Aha! Pasti udah tahu dong bahwa ada begitu banyak kontes umbar aurat lainnya juga bertebaran: ada Miss World, Miss International, Miss Campuss, Miss USA, Miss Indonesia, Puteri Indonesia,
dan masih banyak lagi. Indonesia bahkan beberapa kali ikutan ngirimin
cewek yang display-nya aduhai ke ajang Miss Universe. Latah banget ya?
Duh, kok para perempuan itu begitu antusias mengikuti berbagai macam
lomba sejenis yang intinya adalah ajang untuk memamerkan auratnya
sebebas-bebasnya. Saya juga perempuan, tapi nggak mau tuh pamer aurat.
Itu merendahkan harkat dan martabat wanita!
Oya, perempuan juga ada di iklan pun. Mulai dari produk permen hingga
mobil, semua memakai tubuh perempuan sebagai upaya menarik konsumen
dengan tujuan melariskan dagangannya. Rambut, kulit, gigi, pipi, mata,
kaki, tumit, hingga ke ketiak, semua merupakan komoditi laris untuk
‘menjual’ perempuan.
Sebagai perempuan, pernahkan terbersit di benak kita “Mengapa
perempuan itu begitu senang dan bangga ketika tubuhnya diekspose
sedemikian rupa?” Fitrah pemalu yang ada pada diri perempuan seolah
sirna ketika pandangan takjub audiens dan kilatan lampu blitz semakin
menelanjangi tubuh mereka yang sudah setengah telanjang itu. Mengapa ini
terjadi?
Kebodohan merajalela
Yupz, kebodohan merajalela di tubuh umat termasuk perempuan.
Akibatnya jelas, perempuan menjadi mudah dibodohi dengan ‘iming-iming’
ketenaran semu dan kemewahan duniawi. Kemolekan tubuh perempuan
dijadikan ajang eksploitasi. Celakanya, justru yang mengeruk keuntungan
lebih besar dari semua itu adalah mereka yang memiliki modal. Perempuan
hanya dijadikan ujung tombak yang mendapat rupiah tak seberapa. Karena
faktor kebodohan, perempuan merasa bahwa ia dipuja dan dihargai.
Gimana tidak disebut bodoh, ketika dalam sebuah tayangan iklan,
perempuan digambarkan kucel dan terbelakang dengan rambut panjang dan
kacamata tebalnya. Lalu secara otomatis, perempuan ini bisa menjadi
idola dengan memakai produk tertentu. Bukan produknya yang jadi masalah,
namun penampilan perempuan tersebut yang ternyata berubah menjadi
berambut pendek tanpa kacamata dan yang paling bikin jakun lawan jenis
naik turun adalah gaya berpakaiannya. Perempuan ini memakai rok super
pendek dan baju atas you can see (everything?) dan berjalan
berlenggak-lenggok dengan ganjennya. Ckckck, untuk jadi popular harus
bertingkah murahan seperti itu?
Kasihan perempuan. Jauh lebih kasihan lagi perempuan yang dipajang di
display hanya sekadar sebagai pajangan untuk menarik minat pembeli.
Mulai dari SPG (Sales Promotion Girl) yang syarat utama adalah
penampilan menarik (baca: tidak memakai kerudung apalagi jilbab) hingga
kontes Miss apa pun itu namanya.
Kontestan finalis lomba Miss atau Puteri-Puteri-an itu hanya
dijadikan sebagai pelengkap penderita dalam setiap kesempatan. Dibawa ke
ajang pariwisata, paling-paling tugasnya cuma menyambut dan
mendampingi pejabat yang datang. Bilapun ada yang berdalih untuk
menaikkan jumlah wisatawan yang hadir, jadi muncul pertanyaan, “Ini
yang dijual Miss Pariwisatanya ataukah obyek wisata yang ada?”
Rancu. Belum lagi para pemenang kontes umbar aurat itu selalu
dijadikan ikon untuk misalnya peduli kanker, peduli AIDS, peduli
lingkungan, dll. Padahal kontribusinya juga tak jelas pada semua gerakan
tersebut. Belum lagi ketika ditanya tentang sesuatu agak mendetil yang
membutuhkan luasnya wawasan dan kecerdasan, seringkali jawabannya
tulalit. Inikah potret perempuan yang dikatakan mempunyai ‘brain, beauty
dan behaviour’ itu?
Perempuan, jangan mau jadi korban!
Dari berbagai gambaran di atas, jelas sekali kalau perempuan itu
hanya dijadikan objek pelengkap penderita saja. Anehnya lagi, dari pihak
perempuan sendiri merasa asik-asik saja diperlakukan demikian. Tapi
sebetulnya, cuma perempuan bodoh dan mau dibodohi saja yang rela
diperlakukan demikian. Perempuan smart atau cerdas pasti bakalan ogah
memilih jalan hidup yang menghinakan seperti itu.
Bro en Sis, sebetulnya dalam hal ini, siapa atau pihak mana sih yang
diuntungkan dengan adanya tren cewek modal display? Jelas banget kalo
yang diuntungkan itu pastilah mereka orang-orang yang mendewakan materi
sebagai tuhan dalam hidup ini. Mereka yang menganggap bahwa kebahagiaan
terbesar adalah ketika kepuasan duniawi semisal duit dalam jumlah
banyak plus perempuan bertubuh molek bertebaran di sekeliling untuk
dilecehkan. Orang tipe ini yang ada di pikirannya hanyalah seputar perut
dan apa yang di bawah perut (syahwat).
Mereka ini adalah pemodal alias orang yang mempunyai duit banyak.
Dengan duit itu mereka seolah-olah mampu membeli perempuan untuk
diperbudak semau mereka. Jadilah fenomena cewek modal display ini makin
marak karena dari pihak cewek atau perempuan sendiri memang bangga bila
sudah jadi budak materi. Klop!
Orang seperti ini dilindungi oleh sistem yang bernama kapitalisme.
Karena memang dari namanya saja, sistem ini jelas menguntungkan mereka
para pemilik modal. Jadi jangan heran bila akhirnya hukum rimba yang
berlaku. Siapa yang kuat (duitnya banyak) dialah yang menang. Dalam
hukum rimba seperti ini, hewan-hewan lain di sekeliling hanya ikut dan
ho’oh saja karena takut dilahap si raja rimba.
Masalahnya, perempuan bukan kumpulan hewan tak berdaya. Perempuan
adalah manusia dengan segenap potensi yang diberikan Sang Pencipta
padanya sebagaimana yang diberikan kepada laki-laki. Perempuan mempunyai
akal yang bisa dimaksimalkan untuk menolak eskploitasi dirinya.
Ditambah dengan keimanan yang mendalam, perempuan cerdas berani
bertindak dan berkata TIDAK pada semua jenis pelecehan apa pun itu
bentuknya.
Perempuan, bangkitlah!
Tak ada alasan bagi perempuan untuk berdiam diri menyaksikan kaumnya
dilecehkan sedemikian rupa. Karena sungguh, Allah tak akan mengubah
nasib suatu kaum sampai kaum itu mau berusaha mengubah nasibnya sendiri
(coba deh, cek di al-Quran surat ar-Ra’d ayat 11). Begitu pula dengan
perempuan.
Kapitalisme hadir untuk menghinakan perempuan dan harkat
kemanusiaannya. Begitu juga isme lain yang sudah sekarat yaitu
sosialisme (termasuk komunisme di dalamnya), sudah dicampakkan di banyak
negeri karena bukannya menjunjung tinggi martabat manusia tetapi malah
semakin merendahkanya. Hanya Islam saja yang telah terbukti selama
lebih dari 14 abad memuliakan kehidupan, bukan hanya laki-laki tapi
juga perempuan.
Islam memuliakan perempuan dengan segenap keistimewaan yang ada pada
dirinya. Sekuat apa pun laki-laki, ternyata surganya ada di bawah
telapak kaki ibu. Sehebat apa pun seorang suami, ia bukan apa-apa tanpa
perempuan salihah di sisinya. Perempuan adalah tiang negara. Karena
posisinya sebagai tiang inilah, kualitas dirinya harus benar-benar
teruji sebagai penyangga sebuah peradaban.
Kualitas bukanlah kuantitas. Kualitas mengacu pada nilai diri
seseorang dalam hal ini adalah perempuan. Sedangkan kuantitas mengacu
pada materi atau dalam hal ini bisa disebut secara fisik. Belum pernah
ada kehebatan sebuah negara ditentukan seberapa cantik atau seberapa
seksi perempuan yang jadi warga negaranya. Sebaliknya, negara yang
menjadikan perempuan hanya sebagai display, maka siap-siap saja menunggu
kehancurannya.
Perempuan memang cantik. Ini adalah sesuatu yang alami ada pada diri
setiap perempuan. Karena kecantikan ini pula diberlakukan keistimewaan
pada diri perempuan yang berbeda dengan laki-laki, semisal dalam hal
berpakaian. Auratnya adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak
tangan. Aturan syariat ini ada karena Islam ingin menjaga perempuan agar
tetap cantik karena tubuh dan kulitnya terlindung di balik kain yang
lembut.
Begitu juga dalam hal mencari duit untuk nafkah keluarga. Perempuan
tidak mempunyai kewajiban bekerja. Bilapun ada kondisi tertentu yang
membuat perempuan ‘harus’ bekerja, maka itu pun harus tetap
memperhatikan aturan syariat semisal dalam hal berbusana. Ia tetap harus
bekerudung dan berjilbab ketika keluar rumah, tidak khalwat
(berdua-duaan dengan laki-laki non mahrom), tidak ikhtilat
(bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan tanpa ada alasan yang
syar’i) dan sesuai dengan fitrahnya sebagai perempuan. Satu lagi yang
penting, ia pun harus mendapatkan izin dari walinya, bisa suami atau
ayahnya. Subhanallah, hebatnya Islam!
Keluarnya perempuan untuk bekerja, seyogyanya dalam rangka
memaksimalkan potensi dirinya untuk kemaslahatan umat. Cewek modal
display hanya mengandalkan sisi keperempuanan secara tubuh, seolah
perempuan tak punya modal lain selain itu saja. Ih… merendahkan banget!
Padahal bila mau, perempuan bisa sangat cerdas dan berkualitas. Inilah
yang saat ini seharusnya dimaksimalkan oleh perempuan agar tak ada lagi
pihak yang memperlakukan dirinya ‘habis manis sepah dibuang’. Cewek
modal display bila sudah tak cantik lagi dan kulitnya mulai berkerut,
siapa juga yang mau mempekerjakan dirinya? Beda dengan akal dan akhlak
yang lifetime-nya hingga nyawa menjemput.
So, Islam menjamin keberlangsungan perempuan dengan
memaksimalkan potensi akal dan akhlaknya demi kebaikan perempuan itu
sendiri. Hanya perempuan yang tak tahu berterima kasih saja yang enggan
memakai Islam dalam segenap aspek kehidupannya. Jadi, kalo kamu
termasuk perempuan yang tahu berterima kasih terhadap yang menciptakan
dirimu, plus juga cerdas dan salihah, pasti deh bakalan memilih hidup
cara Islam dan mencampakkan pilihan hidup lain selain Islam. Abisnya,
udah tahu nikmatnya Islam sih! Ok?
Jadi, profesi cewek modal display? Ih…nggak level!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar