‘ibadur rahman (hamba Allah pilihan): “Dan orang-orang yang tidak turut dalam kegiatan az-Zuur…

Sebagian ulama menafsirkan kata ‘az-Zuur’ pada ayat di atas dengan hari raya orang kafir. Artinya berlaku sebaliknya, jika ada orang yang turut melibatkan dirinya dalam hari raya orang kafir, berarti dia bukan orang baik.

STOP!! Perayaan Tahun Baru Masehi = Hari Raya Kafir Penyembah Dewa

Enam hari setelah Natal 25 Desember, tibalah tahun baru Masehi tanggal 1 Januari. Umat kristiani biasa menggabungkan ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru. Tak sedikit umat Islam yang latah terjebak promosi kekafiran dengan mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru Masehi.

Bahkan ikut-ikutan merayakan pergantian tahun baru dengan gebyar maksiat. Demi menunggu momen pukul 00.00 mereka rela menghambur-hamburkan dana secara mubazir untuk pesta kembang api, pesta miras, festival hiburan yang berbaur pria dan wanita, perzinaan dan pesta maksiat lainnya.

Tak sedikit waktu, dana, tenaga dan pikiran yang dibuang percuma demi tahun baru. Padahal Allah SWT memperingatkan bahwa para pemboros itu adalah saudaranya syaitan yang sangat ingkar kepada Tuhan (Qs Al-Isra’ 26-27).

Dalam tinjauan akidah, para ulama yang berkompeten telah memfatwa haram ucapan Selamat Tahun Baru Masehi, terlebih merayakan pestanya.

Komisi Fatwa Saudi Arabia (Al-Lajnah Ad-Daimah lil-Buhuts Al-‘Ilmiyyah wal-Ifta’) dalam Fatawa nomor 20795 menyatakan bahwa mengucapkan Selamat Tahun Baru Masehi kepada non muslim tidak boleh dilakukan oleh seorang Muslim karena perayaan tahun baru tidak masyru’ (tidak disyariatkan).” Fatwa ini ditandatangani oleh: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah Alu Syaikh, Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan, Syaikh Shalih Al-Fauzan, dan Syaikh Bakr Abu Zaid.

Senada itu, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, dengan tegas menyatakan bahwa umat Islam dilarang mengucapkan Selamat Tahun Baru Masehi (Miladiyah), karena ia bukan tahun syar’i. Bahkan apabila memberi ucapan selamat kepada orang-orang kafir yang merayakan hari raya Tahun Baru, maka orang ini dalam keadaan bahaya besar berkaitan dengan hari-hari raya kekafiran.

Karena ucapan selamat terhadap hari raya kekafiran itu berarti senang dengannya dan mensupport kesenangan mereka, padahal senang terhadap hari-hari raya kekafiran itu bisa-bisa mengeluarkan manusia dari lingkaran Islam, sebagaimana Ibnul Qayyim rahimahullah telah menyebutkan hal itu dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz-Dzimmah. (Liqoatul Babil Maftuh, juz 112 halaman 6).

Ibnul Qayyim berkata, “Adapun memberi ucapan selamat kepada simbol-simbol khusus kekafiran, (hal tersebut ) adalah haram menurut kesepakatan ulama…” (Ahkamu Ahlu Ad-Dzimmah, 1/441).

Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili dalam situsnya juga mengharamkan ucapan Selamat Tahun Baru Masehi karena perbuatan tersebut termasuk tasyabbuh (meniru kebiasaan orang kafir) kepada kaum Kristen yang mana mereka saling mengucapkan selamat ketika awal tahun baru Masehi. Tasyabbuh dengan mereka diharamkan oleh Rasulullah SAW.

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Rasulullah SAW sudah mewanti-wanti umatnya tentang bahaya tasyabbuh terhadap orang Persia, Romawi, Yahudi dan Kristen. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang biawak, pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri).

Para ulama itu memperingatkan strategi pemurtadan yang dikemas dengan pencampuradukan antara al-haq dan kebatilan, sesuai firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 109, Ali-Imran 69, 99, 149, dan Al-Hijr 9.

Momentum Tahun Baru ini tidak luput dari pencampuradukan antara al-haq dan kebatilan, propaganda kepada kekufuran, kesesatan, permisivisme dan ateisme serta pemunculan sesuatu kemungkaran yang bertentangan dengan syariat.

Di antara hal itu adalah propaganda kepada penyatuan agama-agama (pluralisme), penyamaan Islam dengan aliran-aliran dan sekte-sekte sesat lainnya, penyucian terhadap salib dan penampakan syiar-syiar kekufuran yang dilakukan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi.

Banyak yang beranggapan bahwa perayaan tahun baru adalah urusan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan akidah. Padahal secara historis, perayaan tahun baru Masehi tidak bisa dipisahkan dari tradisi dan ritual penyembahan dewa Janus dalam agama paganisme (agama kafir penyembah berhala):

“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other looking backward” (The World Book Encyclopedia, 1984, volume 14 hlm. 237).

(Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke-46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu).

Dalam mitologi Romawi, Dewa Janus adalah sesembahan kaum Pagan Romawi. Bulan Januari (bulannya dewa Janus) ditetapkan setelah Desember karena Desember adalah pusat Winter Soltice, yaitu hari-hari di mana kaum pagan penyembah Matahari merayakan ritual mereka saat musim dingin. Pertengahan Winter Soltice jatuh pada tanggal 25 Desember, dan inilah salah satu dari banyaknya pengaruh Pagan pada tradisi Kristen.

Kaum Pagan pandai menyusupkan budaya mereka ke dalam budaya agama lain. Ini terbukti dengan tradisi mereka bertahun baru yang sudah populer diikuti di berbagai belahan dunia. Misalnya, tradisi kaum Pagan merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, bernyanyi bersama, memukul lonceng dan meniup terompet.

Ke dalam agama Kristen, tradisi pagan ini diadopsi dengan menjadikan hari Dewa Janus tanggal 1 Januari menjadi Tahun Baru Masehi, sehingga muncullah pemisahan masa sebelum Yesus lahir pun (Sebelum Masehi/SM) dan sesudah Yesus lahir (Tahun Masehi/M).

Di Persia yang beragama Majusi (penyembah api), tanggal 1 Januari juga dijadikan sebagai hari raya yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus. Dalam perayaan itu, mereka menyalakan api dan mengagungkannya, kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air dan minuman keras (khamr). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.

Shahabat Abdullah bin ’Amr RA memperingatkan dalam Sunan Al-Baihaqi IX/234: ”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya Nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.”

Minggu, 30 Desember 2012

I'tikaf Akbar RISKA : Malamku Bersama Allah

Sahabat, merasakah bahwa malam pergantian tahun Masehi umumnya lebih dilakukan  sebagai sebuah acara untuk  bergembira ria, jalan-jalan ataupun yang lainnya? Tetapi, apakah kita pernah berpikir bahwa melakukan proses muhasabah atau introspeksi diri itu ternyata perlu juga diperhatikan ?

Jika kita sudah melakukan muhasabah, maka tentu harus ada upaya untuk melakukan perbaikan demi perbaikan dari segala lini kehidupan. Yang baik tentu harus kita pertahankan, dan yang salah harus kita perbaiki. Malamku Bersama Allah, inilah jawabannya..!

Apa saja kegiatannyanya ?

Pembukaan oleh Bpk Ir. H. Joko Widodo (Gubernur DKI Jakarta)*, Bpk DR. H. Saefullah, M.Pd (Walikota Jakpus)*, dan Bpk H. Aksa Mahmud (Ketua Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta).

Ada juga Talkshow Resolusi diri bersama Dude Herlino (Artis), Jaya Setiabudi (Penulis Buku The Power of Kepepet)

Acara ini juga akan dimoderatori oleh sosok gaul & keren yakni Aa’ Molan penyiar dari radio Mustang FM.

Acara ini Insya Allah akan diadakan pada hari senin sampai selasa,31 Desember 2012 - 1 Januari 2013 jam 17.00 - 05.00 WIB

Bertempat di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng, Jakarta Pusat

Disana juga bakal ada pembukaan bazar dilokasi.

Dan yang nggak kalah serunya, ceramah dari Syekh Ali Sholeh Ali Jabir beserta Ayahandanya, tilawah serempak 7 Imam Masjid Agung Sunda Kelapa dan Qiyamul Lail.

Lalu, apa yang dipikirkan lagi?

Pastikan malam tahun baru masehi ini menjadi lebih inspiratif  & berkesan.

Acara ini gratis tanpa biaya tambahan

Info lengkapnya di Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA):
Kompleks Masjid Agung Sunda Kelapa,Gedung Fatahillah lantai 5
Jl. Taman Sunda Kelapa No. 16 Menteng, Jakarta Pusat
DKI Jakarta 10310 Indonesia
www.riska.or.id
CP. Sarah 085716409185, Azizah 089613537559

Ini Adalah Tentang Cowok "Cantik"

Belum lama ini kontes waria remaja di gelar disalah satu wilayah di Jakarta. Mereka bahkan berhasil menobatkan pemenangnya. Selain itu kontes kecantikan serupa juga rutin digelar di luar negeri dengan iming- iming hadiah ratusan juta rupiah.

Pertanyaan kemudian muncul, kenapa sih mereka harus memaksakan diri jadi cewek saat mereka udah begitu ganteng menjadi cowok?

Hal yang jadi alasannya sih macem- macem. Mereka bilang ada yang pengen cari yang namanya bahagia, karena dengan yang mereka lakukan sekarang mereka merasa bisa menjadi diri mereka sendiri yang utuh. Tapi apa iya setelah menjadi seorang banci, mereka bener- bener bahagia? jawabannya pasti nggak juga tuh. Mungkin di depan kelihatannya iya. Tapi dalam hati nurani mereka pastilah pertentangan itu ada. Masak sih? alaahhh, gampang aja lah dibaca. Gimana nggak, menurutmu ada nggak kebahagiaan yang lebih pasti, selain ikut dengan aturan Allah? 100 % jawabannya, nggak!. Dan menurutmu ada nggak dosa yang lebih menggelisahkan selain saat kita menentang aturannya Allah? 100 % jawabannya, nggak!. So, kalaupun mereka bahagia, itu hanya sesaat, dan sisanya mereka akan semakin bingung dengan jati diri mereka sendiri.

Selain itu, ada juga yang beralasan dengan menyalahkan background keluarga dan kehidupan masa lalu mereka, yang membentuk mereka memilih menjadi cowok "cantik" seperti sekarang. Friend, tapi bukankah hidup itu adalah nggak untuk masa lalu, melainkan masa depan yang masih suci, ya nggak?. Yups, seperti apapun masa lalu kita, tapi masa depan kita masih suci alias nggak ada dosa, kecuali kita sendiri yang menuliskan dosa disana. Memaki masa lalu nggak akan merubah masa depan kita, kecuali kita sendiri yang cerdas mendidik diri buat bergerak dan berubah.

Semua orang pasti pernah berbuat salah dan lupa. Bahkan yang sekelas Nabi pun juga pernah ditegur oleh Allah saat melakukan kekhilafan, apalagi kita?. Lalu kenapa harus menghukum masa depan kita, yang seharusnya kita bisa lebih baik bersamanya?.

So, kalau kamu termasuk dari salah satu cewek "ganteng" atau cowok "cantik", buruan pikir 1000 x deh. Memang sih, tiap orang punya style masing- masing, tapi hidup bukan tentang selera kita bro!!. Karena kita kudu ingat tujuan kita hidup buat apa. Ibarat kata "no free lunch" alias nggak akan ada yang gratis di dunia, semua pasti dipertanggugjawabkan di akherat nanti. Kalau kita memilih style kita, pastikan bahwa gaya itu match banget dengan aturan Allah, atau kalau nggak kamu sendiri yang bakala repot buat kedepannya.

"Dari Ibnu 'Abbas, dari Nabi SAW, bahwasanya beliau melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita". (HR. Abu Dawud) 

Kelihatannya pesan Rasulullah tersebut sudah cukup jelas buat kita, kan?

Hidup itu memang terdiri dari pilihan-pilihan yaitu ada yang baik dan yang buruk. Tapi bukan pilihan kita untuk memilih mengikuti aturan Allah atau menentangnya. Aturan Allah itu mutlak dilakukan. Ya iyalah, apa iya kita mau nyalahin Allah, dengan alasan salah nyiptain kita, atau mendemo Allah karena dianggap naruh jiwa di badan yang salah? helloooo, yang bener aja bro and sis!!

Yakin deh, kegelisahan, kebingungan atas ketenangan hati kita itu nggak akan selesai sebelum kita menyerah kepada aturan Allah SWT yang sebenar- benarnya. Kalau kita masih keras kepala dengan menjadi cowok- cowok "cantik" dan cewek "jantan", dengan alasan yang bernama kebebasan berekspresi, atau hak azasi untuk melakukan apapun dalam hidup kita, hmmm may be kudu dikunci dulu mulut kita deh. Kok? ya iyalah.. bayangin aja gimana kalau Allah meminta hak-Nya juga, karena kita udah nggak nurut sama perintahnya, dan di usir dari bumi ini. Trus kita mau hidup dimana? ngontrak di planet mars?????

Waspada! Wahid Institute, LSM Kaum Munafiqin Penebar Fitnah!

JAKARTA (VoA-Islam) – Dalam catatan akhir tahun, Wahid Institute menyebut FPI dan MUI sebagai organisasi masyarakat yang paling banyak menjadi pelaku pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan selama satu tahun 2012.
Sekjen Front Pembela Islam (FPI), Sobri Lubis, tak ambil pusing dalam menanggapi pernyataan Wahid Institute. “LSM cari duitnya seperti itu, menyebar berita fitnah, karena kalau enggak begitu nanti mereka enggak bisa isi perutnya," ujar Sobri kepada wartawan, Sabtu (29/12/2012).

Kata Sobri, pernyataan dari pihak Wahid Institute melalui Koordinatornya yaitu Rumadi, aneh. Kekerasan beragama yang kerap dilakukan warga Nahdatul Ulama (NU) di Jawa Timur justru tak masuk dalam catatan akhir tahun mereka. Padahal hal itu juga kerap terjadi, namun tak disorot."Kekerasan NU di Jatim banyak, kekerasan polisi juga banyak tapi dia tidak mau ungkapkan, emang mereka duitnya dari sana, itu dapur mereka," tuturnya.

Terkait pelarangan ibadah bagi jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin di Bogor Jawa Barat, Sobri menegaskan bahwa pembangunan gereja tersebut ilegal atau tak sesuai hukum. Sobri memastikan, FPI tak akan mempermasalahkan pembangunan rumah ibadah jika sesuai prosedur."Dekat markas FPI ada lima gereja, semua rukun, enggak ada yang kita persoalkan," tegasnya.

Lanjut Sobri, terkait GKI Yasmin, warga menolak lantaran jemaat ingin membangun gereja didekat pemukiman mereka dengan mengatasnamakan dari pihak gereja, padahal pihak gereja sendiri tak mengizinkan. Hal itu lah yang membuat gesekan-gesekan dimasyarakat."Itu namanya penipuan, pelanggaran hukum. Wahid Institute justru membela, dan menjelek-jelekan umat Islam, menjelek-jelekan pemerintah," tuturnya.

Oleh karenanya, sambung Sobri, FPI tak ambil pusing atas pernyataan dari Wahid Institute. "Anjing menggonggong kafilah berlalu," tutupnya.

Bantahan MUI

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ahmad Cholil Ridwan, tidak terima atas hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahid Institute dengan menempatkan MUI dalam posisi atas, dalam tindak kekerasan agama melalui fatwa-fatwa yang dikeluarkan.

"Enggak benar itu, fatwa itu kan atas dasar ayat-ayat Alquran dan hadist nabi, jadi fungsi dari fatwa adalah untuk menyelamatkan umat dari kesesatan," kata Cholil.

Wahid Institute menyebut bentuk tindakan intoleransi yang paling sering dilakukan MUI adalah fatwa-fatwa keagamaan yang menyesatkan kelompok lain, dimana MUI juga meminta pemerintah melarang kelompok tersebut. Selain itu, MUI juga sering melakukan tindakan penyebaran rasa benci terhadap aliran-aliran yang mereka sesatkan.

Terakit hal tersebut, Cholil berpandanganngan bahwa MUI berkewajiban untuk selalu melindungi umat dari organisasi atapun golongan yang memang ada untuk menyesatkan umat seperti Ahmadiyah yang mengklaim memiliki nabi terakhir setelah nabi Muhammad.

"Sekali lagi saya tekankan bahwa fatwa yang dikeluarkan MUI itu untuk menjaga umat, dan MUI berkewajiban akan itu. Seperti Ahmadiyah yang menjadi agama sendiri, itu kan sesat, ya kami harus mengingatkan umat, melindungi umat, fatwa itu memiki dasar yang pasti yakni ayat Allah dan Hadist nabi," ujarnya.
Mengenai FPI, Cholil Ridwan, selama ini masyarakat hanya melihat akibat dari ulah FPI saja, tapi tidak pernah mencoba melihat apa penyebab FPI melakukan tindakan seperti itu."Selama ini masyarakat hanya melihat akibat dari apa yang dilakukan FPI saja, tidak mencoba untuk menelaah apa yang menyebabkan FPI melakukan tindakan itu," kata Cholil.
 Cholil berpendapat, bahwa apa yang dilakukan FPI bersumber pada penegakan hukum di Indonesia masih jauh dari kebenaran. "Yang dilakukan FPI adalah berdasar kebenaran dari ajaran-ajaran Allah dan hadis nabi, mereka melakukan itu, karena memang aparat penegak hukum tidak bisa diandalkan," ujarnya.

Saat tindakan FPI dinilai melanggar hukum yang berlaku, sambug dia, anggota FPI pun siap menerima hukumannya. Bagi Cholil FPI merupakan organisasi yang penuh tanggung jawab."Kalau memang melanggar hukum, toh mereka juga siap di penjara, FPI itu penuh tanggung jawab. Sekarang, kalau penegak hukum bisa memberantas ajaran sesat seperti Ahmadiyah dan tindakan yang melanggar ajaran islam lainnya, tentu FPI tidak akan bertindak seperti sekarang," jelasnya.

Sebelumnya dikatakan Koordinator Program Wahid Institute Rumadi Ahmad, sebanyak 52 kasus FPI terlibat dalam pelanggaran kebebasan beragama selama tahun 2012, disusul kelompok masyarakat sebanyak 51 kasus, individu sebanyak 25 kasus, Majelis Ulama Indonesia (MUI) 24 kasus, dan tokoh agama 12 kasus.
Justru yang harus kita waspadai adalah  Wahid Institute, LSM Kaum Munafiqin Penebar Fitnah!

Inilah Alasan Kenapa Orang Islam Haram Merayakan Tahun Baru Masehi.

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. 

Tahun baru masehi pada zaman kita ini dirayakan dengan besar-besaran. Suara terompet dan tontonan kembang api hampir menghiasi seluruh penjuru dunia di barat dan di timurnya. Tidak berbeda negara yang mayoritas penduduknya kafir ataupun muslim. Padahal, perayaan tersebut identik dengan hari besar orang Nasrani.

Banyak keyakinan batil yang ada pada malam tahun baru. Di antaranya, siapa yang meneguk segelas anggur terakhir dari botol setelah tengah malam akan mendapatkan keberuntungan. Jika dia seorang bujangan, maka dia akan menjadi orang pertama menemukan jodoh dari antara rekan-rekannya yang ada di malam itu. Keyakinan lainnya, di antara bentuk kemalangan adalah masuk rumah pada malam tahun tanpa membawa hadiah, mencuci baju dan peralatan makan pada hari itu adalah tanda kesialan, membiarkan api menyala sepanjang malam tahun baru akan mendatangkan banyak keberuntungan, dan bentuk-bentuk khurafat lainnya.

Sesungguhnya keyakinan-keyakinan batil tersebut diadopsi dari keyakinan batil Nasrani. Yang hakikatnya, mengadopsi dan meniru budaya batil ini adalah sebuah keharaman. Karena siapa yang bertasyabbuh (menyerupai) kepada satu kaum, maka dia bagian dari mereka.

Haramnya Bertasyabuh Kepada Orang Kafir 

Secara ringkas, bertasyabbuh di sini maknanya adalah usaha seseorang untuk menyerupai orang lain yang ingin dia sama dengannya, baik dalam penampilan, karakteristik dan atribut.

Di antara perkara fundamental dari agama kita adalah memberikan kecintaan kepada Islam dan pemeluknya, berbara’ (membenci dan berlepas diri) dari kekufuran dan para ahlinya. Dan tanda bara’ yang paling nampak dengan berbedanya seorang muslim dari orang kafir, bangga dengan agamanya dan merasa terhormat dengan Islamnya, seberapapun hebat kekuatan orang kafir dan kemajuan peradaban mereka.
. . . tanda bara’ yang paling nampak dengan berbedanya seorang muslim dari orang kafir, bangga dengan agamanya dan merasa terhormat dengan Islamnya, seberapapun hebat kekuatan orang kafir dan kemajuan peradaban mereka.
Walaupun kondisi orang muslim lemah, terbelakang, dan terpecah-pecah, sedangkan kekuatan kafir sangat hebat, tetap kaum muslimin tidak boleh menjadikannya sebagai dalih untuk membebek kepada kaum kuffar dan justifikasi untuk menyerupai mereka sebagaimana yang diserukan kaum munafikin dan para penjajah. Semua itu dikarenakan teks-teks syar’i yang mengharamkan tasyabbuh (menyerupai) dengan orang kafir dan larangan membebek kepada mereka tidak membedakan antara kondisi lemah dan kuat. Dan juga karena seorang muslim -dengan segenap kemampuannya- harus merasa mulia dengan agamanya dan terhormat dengan ke-Islamnya, sehingga pun saat mereka lemah dan terbelakang.
. . . kondisi orang muslim lemah, terbelakang, dan terpecah-pecah, tetap tidak boleh dijadikan sebagai dalih untuk membebek kepada kaum kuffar dan justifikasi untuk menyerupai mereka
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyeru agar seorang muslim bangga dan terhormat dengan agamanya. Dia menggolongkannya sebagai perkataan terbaik dan kehormatan yang termulia dalam firmannya,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?".” (QS. Fushilat: 33)

Karena sangat urgennya masalah ini, yaitu agar seorang muslim berbeda dengan orang kafir, Allah memerintahkan kaum muslimin agar berdoa kepada-Nya minimal 17 kali dalam sehari semalam agar menjauhkan dari jalan hidup orang kafir dan menunjukinya kepada jalan lurus.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)

Banyak sekali nash Al-Qur’an dan Sunnah yang melarang bertasyabbuh dengan mereka dan menjelaskan bahwa mereka dalam kesesatan, maka siapa yang mengikuti mereka berarti mengikuti mereka dalam kesesatan.

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاء الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
 “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Al-Jatsiyah: 18)

وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ مَا جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ وَاقٍ
“Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.” (QS. Al-Ra’du: 37)

وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.” (QS. Ali Imran: 105)

Allah Ta’ala menyeru kaum mukminin agar khusyu’ ketika berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan membaca ayat-ayat-Nya, lalu Dia berfirman,

وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. al-Hadid: 16)

Tidak diragukan lagi, menyerupai mereka termasuk tanda paling jelas adanya kecintaan dan kasih sayang terhadap mereka. Ini bertentangan dengan sikap bara’ah (membenci dan berlepas diri) dari kekafiran dan pelakunya. Padahal Allah telah melarang kaum mukminin mencintai, loyal dan mendukung mereka. Sedangkan loyal dan mendukung mereka adalah sebab menjadi bagian dari golongan mereka, -semoga Allah menyelamatkan kita darinya-.

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (QS. Al-Baqarah: 51)
Menyerupai orang kafir termasuk tanda paling jelas adanya kecintaan dan kasih sayang terhadap mereka. Ini bertentangan dengan sikap bara’ah (membenci dan berlepas diri) dari kekafiran dan pelakunya.
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka." (QS. Al-Mujadilah: 22)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Menyerupai (mereka) akan menunbuhkan kasih sayang, kecintaan, dan pembelaan dalam batin. Sebagaimana kecintaan dalam batin akan melahirkan musyabahah (ingin menyerupai) secara zahir.” Beliau berkata lagi dalam menjelaskan ayat di atas, “Maka Dia Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan, tidak akan didapati seorang mukmin mencintai orang kafir. Maka siapa yang mencintai orang kafir, dia bukan seorang mukmin. Dan penyerupaan zahir akan menumbuhkan kecintaan, karenanya diharamkan.”
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, Ahmad dan dishahihkan Ibnu Hibban. Ibnu Taimiyah menyebutkannya dalam kitabnya Al-Iqtidha’ dan Fatawanya. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 2831 dan 6149)

Syaikhul Islam berkata, “Hadits ini –yang paling ringan- menuntut pengharaman tasyabbuh (menyerupai) mereka, walaupun zahirnya mengafirkan orang yang menyerupai mereka seperti dalam firman Allah Ta’ala, “Siapa di antara kamu yang berloyal kepada mereka, maka sungguh ia bagian dari mereka.” (QS. Al-Maidah: 51).” (Al-Iqtidha’: 1/237)

Imam al-Shan’ani rahimahullaah berkata, “Apabila menyerupai orang kafir dalam berpakaian dan meyakini supaya seperti mereka dengan pakaian tersebut, ia telah kafir. Jika tidak meyakini (seperti itu), terjadi khilaf di antara fuqaha’ di dalamnya: Di antara mereka ada yang berkata menjadi kafir, sesuai dengan zahir hadits; Dan di antara yang lain mereka berkata, tidak kafir tapi harus diberi sanksi peringatan.” (Lihat: Subulus salam tentang syarah hadits tesebut).

Ibnu Taimiyah rahimahullaah menyebutkan, bahwa menyerupai orang-orang kafir merupakan salah satu sebab utama hilangnya (asingnya syi’ar) agama dan syariat Allah, dan munculnya kekafiran dan kemaksiatan. Sebagaimana melestarikan sunnah dan syariat para nabi menjadi pokok utama setiap kebaikan. (Lihat: Al-Iqtidha’: 1/314)

Bentuk Menyerupai Orang Kafir Dalam Hari Besar Mereka

Orang-orang kafir –dengan berbagai macam agama dan sektenya- memiliki hari raya yang beraneka ragam. Di antanya ada bersifat keagamaan yang menjadi pondasi agama mereka atau hari raya yang sengaja mereka ciptakan sendiri sebagai bagian dari agama mereka. Namun kebanyakannya berasal dari tradisi dan momentum yang sengaja dibuat hari besar untuk memperingatinya. Misalnya hari besar Nasional dan semisalnya. Lebih jauhnya ada beberapa contohnya sebagai berikut:

1. Hari untuk beribadah kepada tuhannya, seperti hari raya wafat Jesus Kristus, paskah, Misa, Natal, Tahun Baru Masehi, dan semisalnya. Seorang muslim terkategori menyerupai mereka dalam dua kondisi: 

Pertama, Ikut serta dalam hari raya tersebut. Walaupun perayaan ini diselenggarakan kelompok minoritas non-muslim di negeri kaum muslimin, lalu sebagian kaum muslimin ikut serta di dalamnya sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Ibnu Taimiyah dan Imam Dzahabi. Realitas semacam ini tersebar di negeri-negeri kaum muslimin. Lebih buruk lagi, ada sebagian kaum muslimin yang bepergian ke negeri kafir untuk menghadiri perayaan tersebut dan ikut berpartisipasi di dalamnya, baik karena menuruti hawa nafsunya atau untuk memenuhi undangan orang kafir sebagaimana yang dialami kaum muslimin yang hidup di negeri kafir, para pejabat pemerintahan, atau para bisnismen yang mendapat undangan rekan bisnisnya untuk menandatangi kontrak bisnis. Semua ini haram hukumnya dan ditakutkan menyebabkan kekufuran berdasarkan hadits, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” Pastinya, orang yang melakukan itu sadar bahwa itu merupakan bagian dari syi’ar agama mereka. 

Kedua, Mengadopsi perayaan orang kafir ke negeri kaum muslimin. Orang yang menghadiri perayaan orang-orang kafir di negara mereka, lalu dengan kajahilan dan lemahnya iman, ia kagum dengan perayaan tersebut. kemudian dia membawa perayaan tersebut ke negara-negara muslim sebagaimana perayaan tahun baru Masehi. Kondisi ini lebih buruk dari yang pertama, karena dia tidak hanya ikut merayakan syi’ar agama orang kafir di Negara mereka, tapi malah membawanya ke negara-negara muslim.
. . .perayaan tahun baru Masehi adalah tradisi dan syi’ar agama orang kafir di Negara mereka, namun telah dibawa dan dilestarikan di negara-negara muslim...
2. Hari besar yang awanya menjadi syi’ar (simbol) orang-orang kafir, lalu dengan berjalannya waktu berubah menjadi tradisi dan perayaan global, seperti olimpiade oleh bangsa Yunani kuno yang saat ini menjadi ajang olah raga Internasional yang diikuti oleh semua Negara yang tedaftar dalam Komite Olimpiade Internasional (IOC). Ikut serta di dalamnya ada dua bentuk: 

Pertama, menghadiri upacara pembukaan dan karnavalnya di negeri kafir seperti yang banyak di lakukan negara-negara muslim yang mengirimkan atlit-atlitnya untuk mengikuti berbagai ajang olah raga yang diadakan.
Kedua, membawa perayaan ini ke negera-negara muslim, seperti sebagian negeri muslim meminta menjadi tuan rumah dan penyelenggara Olimpiade ini. 

Keduanya tidak boleh diadakan dan diselenggarakanaa di Negara-negara muslim dengan beberapa alasan:
a. Olimpiade ini pada awalnya merupakan hari besar kaum pagan Yunani kuno dan merupakan hari paling bersejaran bagi mereka, lalu diwarisi oleh kaum Romawi dan dilestarikan kaum Nasrani.
b. Ajang tersebut memiliki nama yang maknanya sangat dikenal oleh bangsa Yunani sebagai hari ritus mereka. 

Keberadaannya yang menjadi ajang oleh raga tidak lantas merubah statusnya sebagai hari raya kaum pagan berdasarkan nama dan asal usulnya. Dasar haramnya perayaan tersebut adalah hadits Tsabit bin Dhahak radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Ada seseorang bernazar di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyembelih unta di Bawwanah –yaitu nama suatu tempat-, ia lalu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: “Aku bernazar untuk menyembelih unta di Bawwanah.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Apakah di sana ada berhala jahiliyah yang disembah?” Mereka berkata: “Tidak.” Beliau bertanya lagi: “Apakah di sana dilakukan perayaan hari raya mereka?” Mereka berkata: “Tidak.” Beliau bersabda: “Tunaikanlah nazarmu, sesungguhnya tidak boleh menunaikan nazar yang berupa maksiat kepada Allah dan yang tidak mampu dilakukan oleh anak Adam.” (HR. Abu Dawud dan sanadnya sesuai syarat as-Shahihain)

Ditimbang dengan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas, bahwa asal dari olah raga priodik ini ada hari raya orang kafir. Dan ini diharamkan sebagaimana diharamkannya menyembelih unta untuk Allah di tempat yang dijadikan sebagai perayaan hari raya orang kafir. Dan perbedaan waktu dan tempat tidak mempengaruhi dari subtansi alasan diharamkannya penyembelihan tersebut.

Ibnu Taimiyah rahimahullaah menjelaskan, hadits ini mengandung makna bahwa tempat yang digunakan untuk perayaan hari besar mereka tidak boleh digunakan untuk menyembelih walaupun itu bentuknya nazar. Sebagaimana tempat tersebut sebagai tempat menaruh berhala mereka. Bahwa nazar semacam itu menunjukkan pengagungan kepada tempat tersebut yang diagungkan mereka untuk merayakan hari besarnya atau sebagai bentuk ikut serta (partisipasi) dalam perayaan hari besar tersebut. Atau juga untuk menghidupkan syi’ar mereka di sana. Apabila mengistimewakan satu tempat yang menjadi perayaan agama mereka saja dilarang, bagaimana dengan perayaan itu sendiri?! (Diringkas dari al-Iqtidha’: 1/344)

Sedangkan olimpiade ini bukan hanya waktu atau tempatnya, tapi hari raya itu sendiri berdasarkan asal penamaanya dan aktifitas yang ada di dalamnya, seperti menyalakan lampu olimpiade. Padahal itu sebagai lambang hari besar mereka. Dan ajang olahraga ini juga dilaksanakan pas waktu perayaan hari besar olimpiade, yang dilaksanakan empat tahun sekali.

3. Menyerupai Orang Kafir Dalam Merayakan Hari Besar Islam

Bentuk bertasyabbuh dengan orang kafir bisa terjadi juga dalam perayaan hari raya Islam, Idul Fitri dan Adha. Yaitu merayakan hari raya Islam dengan cara-cara yang bisa digunakan kaum kuffar dalam merayakan hari besar mereka.

Bahwa sesungguhnya, hari raya kaum muslimin dihiasi dengan syukur kepada Allah Ta’ala, mengagungkan, memuji dan mentaati-Nya. Bergembira menikmati karunia nikmat dari Allah Ta’ala tanpa menggunakannya untuk bermaksiat. Ini berbeda dengan hari raya kaum kuffar, dirayakan untuk mengagungkan syi’ar batil dan berhala-berhala mereka yang disembah selain Allah Ta’ala. Dalam perayaannya, mereka tenggelam dalam syahwat yang haram.

Namun sangat disayangkan banyak kaum muslimin yang di penjuru dunia yang menyerupai orang kafir dalam kemaksiatan itu. Mereka merubah nuansa Idul Fitri dan Idul Adha sebagai musim ketaatan dan syukur menjadi musim bermaksiat dan kufur nikmat, yaitu dengan mengisi malam-malamnya dengan musik-musik, nyanyir-nyanyi, mabuk-mabukan, pesta yang bercampur laki-laki dan perempuan dan bentuk pelanggaran-pelanggaran lainnya. Semua ini disebabkan mereka meniru cara orang kafir dalam merayakan hari besar mereka yang diisi dengan menuruti syahwat dan maksiat.

Semoga Allah membimbing kita kepada kondisi yang lebih diridhai-Nya, tidak menyimpang dari aturan Islam dan tidak bertasyabbuh dengan kaum kafir dalam acara-acara mereka. [PurWD/voa-islam.com]

Kamis, 27 Desember 2012

Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab: DPP FPI Bantah Terlibat Amankan Misa Perayaan Natal

Jakarta - Menyikapi pemberitaan bahwa FPI telah terlibat dalam pengamanan dan pengawalan perayaan Natal, maka melalui pernyataan sikapnya di situs resmi DPP Front Pembela Islam (FPI), Selasa, 25 Desember 2012, menegaskan: FPI Menolak keras libatkan Umat Islam dalam Perayaan Natal!

Sebelumnya, seperti diberitakan Republika Online disertai dengan gambar Habib Rizieq, TNI/POLRI maupun organisasi kemasyarakatan lainnya, termasuk Front Pembela Islam (FPI) terlibat dalam pengamanan malam Misa Natal di Makassar.

"Bukan cuma dari aparat personel keamanan, satpol pp, organisasi massa seperti FPI juga turut ambil bagian dengan berjaga-jaga di sejumlah gereja untuk memberikan kenyamanan bagi umat kristiani menjalankan ibadah misa natal," kata Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, usai memantau sejumlah gereja di Makassar, Senin (24/12) malam.

Atas pemberitaan tersebut, Habib Muhammad Rizieq Syihab mengatakan, sikap beberapa tokoh Islam di Indonesia yang memberi ucapan Natal kepada Umat Kristiani jelas-jelas menjerumuskan umat Islam. Tidak ada alasan bagi tokoh Islam untuk menghalalkan Natal dengan dalih Asal Aqidah Kuat. Bahkan ketokohan mereka semestinya membuat mereka lebih hati-hati dalam bersikap, karena mereka adalah teladan yang akan diikuti umat Islam.

Belakangan ini tampil sejumlah "Tokoh Islam" yang menggulirkan "Fatwa" bahwa Natal Bersama bagi umat Islam hukumnya boleh dengan menyampaikan sejumlah argumentasi yang dinilainya tidak lepas dari manipulasi hujjah dan Korupsi dalil. Fatwa Kontroversial mereka tersebut sangat digandrungi oleh kaum Sepilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), bahkan dijadikan Rujukan Utama hingga kini. Fatwa aneh tersebut telah menebar Syubhat yang melahirkan fitnah di tengah umat Islam.

Syariat Islam buat semua lapisan umatnya, Ulama dan Awam, Pejabat dan Rakyat, Kaya dan Miskin. Karenanya, apa pun yang menjadi Mazhonnatul Fitan diharamkan, baik bagi yang imannya kuat, apalagi yang imannya lemah. Lebih-Iebih jika Mazhonnatul Fitan menyangkut Aqidah. Jika seorang Muslim terlanjur mendapat ucapan Selamat Natal dari siapa pun, maka mesti dijawab dengan Surat Al-Ikhlash yang berintikan Keesaan Allah SWT yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Ingat! merayakan Hari Natal bukan bentuk toleransi antar umat beragama, tapi bentuk pencampur-adukkan Aqidah antara Haq dengan Bathil dan menjerumuskan kalangan awam dari umat Islam yang kebanyakan lemah iman dan hal itu tidak akan menyuburkan keharmonisan hubungan antar Islam dengan Nashrani, tapi akan menyuburkan Pengdangkalan Aqidah yang bisa mengantarkan kepada pemurtadan.

Berikut ini adalah kebijakan DPP Front Pembela Islam (FPI), tentang Natal dan Tahun Baru:

Bahwa FPI menolak keras pelibatan umat Islam dalam perayaan Natal dan Tahun Baru dalam bentuk apa pun, termasuk PENGAMANAN dan PENGAWALAN, serta mengecam keras anjuran/ pemaksaan pemakaian Atribut Natal kepada masyarakat/ pegawai muslim di instansi mana pun. Namun FPI tetap sepenuhnya mendukung Polri untuk menjaga keamanan dan ketertiban baik dalam suasana Natal dan Tahun Baru mau pun tidak.

Hukum mengucapkan selamat Natal bagi Pejabat Muslim adalah Haram.
POLRI wajib menjaga keamanan seluruh wilayah dan semua tempat ibadah setiap saat, baik saat Natal mau pun bukan.


Negara wajib menjaga dan membantu semua tempat ibadah sesuai kebutuhan setiap saat, khususnya Masjid karena mayoritas penduduk negeri adalah Muslim.


Demikian pesan Habib Muhammad Rizieq Syihab. Untuk lebih jelas tentang larangan mengucapkan selamat Natal, silahkan baca artikel sebelumnya di web resmi FPI berjudul “Syubhat Natal”.

Membandingkan Idul Fitri Dengan Natal.

Jakarta - Betapa media-media Kristen ini berusaha membuat blow up Natal, tak ubahnya seperti Idul Fitri. Covered (liputan) media-media Kristen itu, menggiring opini yang sangat luar biasa, seakan Natal itu sudah menjadi milik bangsa Indonesia, dan diterima bangsa Indonesia, dan menjadi hari yang paling penting bagi kehidupan.

Natal dan Tahun Baru Masehi, yang selalu berkaitan dan tidak bisa dilepaskan dari agama Kristen itu, sekarang terus dikemas oleh media Kristen, seakan sudah menjadi sebuah ritual agama bagi seluruh bangsa Indonesia. Melibatkan seluruh kehidupan. Tanpa kecuali. Begitu gempita perayaan Natal. Begitu luar biasa penyambutan perayaan Natal.

Bukan hanya media yang memberikan sambutan kepada perayaan Natal. Tetapi, kantor, mall, plaza, toko, tempat rekreasi, bahkan di jalan-jalan terpasang spanduk, poster-poster, partai-partai politik, semua memberikan sambutan yang begitu hangat terhadap perayaan Natal. Seakan masih ada yang kurang, kalau tidak mengucapkan selamat Natal.

Aktivitas akhir tahun itu, yang selalu berkaitan dengan Natal dan Tahun Baru Masehi, ingin di blow up, seakan itu sudah menjadi hajat seluruh rakyat Indonesia. Sampai liputan orang-orang pulang kampung mudik, semuanya dikaitkan dengan perayaan Natal. Semua aktivitas yang ada sekarang ini, semuanya dikaitkan dengan aktivitas Natal dan Tahun Baru Masehi.

Ada usaha-usaha sistematis yang dibangun mengarahkan kegiatan perayaan Natal dan Tahun Baru itu, sebagai sebuah gerakan nasional, dan terus didorong dengan cara-cara yang sistematis oleh media-media Kristen yang sengaja, bukan hanya melakukan sosialisasi dan internalisasi Natal dan Tahun Baru Masehi, tetapi yang lebih penting menjadikan agama Kristen itu, akhirnya bisa diterima oleh seluruh bangsa Indonesia. Tidak lagi bangsa Indonesia merasa agama Kristen itu sebagai agama yang dibawa oleh kaum penjajah.

Tetapi, tentu yang membuat kita bertanya mengapa setiap menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru Masehi, selalu begitu luar biasanya pengamanan yang dilakukan oleh aparat keamanan? Seakan negeri ini tidak aman bagi orang-orang Kristen. Harus beribu-ribu polisi dan tentara mengamankan gereja-gereja diberbagai daerah. Seakan gereja-gereja itu akan diserang oleh orang Islam. Bahkan, pasukan tentara yang akan mengamankan gereja di daerah Jawa Tengah, harus melakukan latihan pengamanan yang begitu luar biasa.

Polisi dan tentara seakan masih belum cukup mengamankan gereja-gereja yang ada. Masih ditambah pasukan pengaman dari Ormas Islam, seperti Banser yang ditempatkan disetiap sudut gereja, ikut melakukan pengamanan yang begitu hebat. Mengamankan gereja? Apakah benar gereja-gereja itu dalam kondisi tidak aman dan berada dalam ancaman?

Apakah memang masih ada ancaman yang bersifat riil terhadap orang-orang Kristen di Indonesia sekarang ini. Atau orang-orang Kristen sendiri, yang menciptakan suatu kondisi tidak aman, dan mendorong aparat keamanan untuk mencurigai umat Islam?

Seperti yang sekarang dilakukan oleh Amerika Serikat yang melakukan perang terhadap terorisme secara global, "war on terorism", yang sejatinya hanyalah akal-akalan Amerika Serikat yang ingin menjajah dan menguasai Dunia Islam.

Orang Islam selalu menjadi tertuduh dan mendapatkan stigma yang buruk, dan orang-orang Kristen mendapatkan privelige (hak istimewa), dan medapatkan perhatian dan pengamanan yang begitu hebat, dan terus berlangsung setiap tahun, setiap Natal dan Tahun Barul.

Bandingkan dengan Idul Fitri atau hari-hari besar Islam lainnya. Tak ada pengamanan yang begitu massif oleh aparat keamanan, baik kepolisian dan tentara. Semuanya berlangsug dengan damai. Tidak ada kekawatiran dari kalangan umat Islam yang melangsungkan perayaan, termasuk Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan hari-hari besar Islam semuanya membawa berkah.

Betapa setiap tahun berlangsung Idul Fitri puluhan juta orang melangsungkan shalat di tanah lapang, tidak ada pengamanan dari aparat negara. Puluhan juta orang mudik dari kota ke desa. Bahkan mereka yang berada di luar negeri pun pulang kampung. Jutaan orang mudik, ada yang menggunakan sepeda motor, tak peduli apapun yang bakal terjadi. Mereka pergi pulang ke kampung halaman. Ini tidak ada yang mengomando. Semuanya berjalan dengan alamiah.

Mereka yang dengan segala upaya dan pengorbanan ingin pulang menjelang Idul Fitri atau Idul Adha itu, karena begitu kuatnya terpateri oleh ajaran Islam, tentang "birrul walidain" (berbuat baik kepada dua orang tua), dan silaturrahmin, yang sudah berlangsung berabad-abad didalam diri bangsa Indonesia. Setiap tahun jumlah orang yang ingin melakukan "birrul walidain" dan silaturrahim itu, bukan berkurang, tetapi semakin bertambah banyak.

Sisi lain yang sangat positif itu, dengan Idul Fitri dan Idul Adha itu, dan tradisi pulang kampung melakukan "birrul walidain" terjadi distribusi kekayaan yang sangat luar biasa. Triliunan rupiah setiap tahun yang mengalir ke kampung ke desa-desa, tanpa diatur oleh pemerintah. Semuanya itu berlangsung secara alamiah. Tidak ada mekanisme yang mengatur terjadinya distribusi kekayaan yang begitu sangat massif, kecuali oleh ajaran Islam.

Apalagi, disaat menjelang Idul Fitri selalu, digaungkan tentang perlunya zakat, infaq, shadaqoh terutama bagi fakir miskin, dan anak yatim. Semuanya lebih mendorong terjadinya distribusi kekayaan dari orang-orang kaya kepada fakir miskin, tanpa melalui aturan yang dibuat oleh pemerintah. Semuanya karena adanya kesadaran secara kolektif umat Islam.

Semuanya yang terjadi dikalangan umat Islam itu, tak ada yang harus melibatkan aparat keamanan yang begitu massif. Semuanya berlangsung dengan damai. Perayaan umat Islam tak ada yang menimbulkan kegalauan dikalangan masyarakat. Tidak akan pernah terjadi adanya kekacauan di dalam kalangan internal umat Islam.

Tetapi, tentu yang sangat pahit dialami oleh umat Islam, saat berlangsung perayaan Idul Fitri, tahun 2000, umat Islam di Ambon, yang sedang merayakan Idul Fitri diserang oleh orang-orang Kristen, dihancurkan, dan masjid-masjid tepat ibadah milik umat Islam dihancurkan, di coret-coret dengan tulisan yang sangat menghujat Nabi Shallahu alaihi wassalam.

Ketika umat Islam berusaha menolong saudaranya di Ambon, dan ikut melindungi mereka, dan masuk kota Ambon, justeru yang mendapatkan fitnah umat Islam, dan kemudian mendapatkan lebel sebagai teroris.

Mereka kemudian dikejar-kejar sebagai penjahat. Padahal, mereka umat Islam menjadi korban orang-orang Kristen, yang lebih dahulu menyerang dan menghancurkan mereka. Inilah sebuah fakta yang tidak dapat dilupaan sepanjang sejarah.

Sementara itu, Natal dan Tahun Baru Masehi, penuh dengan hiburan, hura-hura, yang sangat menyesakkan. Mereka berlibur pergi keluar negeri, dan bahkan hotel-hotel menjelang tahun penuh dengan penghuni. Suasana hiburan yang sangat kontras dengan Idul Fitri.

Ibaratnya kalau Idul Fitri, pelacur pun pulang kampung mengunjungi orangtuanya bersilaturahmi. Tetapi, kalau tahun baru, pelacur bertambah banyak, memenuhi tempat-tempat maksiat, penuh dengan berbagai kemaksiatan yang dikemas dengan hiburan. Sangat berbeda dengan Idul Fitri, semua orang mendapatkan manfaatnya.Wallahu'alam.

FUI: Natal depan Istana bukan ibadah, tapi cari keuntungan politik atas nama agama

Jakarta - Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Ustadz Muhammad AlKhaththath menyatakan aksi Natalan di depan Istana negara yang digelar oleh GKI Yasmin dan HKBP Filadhelfia bukanlah sebuah ritual keagamaan akan tetapi aksi yang dilatari kepentingan kekuasaan.

"Itu bukan Ibadah Natalan. Tapi, aktifitas petualangan yang ingin mengais keuntungan politik dan ekonomi atas nama agama" Katanya kepada arrahmah.com, Rabu (26/12) Jakarta.

Kata Ustadz Khaththat, tindakan gereja Yasmin dan HKBP jelas telah melanggar perundang-undangan dan memaksakan kehendak.

"Padahal pemerintah sudah ngasih hati, tapi kayaknya mereka minta jantung" tegasnya.

Ia pun meminta kepada aparat keamanan untuk menindak pihak Gereja Yasmin dan KBP Filadhelfia jika melakukan pelanggaran hukum dalam aksinya.

"Kalau mereka melakukan aksi melanggar hukum langsung Polisi jagan segan-segan ambil tindakan hukum kepada mereka,"pungkas Ustadz Khaththath.

Seperti diberitakan, GKI Yasmin dan HKBP Filadhelfia melakukan aksi Natalan di depan Istana Negara sebagai bentuk protes atas penyegelan lokasi gereja mereka karena dianggap tidak memiliki izin.

Rio Dewanto Turut Nyebarin Petisi Pembubaran FPI.

Artis yang badannya penuh tato ini mendukung ibu kekasihnya artis Atiqoh Hasiolan yaitu aktivis liberal Ratna Sarumpaet untuk pembubaran FPI.

Berikut Cuplikan twit terakhirnya

Rio dewanto @Riodewantoo
Apabila anda ingin FPI Segera Bubar, tanda tangani petisi ke Presiden RI Bubarkan FPI Segera!…http://lnkd.in/bjZ8_d

Rabu, 26 Desember 2012

Taruna Muslim: Dilindungi Said Aqil, Ahmad Dhani Berani Lecehkan Islam.

Jakarta - Musisi Ahmad Dhani Prasetyo berani melecehkan Islam karena dilindungi oleh kelompok sekuler, seperti Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siradj. Ahmad Dhani adalah salah seorang tokoh gerakan Zionis di Indonesia.

Penegasan itu disampaikan Pimpinan Taruna Muslim Alfian Tanjung kepada itoday (26/12) menanggapi pernyataan Ahmad Dhani di media sosial yang melecehkan Islam. "Ahmad Dhani seorang tokoh gerakan Zionis. Pernyataan itu menunjukan wajah asli Ahmad Dhani berfaham Zionis," tegas Alfian.

Menurut Alfian, Dhani berani melecehkan Islam karena berlindung kepada tokoh-tokoh liberal. "Dhani pernah menginjak-injak asma Allah saat manggung. Saat diprotes Ustadz Wahfiuddin, Dhani mendatangi Gus Dur. Dhani akan berlindung kepada orang-orang seperti Said Aqil Siradj. Ini juga menjadi tanda bahwa secara kolektif umat Islam tidak mempunyai sensitifitas terhadap agamanya," ungkap Alfian.

Tak hanya itu, Alfian menegaskan, Dhani berani menghina Islam karena ada yang memanfaatkan Dhani untuk kepentingan Politik di 2014. "Menjelang 2014, banyak tokoh memanfaatkan Dhani. Misalnya, tokoh Zionis, Benjamin Ketang akan siap menggelontorkan dana. Dhani bagian dari Fremason, ini menegaskan bahwa dia seorang zionis," tegas Alfian.

Alfian mengingatkan, kelompok Yahudi akan mendompleng popularitas Ahmad Dhani. "Dari pernyataan itu ada kepentingan pribadi agar menjadi lebih terkenal. Dhani ingin terus menjadi news maker. Secara koneksi, kelompok Yahudi dan kelompok lainnya telah mendompleng Dhani. Hal itu bisa menjadi pembenar bagi kelompok Yahudi di Indonesia dan pendukungnya untuk melecehkan Islam," tegas Alfian.

Kendati pengetahuan Dhani tentang perbandingan agama sangat dangkal, kata Alfian, Dhani sangat efektif menularkan ide-ide atau pemikiran Yahudi. "Pengetahuan Dhani tentang perbandingan agama sangat dangkal. Dhani itu berada di kelompok sekuler dan zionis. Di sisi lain Dhani menjadi simbol dan punya pengikut. Itu akan efektif menularkan ide-ide Yahudi. Ini yang perlu diwaspadai umat Islam," pungkas Alfian.

Diberitakan sebelumnya, musisi Ahmad Dhani melalui akun Twitter @AHMADDHANIPRAST menulis komentar kontroversial soal perayaan Natal dan ucapan selamat Natal. @AHMADDHANIPRAST, menulis: “Mengucapkan Hari Natal itu haram bagi orang yang tidak bisa memahami bahwa Allah adalah Tuhan semua umat.”

Atas kicauan itu, akun Fahmid Bahsoan @Fahmid_507 mengingatkan: “@AHMADDHANIPRAST ada haditsnya? jangan sembarangan..”. Namun dengan entengnya @AHMADDHANIPRAST menjawab: “@Fahmid_507 dhoif.tidak relevan.out of date.”

Di bagian lain time line-nya @AHMADDHANIPRAST juga menulis: “Islam juga banyak Unsur Yahudi-nya...kalo serius belajarnya. Sunat, jilbab salah satunya,”. Kicauan @AHMADDHANIPRAST itu menjawab komentar @fvky: “Kok dari karya mas Dhani banyak mengandung unsur Yahudi.”

Bahkan dengan sedikit provokatif, @AHMADDHANIPRAST menulis: “Saya tidak hanya mengucapkan ‘Selamat Natal’, tapi juga ikut merayakannya bersama nenek saya tercinta...salam kasih dari saya untuk seluruh umat Kristiani.”

Selasa, 25 Desember 2012

Pesan Malaikat Jibril yang Mulai Terlupakan

Di Kufah, Abu Hanifah memiliki seorang tetangga tukang sepatu. Sepanjang hari bekerja, menjelang malam ia baru pulang ke rumah. Biasanya ia membawa oleh-oleh berupa daging untuk dimasak atau seekor ikan besar untuk dibakar. Selesai makan, ia minum-minum seraya bernyanyi-nyanyi dan berhenti jauh malam setelah ia merasa mengantuk sekali, kemudian tertidur pulas.
Abu Hanifah yang telah terbiasa melaksanakan shalat sepanjang malam, tentu saja merasa terganggu oleh suara nyanyian tukang sepatu tersebut. Namun, ia diam saja. Pada suatu malam, Abu Hanifah tidak mendengar tetangganya itu bernyanyi-nyanyi seperti biasanya. Sesaat ia keluar untuk mencari kabarnya, ternyata menurut keterangan tetangga lain, ia baru saja ditangkap polisi dan ditahan.
Seusai shalat subuh, Abu Hanifah naik bighalnya menuju istana. Ia hendak menemui Amir Kufah. Kedatangan Abu Hanifah disambut dengan penuh khidmat dan hormat. Sang Amir sendiri yang berkenan menemuinya.
“Ada yang bisa aku bantu?” tanya sang Amir.
“Tetanggaku tukang sepatu kemarin ditangkap polisi. Tolong lepaskan ia dari tahanan Amir,” jawab Abu Hanifah.
“Baiklah,” kata sang Amir yang segera menyuruh seorang polisi penjara untuk melepaskan tetangga Abu Hanifah yang baru ditangkap kemarin petang.
Abu Hanifah pulang dengan naik bighalnya secara perlahan. Sementara, si tukang sepatu berjalan kaki di belakangnya. Ketika tiba di rumah, Abu Hanifah turun dan menoleh kepada tetangganya itu seraya berkata, “Bagaimana? Aku tidak mengecewakanmu kan?”
“Tidak, bahkan sebaliknya,” jawab si tukang sepatu.
“Terima kasih. Semoga Allah memberimu balasan kebajikan,” lanjut si tukang sepatu
Sejak itu ia tidak lagi mengulangi kebiasaannya, sehingga Abu Hanifah dapat merasa lebih khusyu’ dalam ibadahnya setiap malam.
Tembok Pembatas
Di era globalisasi, kini merupakan sebuah hal biasa ketika setiap kita terlihat sibuk dalam kesehariannya, bahkan terdapat sebuah ungkapan “pulang dan pergi seharian sehingga tak mampu melihat matahari terbit dan tenggelam”
Tingginya tingkat egoisme, individualisme dan hedonisme mengakibatkan terciptanya “tembok pembatas” dalam bermasyarakat. Adakalanya “tembok pembatas” dalam bermasyarakat timbul dikarenakan kurangnya intensitas bersosialisasi dalam bermasyarakat.
Padatnya aktifitas dan besarnya peranan kita dalam sebuah institusi ataupun organisasi, tak jarang menjadikan sedikitnya waktu untuk bersosialisasi dalam bermasyarakat. Dalam hal ini, Rasulullah saw telah mengingatkan umatnya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah saw menjadikan akhlak kepada tetangga sebagai acuan penilaian kebaikan seseorang. ”Sebaik-baik kawan di sisi Allah adalah yang paling baik (budi pekertinya) terhadap kawannya, sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik kepada tetangganya.”
Dan Allahpun berfiman dalam QS. An Nisa’:36, “Berbuat baiklah kepada kedua orang, ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan membangga-banggakan diri”.
Letak Sebuah Kebermanfaatan
“Khairun naasi anfa’uhum linnaas”, sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain. Manusia bukan sekedar makhluk indvidu, melainkan manusia adalah makhluk social, yang mana segala yang ada dalam dirinya berpotensi membawa pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Menjadi manusia bermanfaat disini tidaklah sekedar bermanfaat bagi institusinya, golongannya ataupun organisasinya, melainkan meliputi seluruh aspek kehidupan dalam bermasyarakat pada umumnya.
“Menjadi ada adalah karunia, sebab kita tak dapat mengadakan diri kita sendiri. Tapi menjadi ada saja tidaklah cukup, kita ada karena diperintahkan untuk memiliki makna,”  kata Ustadz Ahmad Zairofi.
Bagaimana kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat jika enggan untuk bersosialisasi dalam bermasyarakat?
Sebagaimana kisah Abu Hanifah yang tetap menebarkan kebaikan terhadap tetangganya dengan membantunya mendapatkan ampunan dari sang amir hingga menjadikan si tukang sepatu tersadar dan tidak mengulangi kebiasaan buruknya. Sebagaimana pula kisah khalifah umar yang begitu memperhatikan kondisi masyarakat disekitarnya, hingga rela menggendong karung gandum seorang diri guna membantu kekurangan tetangga disekitarnya.
Islam memerintahkan umatnya untuk bertetangga secara baik. Bahkan, Rasulullah saw pernah mengira tetangga termasuk dalam ahli waris, dikarenakan seringnya Jibril mewasiatkan agar bertetangga dengan baik. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
”Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang tetangga sampai aku menyangka bahwa ia akan mewarisinya” (HR Bukhari-Muslim)
Namun, ternyata waris atau warisan yang dimaksud Jibril adalah agar umat Islam selalu menjaga hubungan baik dengan sesama tetangga. Bertetangga dengan baik itu, termasuk menyebarkan salam ketika bertemu, menyapa, menanyakan kabarnya, menebar senyum, dan mengirimkan hadiah. Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam; 
”Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak sayur maka perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada tetanggamu” (HR Muslim)
Dan dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari, terdapat seorang wanita bersusah payah melaksanakan shalat wajib, bangun malam, menahan haus dan lapar, serta mengorbankan harta untuk berinfak, namun menjadi mubazir lantaran buruk dalam bertutur sapa dengan tetangganya.

Rasulullah bersumpah terhadap orang yang berperilaku demikian, tiga kali, dengan sumpahnya, ”Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman…!”
Sahabat bertanya, ”Siapa, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, ”Orang yang tetangganya tidak pernah merasa aman dari keburukan perilakunya”
***
“Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yg merugi” (QS.Al A’raf : 23)
Oleh : Meylina Hidayanti, Sragen (fimadanicom)
Guru IPS Terpadu SMPIT Az Zahra Sragen

Dr.Habib Rizieq Syihab Lc.MA : Tokoh Islam yang Bolehkan Ucapkan Selamat Natal Korupsi Dalil Al Quran..!!!


Dr.AlHabib Muhammad Rizieq Syihab Lc.MA menilai sikap beberapa tokoh Islam di Indonesia yang memberi ucapan Natal kepada Umat Kristiani jelas-jelas menjerumuskan umat Islam.

"Sikap Tokoh Islam yang mengikuti Natal jelas bisa menjerumuskan umat islam," kata Habib Rizieq dikutip Tribunnews.com, Senin (24/12/2012), dari opini Habib Rizieq di situs FPI.
Menurut dia tidak ada alasan bagi tokoh Islam untuk menghalalkan Natal dengan dalih asal aqidah kuat.

"Bahkan ketokohan mereka semestinya membuat mereka lebih hati-hati dalam bersikap, karena mereka adalah teladan yang akan diikuti umat islam yang kebanyakan beraqidahkan lemah," kata Habib Rizieq.

Dikatakan belakangan ini tampil sejumlah "Tokoh Islam" yang menggulirkan "Fatwa" bahwa Natal Bersama bagi umat Islam hukumnya boleh dengan menyampaikan sejumlah argumentasi yang dinilainya tidak lepas dari manipulasi hujjah dan korupsi dalil.

"Fatwa Kontroversial mereka tersebut sangat digandrungi oleh kaum Sepilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), bahkan dijadikan Rujukan Utama hingga kini. Fatwa aneh tersebut telah menebar syubhat yang melahirkan fitnah di tengah umat Islam," kata Habib Rizieq Syihab.

Umat Islam Haram Nonton Film "Cinta Tapi Beda" Hanung Bramantyo

JAKARTA (VoA-Islam) – Di hari Liburan sekolah ini Film “Cinta Tapi Beda” garapan sutradara pluralis Hanung Bramantyo rencananya akan mulai tayang di bioskop Indonesia pada 27 Desember 2012. Film ini kembali mengangkat kisah cinta dilatarbelakangi perbedaan agama.
Dalam film itu Hanung menggandeng sejumlah aktor dan aktris terkenal Indonesia seperti Agni Pratistha, Reza Nangin, Choky Sitohang, Ratu Felisha, Agus Kuncoro, Jajang C. Noer, Hudson Prananjaya, dan banyak lainnya.

Film itu akan mengisahkan Cahyo (Reza Nangin), cowok ganteng asal Jogja, bekerja sebagai chef di Jakarta. Ia anak pasangan Fadholi dan Munawaroh, keluarga muslim yang taat beribadah. Cahyo berusaha lepas dari kesedihan setelah ditinggal selingkuh sang kekasih, Mitha.

Sedangkan Diana (Agni Pratistha) merupakan gadis asal Padang, Sumatera Barat, mahasiswi jurusan Seni Tari. Ia tinggal bersama om dan tantenya di Jakarta. keluarga Diana merupakan penganut Katolik taat.

Cahyo dan Diana bertemu di pertunjukan tari kontemporer di Jakarta. Mereka memutuskan berpacaran walaupun berbeda keyakinan. Mereka bahkan serius melanjutkan hubungan hingga jenjang pernikahan.
Nikah Beda Agama
Hanung Bramantyo mengungkapkan bahwa film terbaru kali ini ingin mencoba memotret fenomena kisah cinta beda agama yang selama ini tak pernah menghasilkan jalan keluar. Ia juga menyatakan bahwa ide pembuatan film datang dari rekan sutradaranya, Hestu Saputra.

"Ide film ini datang dari Hestu Saputra, rekan sutradara saya. Dia juga merupakan orang yang berhubungan cinta namun berlainan agama. Kami membuat film ini untuk memotret fenomena kisah cinta yang dilatarabelakangi perbedaan agama," jelas sutradara sekaligus suami dari Zaskia Adya Mecca di The Belly Clan cafe, Jakarta.

Hanung juga mengungkapkan bahwa dalam film Cinta Tapi Beda kali ini ia ingin menunjukkan apa saja dampak positif dan negatif dari hubungan cinta yang dilatarbelakangi perbedaan agama. Hanung menambahkan, "Film ini sangat berbeda karena kami berdua, saya dan Hestu ingin menunjukkan apa saja kendala dalam hubungan cinta yang berbeda agama. Dan kendala tersebut pasti akan berujung dengan keyakinan kita masing-masing."
Yang jelas, inilah untuk kesekian kalinya Hanung ingin mendangkalkan akidah umat Islam agar tidak mempersoalkan nikah beda agama. Sebelumnya Hanung menggarap film “Perempuan Berkalung Surban” dan “?” yang dikecam banyak ulama.

Gelar Natalan di Masjid Raya, Bupati Semarang Dipolisikan FPI

SEMARANG (voa-islam.com) – DPD Front Pembela Islam Jawa Tengah (FPI Jateng) bersama umat Islam mendatangi Markas Polisi Daerah Jawa Tengah (Mapolda Jateng), Selasa pagi (25/12/2012), untuk memperkarakan Bupati Semarang, Dr Mundjrin ES, Sp.OG. Bupati Mundjirin diadukan dengan pasal penodaan agama karena memberikan izin kepada pihak Gereja untuk mengadakan Misa dan Perayaan Natal tahun 2012 dihalaman Masjid Raya Ungaran Semarang Jawa Tengah.

Rombongan dipimpin oleh  Ketua Tanfidzi DPD FPI Jateng KH Syihabuddin, didampingi oleh Sekjen Syuro DPD FPI Jateng Habib Salim Jidan dan Ustadz Khoirul RS, Ketua Nahi Mungkar DPD FPI Jateng. Berbagai elemen umat Islam juga turut bergabung, di antaranya Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) Semarang dan massa umat Islam Semarang.

“Iya, karena dia (Bupati Semarang, red) yang mengizinkan. Jadi kedatangan kami ke Mapolda Jateng untuk memperkarakan Bupati Semarang karena telah memberi izin kepada pihak gereja untuk melakukan perayaan Natal dihalaman masjid Ungaran,” jelas Ustadz Khoirul kepada voa-islam.com, Selasa sore (25/12/2012).
Dengan memberikan izin kepada pihak gereja untuk mengadakan misa Natal di tempat suci umat islam, lanjutnya, Bupati Semarang telah melakukan penodaan agama yang bisa terjadinya konflik SARA.

Kepada massa umat Islam yang berkumpul di masjid Ungaran maupun saat di Mapolda Jateng, Ustadz Khoirul memberikan taushiyah bahwa toleransi kaum muslimin kepada orang kafir itu tidak harus dilakukan dengan menggelar Natalan dihalaman sebuah masjid yang merupakan tempat ibadah suci bagi kaum muslimin. Karenanya, cara yang dilakukan oleh Bupati Semarang dengan mengizinkan pihak gereja untuk mengadakan perayaan Natalan dihalaman masjid itu adalah bentuk toleransi yang bodoh, ngawur dan justru melanggar undang-undang

“Wujud toleransi itu tidak harus Natalan didepan masjid. Jadi langkah Bupati Semarang itu wujud toleransi yang nagwur dan melanggar UU. Karena apa yang dilakukan oleh Bupati Semarang itu termasuk penodaan agama dan memicu konflik SARA,” ujar ustadz yang juga menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah DPW FPI Surakarta itu.

Selain Bupati Semarang, DPD FPI juga akan melaporkan ketua panitia perayaan Natal yang menggelar Natalan di halaman masjid Ungaran pada hari Kamis malam (24/12/2012). Panitia Natalan dipolisikan karena bekerjasama dengan Bupati Semarang untuk melakukan kebohongan publik dan penipuan terhadap umat Islam Semarang. Pasalnya, Kamis pagi saat umat Islam Semarang memprotes Natalan di halaman masjid, Bupati dan Panitian Natalan berjanji akan membatalkan acara Natalan di masjid. Padahal Kamis malam pihak gereja tetap mengadakan Misa Natal dihalaman Masjid Ungaran atas izin Bupati.

“Tadi malam jadi digelar Misa Natal. Mereka membohongi umat Islam dan ormas Islam Semarang. Katanya Natalan akan dipindah tempatnya sehingga laskar dan umat Islam sepakat tidak ke masjid. Tapi faktanya mereka tadi malam tetap mengadakan Natalan di situ. Jadi yang kita laporkan nantinya juga ketua panitianya dan Bupati Semarang. Iblis semua itu,” kecam Ustadz Khoirul dengan nada geram.

Karena saat melapor ke Mapolda Jateng tidak ada petugas piket yang siap membuat BAP, maka pengurus DPD FPI Jateng beserta pengurus GPK Semarang dan elemen Islam lainnya akan mendatangi Mapolda Jateng hari ini, Rabu (26/12/2012).

“Ya, tadi karena semua perwira kosong, maka akan dilanjut besok Rabu,” pungkasnya.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, bahwa pihak gereja yang letaknya persis didepan Masjid Raya Ungaran berniat akan mengadakan misa natal tahun 2012 dihalaman Masjid Raya Ungaran Kota Semarang. (baca: Natalan akan Digelar di Lapangan Masjid Agung Ungaran).

Namun setelah mendapat pemolakan dan portes yang sangat kuat dari Pengurus DPD FPI Jateng,  Pengurus GPK Semarang dan didukung umat IslamSemarang, panitia berjanji akan memindah lokasi misa natal ketempat lain. Namun ternyata mereka ingkar janji dengan tetap mengadakan misa Natal pada hari Kamis malam dihalaman Masjid Ungaran Semarang.

Minggu, 23 Desember 2012

Jaga Akidahmu, Sobat!

Indonesia. Yeeeha! Kalau udah ngebahas negeri kita ini emang nggak ada abisnya. Gimana nggak, Indonesia itu kan negara kepulauan terbesar di dunia yang tentunya memiliki suku, bahasa, budaya, adat, bahkan aliran agama yang suangaaat buwanyak.

Emang sih, kita semua tahu kalau mayoritas penduduk di Indonesia ini adalah muslim (meski banyak juga muslim on KTP doang, halah!). Tapi keberadaan agama lain itu juga nggak sedikit, lho! Islam aja ada banyak banget alirannya. Disusul 4 agama lain yang diakui (secara resmi) di Indonesia, yakni Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, dan Hindu, plus sekarang ditambah Khonghucu. Belum lagi agama-agama adat di daerah pedalaman, juga diitung aliran-aliran semua agama-agama tadi yang jumlahnya tentu nggak sedikit. Wah… unik juga nih Indonesia. Bisa disebut negeri 1001 keyakinan dong? (Hehehe.. ngarang!)

Nah, Bro en Sis rahimakumullah, kalian tahu nggak sih, dari sekian banyak agama dan aliran yang disebutkan di atas, mana yang benar? Apa? Kalian emang cettaaaarr… membahana badai halilintar! Ya betul, jawabannya adalah Islam! (lebih jelasnya pake huruf kapital semua: ISLAM). Yang lain? Salah semua!

Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. selaku nabi terakhir dalam sejarah manusia, menutup para nabi dan rasul yang pernah diutus sebelum beliau. Nabi Muhammad saw. membawa ajaran kebenaran kepada masyarakat jahiliyah (bodoh) dengan menerangi pikiran mereka melalui cahaya al-Quran untuk menunjukkan manusia kepada jalan yang benar.

Bro en Sis rahimakumullah, ada berapa banyak sih temenmu di sekolah? Pasti banyak banget deh. Puluhan kah? Atau ratusan? Hehehe… tapi jangan sebut satu per satu namanya ya, entar capek dengernya (apalagi kalo pake gaya Azis gagap, bisa-bisa dari subuh ampe magrib kali baru beres nyebutin semua nama… hahahaha). Nah, di antara temen-temen kalian yang banyak banget itu, apakah semuanya sama? Ya nggak dong, tentu aja semuanya punya berbagai keragaman, mulai dari fisik hingga akidah dan keyakinan.

Sobat semua, tahukah kalian? Sebagai generasi muda muslim, ternyata banyak dari kita yang masih belum bisa membedakan mana akidah yang benar dan mana akidah yang rusak! Beberapa dari kita lebih suka mengambil ajaran agama yang menurut mereka asyik dan enak dipakai (milihnya pake hawa nafsunya semata), tanpa tahu apakah yang mereka ambil tersebut benar atau salah. Miris banget deh ya? Parahnya lagi nih, kebanyakan dari mereka tuh menganggap semua ajaran benar dan sah. Ajaran selain dan di luar Islam pun dianggap sama benarnya dengan apa yang ada dalam ajaran kita! Hadeuuuhh….. parah banget deh. Semoga aja kamu nggak termasuk golongan itu ya, Bro en Sis!

Tiada asap tanpa api

Nah, tahukah kamu sobat, ternyata keyakinan yang salah juga akan menuntun kita ke jalan yang salah. Orang yang meyakini suatu yang salah, tentu aja amalannya pasti kacau balau semrataw (baca: semrawut) dan menyimpang dari kebenaran. Contohnya aja nih: sebutlah namanya Feri (tenang, bukan Feri nama kamu kok, hehehe). Dia memiliki keyakinan bahwa mayat kucing itu adalah makanan suci lagi bergizi, dan dianjurkan dalam ajaran agama Islam. Ini jelas keyakinan yang amat sangat salah membahana gledek! Coba kira-kira amalan apa yang selanjutnya dilakukan Feri atas dasar keyakinannya itu, salah apa betul?
Betuuuul!

Eh? Makan bangkai kucing? Hoeek…  Kurang kerjaan banget! Makan sate kucing pun kalian pasti kagak mau. Siapapun pasti sepakat kalau makan bangkai kucing itu adalah perbuatan yang salah! Najis kotor binti berpenyakit! Gile bener dah…

Begitu pula dengan akidah kita sebagai anak muda, sobat! Maraknya kenakalan yang merebak di kalangan anak muda ternyata merupakan dampak dari pemahaman akidah yang salah! Lah, wong ajaran Islam aja jelas-jelas melarang perbuatan-perbuatan setan seperti seks bebas, pacaran, narkoba, homoseksual, dan sederet perilaku yang dilarang dan dilaknat, kini masih aja dipraktekkan oleh kalangan remaja muslim!
Tanya kenapa? Yup, karena mereka nggak memiliki benteng akidah yang dengannya kita selalu merasa diawasi oleh Sang Pencipta, yakni Allah Azza wa Jalla. Maka tentu yang dilakukan pun semau dengkulnya aja. Asli, aku rasanya pingin nangis saking mirisnya!

Lebih jauh lagi, ternyata dampak dari kesalahan pemahaman akidah dan kerusakan di dalamnya juga berakibat dengan maraknya perilaku remaja yang kini mulai suka ganti-ganti agama. Atas nama persahabatan, agama diganti. Atas nama cinta, agama diganti lagi. Agama kok diganti-ganti! Entar nggak takut apa kena ‘HIV agama’? Na’udzubillah deh Sob, jangan sampai kita ikut-ikutan seperti itu, ya!

Nggak perlu sama, deh!

Bro en Sis rahimakumullah, di bulan Desember ini ucapan apa yang sering kalian denger? Yuuups! 25 Desember nanti adalah natal sehingga jalanan, mall, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat umum lainnya didominasi oleh warna merahnya pakaian Santa Klaus, dan ucapan “Merry Christmas” pun menjadi ucapan yang sering kita dengarkan.

Akhirnya, di tempat-tempat umum tersebut pun orang-orang ikut mencoba memakai berbagai aksesoris natal, dan yang paling sering gaulislam temui adalah topi merah Santa Klaus. Nggak Muslim, nggak Kristen, nggak Hindu, nggak Budha, nggak Konghucu, semuanya pakai ini topi. Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim pun mendadak seolah berubah menjadi mayoritas Kristen. Bahkan parahnya, kita sempat menjumpai seorang muslimah memakai kerudung lalu di atasnya terpasang topi merah Santa saat dia bertugas jadi kasir atau pramuniaga di pasar swalayan sebagai bentuk toleransi. WHAAATT?!

Meski hanya topi, namun jika ini sudah memiliki unsur dalam beragama, maka hukumnya nggak boleh! Haram. Man tasabbaha biqaumin fahuwa minhum (barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut).

Nah sobat, kita kan muslim nih. Terus tindakan kita gimana dong? Bro en Sis rahimakumullah, Sebagai seorang muslim, sudah sewajarnya kita membiarkan agama lain beribadah sesuai keyakinan mereka dan tidak mengusik mereka. Tapi yang perlu diingat di sini adalah, bahwa memaklumi dengan keberadaan agama lain, bukan berarti mengorbankan akidah. Misalnya dengan mengucapkan “selamat natal” atau ucapan lainnya dalam perayaan agama lain. Itu bukan toleransi, tetapi ikut campur, Bro! Tentu saja itu salah besar dalam pandangan Islam. Lagian udah ada fatwa MUI juga yang mengharamkan kaum muslimin mengucapkan selamat natal—termasuk tentunya ritual natal bersama, kok.

Lebih baik, kalau memang ada teman kita yang berkeyakinan lain, maka kita tidak boleh ikut-ikutan ibadah mereka meski sekadar mengucapkan selamat hari raya saat mereka melangsungkannya. Jangan melarang mereka, jangan pula mengakui apa yang diyakini mereka. Maklumilah keyakinan lain itu sekadar kenyataan yang ada dalam kehidupan sekitar kita. Titik nggak pake koma atau spasi apalagi enter!

Kalian masih ingat surat al-Kafirun kan? Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

It’s time to wake up!

Bener banget Sobat muda muslim. Kini sudah saatnya kita, sebagai generasi muda penerus perjuangan Islam, kudu segera bangkit dari keterpurukan pemahaman kita tentang akidah kita sendiri. Bangun… bangun! Jangan mau jadi remaja yang cuma dicekokin ama pemahaman-pemahaman salah tentang agama kita sendiri, juga pemahaman yang salah tentang segala sesuatu. Apa kalian mau pikiran kalian dikendalikan oleh orang-orang jahat yang begitu membenci Islam? Nggak mau kan?

So, udah saatnya kita melek tentang dunia. Tahu siapa teman, tahu juga mana lawan. Jangan sampai musuh yang sedang berusaha merusak akidah kita malah kita jadikan teman dekat hanya karena kita nggak tahu atau dengan alasan semu bernama toleransi, tetapi salah tempat. Kita kudu sering-sering mencari ilmu tentang syariat Islam dan akidah islamiyah, agar nantinya kita nggak terjerumus pada hal-hal yang bisa merusak akidah. Tingkatkan pemahaman kita tentang perintah dan larangan dalam Islam, agar kita nggak jadi remaja yang terus-terusan merem nggak ngeh (atau malah nggak mau tahu) apa yang terjadi dengan kehidupan di sekitar kita.

Carilah teman yang kamu anggap udah memiliki akidah yang cukup baik, dan belajarlah darinya. Carilah komunitas yang bisa ngedukung kamu dalam proses pemahamanmu tentang akidah Islam dan senantiasa menjaganya. Gabunglah dengan organisasi atau gerakan dakwah Islam yang benar agar terselamatkan akidahmu. Tantangan untuk generasi ini pada masa depan bakal makin susah sobat, en kalo kamu masih suka leha-leha nongkrong bareng di perempatan sambil nyuitin cewek yang lewat, lantas kapankah dienul Islam ini akan maju? Siapa yang akan mempertahankannya?

Boys and girls, ingatlah selalu satu hal, bahwa satu-satunya jalan aman dan benar dalam menempuh kehidupan di dunia ini demi mencapai akhirat hanyalah Islam. Ya, menjadi muslim itu ‘tiket’ untuk masuk surga. Jika kamu dengan ringannya mau menjual tiketmu (baca: akidahmu), maka siap-siap saja ditolak mentah-mentah amalan kamu, dan kamu akan dilemparkan ke tempat pembuangan bagi orang-orang yang kafir, murtad, munafik, dan yang membangkang perintah Allah Ta’ala. Neraka!

Nih catet firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitabkecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS Ali ‘Imran [3]: 19)

Udah jelas banget kan? Belum cukup? Nih aku kasih bonus,  Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali ‘Imran [3]: 85)

Bro en Sis rahimakumullah, kamu nggak mau kan menjadi salah seorang yang rugi di akhirat kelak? Sekilas memang susah untuk menjalani segala apa yang diperintahkan Allah Swt. kepada kita untuk dilakukan. Namun yakinlah, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah pastilah akan memberi jalan keluar baginya. Yakinlah itu, sobat! Jaga akidahmu hingga ajal menjemputmu. Sehingga kita semua bisa selamat, sampai nanti pada hari yang tiada pertolongan di dalamnya kecuali pertolongan dari Allah Swt. Insya Allah.