Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Keistimewaan Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Allah menjadikannya sebagai
penutup nubuwwah dan risalah. Allah mengambil sumpah dan janji para Nabi
sebelumnya untuk mengikutinya apabila bertemu dengannya. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menjadi saksi atas umat sebelumnya. Allah menggandengkan ketaatan
kepada beliau dengan ketaatan kepada-Nya, serta mewajibkan untuk mencari
keadilan kepada beliau saat terjadi perselisihan.
Rasulullah adalah habibullah (Hamba yang
sangat dicintai Allah). Kita pun mencintainya dengan sepenuh jiwa.
Bahkan keimanan kita mewajibkan untuk lebih mengutamakan kecintaan
kepada beliau daripada kecintaan kepada anak, orang tua, diri sendiri,
dan manusia seluruhnya.
Para sahabat Ridhwanullah 'Alaihim
telah menunjukkan kecintaan kepada beliau yang tak ada tandingnya.
Apapun kan dikobrankan demi melindungi diri beliau. Segalanya kan
diberikan untuk menebus diri beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Hewan, tumbuhan, batu, dan gunung tak mau ketinggalan; mereka telah
menunjukkan kecintaan dan penghormatan kepada beliau yang sangat
sepanjang zaman.
Tahukan kita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
juga sangat mencintai kita. Beliau berkeinginan melihat kita dan rindu
berjumpa dengan kita. Semua yang baik dan bermanfaat untuk kita telah
beliau tunjukkan untuk kita kerjakan. Segala yang buruk dan mendatangkan
kesengsaraan juga telah beliau terangkan untuk kita jauhi. Maka tak ada
alasan untuk tidak mencintainya dan memuliakannya.
Kita wajib mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam karena beberapa sebab, di antaranya;
- Beliau adalah habibullah (kekasih Allah); maka siapa yang mencintai Allah ia wajib pula mencintai siapa yang dicintai-Nya.
- Beliau adalah rahmah, pemberi petunjuk, dan nikmat terbesar untuk umat manusia.
- Beliau sangat menghawatirkan kita dan sangat mencintai kita.
- Beliau adalah pemberi syafaat kepada kita di saat tak ada syafaat yang akan diterima oleh-Nya.
- Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia dan keteladanan yang bagus.
- Dengan mencintai beliau akan terwujud
tanda-tanda keimanan, memperoleh kecintaan al-Rahman, dan terselamatkan
dari teladan-teladan rusak lagi sesat dan menyesatkan.
Cara Mencintai Rasulullah
Ada beberapa tanda bahwa seseorang itu mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
Pertama, Mentaati beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ini merupakan tanda paling utama yang menunjukkan benarnya kecintaan kepada beliau.
Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
"Barang siapa yang menaati Rasul
itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka." (QS. Al-Nisa': 80)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang kewajiban mentaati beliau,
قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Ali Imran: 31)
Al-Imad Ibnul Katsir berkata, "Ayat yang
mulia ini menghakimi atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah
sedangkan ia tidak berada di atas jalan hidup Nabi Muhammad, bahwa ia
berdusta dalam pengakuannya pada saat itu juga. Sehingga ia mengikuti
syariat Nabi Muhammad dan dien Nawabi (Islam yang beliau bawa) dalam
semua perkataan dan perbuataannya. Sebagaimana yang tertera dalam
Shahihain, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Siapa yang beramal dengan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak."
Al-Hasan al-Bashri dan ulama salaf
lainnya telah berkata: Suatu kaum mengaku mencintai Allah, lalu Allah
menguji mereka dengan ayat ini. lalu beliau membaca ayat di atas.
Cinta kepada Allah tidak cukup hanya
pengakuan. Tapi harus disertai pembuktian. Dan tanda bukti nyatanya
adalah mengikuti utusan-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam
semua keadaanya; baik dalam perkataan dan perbuatannya, dalam pokok
agama dan cabangnya, dalam zahir dan batinnya. Maka siapa yang mengikuti
Rasul itu menunjukkan benarnya pengakuannya. Dan siapa yang tidak
mengikuti Rasul, ia tidak cinta kepada Allah Ta'ala. Karena kecintaan
kepada Allah mengharuskan untuk mengikuti utusan-Nya. Jika hal itu tidak
ditemukan pada seseorang, menunjukkan tidak adanya kecintaan kepada
Allah, ia dusta dalam pengakuannya.
Kedua, cemburu
atas beliau dan ajarannya. Marah jika kehormatan beliau dan agama yang
beliau bawa direndahkan. Kecemburuan ini menuntut realisasi nyata, tidak
cukup hanya dengan perkataan semata. Misalnya, membuat bantahan
terhadap syubuhat buruk yang dialamatkan kepada beliau dan sunnahnya,
melakukan tuntutan dan perlawanan kepada mereka yang sengaja melecehkan
beliau baik yang melalui lukisan karikatur, pembuatan film, dan
semisalnya.
Ketiga,
mengagungkan dan memuliakan pribadi beliau dan tidak meremahkan
sunnahnya. Karena ada sebagian manusia yang mengklaim cinta Nabi, tapi
ia mengejek orang yang menghidupkan sunnahnya seperti memanjangkan
jenggot, tidak isbal dalam berpakaian, bersiwak, dan lainnya. Selayaknya
orang yang cinta kepada beliau ia semangat menghidupkan sunnahnya.
Sebuah keharusan, memuliakan beliau sekaligus sunnahnya. Dan di
antaranya bentuk pemuliaan, tidak memanggil beliau dengan namanya semata
tetapi dengan menisbatkan kepada nubuwah dan risalah serta menyertakan
shalat dan salam atasnya.
Keempat,
memperbanyak bacaan shalawat kepada beliau. Karena siapa yang mencintai
seseorang pastinya ia sering menyebut namanya. Maka siapa yang cinta
kepada beliau ia sering membacakan shalawat dan salam kepadanya.
Sesungguhnya bershalawat kepada beliau mengandung keberkahan, doa,
pengagungan, dan pemuliaan.
Kelima, sering mengingat beliau, rindu dan berharap perjumpaan dengan beliau di surga. Terdapat dalam satu hadits, "Di
antara umatku yang sangat mencintaikku adalah mereka yang hadir
sesudahku, salah seorang mereka menginginkan kalau saja bisa melihatku
dengan membawa keluarha dan hartanya." (HR. Muslim)
Adalah Bilal, saat berada di pembaringan
kematiannya mengatakan: "Besok aku akan berjumpa dengan para kekasih
tercinta, Muhammad dan para sahabatnya."
Keenam, mencintai apa yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam
cintai dari jenis manusia, makanan, minuman, perkataan, tempat, waktu,
dan selainnya. Inilah kecintaan yang sempurna. Karenanya kita mencintai
keluarga beliau secara keseluruhan dan para sahabatnya yang mulia.
Ketujuh,
berkahlak dengan akhlak yang dimilikinya dan meniti jalan hidup yang
telah ditempuhnya. Karena dalam perjalanan hidupnya terdapat keteladanan
yang mulia.
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Sesungguhnya beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam
adalah Al-Qur'an yang berjalan di tengah-tengah manusia. Semua
perkataan dan perbuatannya adalah terjemahan aplikatif dari kitab suci
yang mulia. Karenanya, selayaknya kita meniru akhlak Nabi, mengikuti
jalan hidup dan petunjukkan dalam makan, minum, tidur, bermu'amalah, dan
dalam segala hal. Semua ini merupakan bentuk kecintaan kepada beliau
yang sesungguhnya. Wallahu Ta'ala A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar