WASHINGTON (Arrahmah.com)
- Pemerintah teroris Amerika Serikat (AS) dilaporkan sedang
mempersiapkan serangan udara terkoordinasi ke Libya menyusul serangan
roket terhadap gedung konsulatnya di Benghazi pada Selasa (11/9/2012).
Barack Obama yang marah besar akibat serangan tersebut dilaporkan
sedang mengirim drone untuk terbang ke Benghazi dan lokasi lainnya di
timur Libya sebagai aksi pembalasan terhadap para penyerang yang telah
menewaskan empat pejabatnya, yang salah satunya adalah duta besar untuk
Libya, seperti yang dilansir Anti War.
Pada Selasa malam, rakyat Muslim Libya menggelar aksi demonstrasi di
depan gedung Konsulat Jenderal AS di Benghazi untuk memprotes film
produksi AS yang melecehkan Islam dan menghina Nabi Muhammad (shalallahu
'alaihi wa sallam). Di antara para demonstran ada yang menembakkan
roket ke arah gedung tersebut, Christopher Stevens yang sedang dalam
mobil bersama staf lainnya yang hendak dievakuasi ke tempat yang lebih
"aman" terkena serangan hingga tewas.
Baku tembak pun terjadi dengan pasukan keamanan, menurut TV Al Arabiya Brigade Ansar Asy-Syariah terlibat dalam baku tembak.
Menurut AS, serangan yang bertepatan pada peringatan 9/11 itu adalah
serangan yang mungkin sudah direncanakan. AS menuding Mujahidin Al-Qaeda
dan kelompok Jihad yang berafiliasi kepada Al-Qaeda dibalik serangan
itu untuk memperingati serangan 9/11 dan balasan bagi gugurnya Syaikh
Abu Yahya al-Libi (rahimahullah).
Pemerintahan Obama dilaporkan meyakini bahwa insiden di Benghazi
tersebut bukanlah protes yang spontan, tetapi serangan yang terencana,
yang mungkin dilakukan oleh Al-Qaeda.
Dengan dalih tersebut, AS memutuskan untuk menerbangkan drone ke
Benghazi untuk "mencari Mujahidin Al-Qaeda". Seorang pejabat AS
mengatakan kepada CNN bahwa drone hanya akan digunakan untuk
"operasi mata-mata", untuk membantu mencari informasi bagi otoritas
Libya untuk melakukan serangan udara terhadap target.
Selain itu, AS juga dilaporkan akan mengirim Marinir tambahan ke
Libya, sebagai bagian dari "tim keamanan anti-teroris" yang bertujuan
untuk "meningkatkan keamanan" di Libya. Tetapi nampaknya langkah
tersebut ditujukan untuk melakukan operasi pembalasan atas insiden di
gedung konsulatnya.
"Jangan salah, 'keadilan' akan ditegakkan," kata Obama dalam sebuah pernyataan pada Rabu (12/9).
Sementara itu, tudingan AS terhadap Al-Qaeda terkait serangan tersebut belum dapat diverifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar