data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Kamis, 20 September 2012

Demo Umat Islam di Depan Kedubes AS Jakarta.

KH Muhammad Al Khaththath
Sekjen FUI

Siang itu Senin 17 September 2012 ribuan massa FPI,MMI, JAT, GARIS, HDI, KUIB, FUI Bogor dll telah berkumpul di Bunderan HI.  Saya menyetir sendiri membawa satu istri dan tiga anak-anak yang masih kecil-kecil tiba menjelang pukul 14.00wib. Sejenak kemudian Korlap Ustadz Bernad Abdul Jabbar yang mantan missionaris memberikan aba-aba agar massa bergerak
long march ke Kedubes AS selatan Monas.

Ketika mobil komando atau sebut mobil sound yang menjadi kepala barisan tiba di dekat Kedubes AS, mobil saya baru sampai di samping lapangan parkir IRTI, sekitar 500 meter di belakang mobil sound. Tiba-tiba saya lihat suasana kocar-kacir di depan dan mobil sound balik arah meninggalkan Kedubes. Saya turun melihat apa yang terjadi. Rupanya dekat mobil sound udara sudah terasa pedas di mata akibat serangan gas air mata. 


Saya segera menelpon salah seorang perwira intel polda berpangkat AKBP yang biasa tugas di lapangan. Saya protes: “Kenapa ini? Apa ada protap baru pake nembakin FUI?  Siapa yang perintah nembak?”


Dari sebarang sana terdengar jawaban: “Iya ini ustadz, saya juga belum tahu kok jadi ada tembakan”.  


Saya minta tolong tembakan dihentikan. Selesai menelpon saya mendekati beberapa ibu-ibu yang terlihat panik. Salah seorang dari mereka meminta saya menenangkan, kita khan mau aksi bukan mau perang!


Ya, memang format demo FUI selama berpuluh-puluh kali berdemo sejak tahun 2005 hanya aksi damai. Dalam demo bermassa 30 ribu Maret lalu untuk menolak kenaikan BBM di depan istana bahkan hingga jam 9 malam pun demo tetap tertib. Baik massa FUI maupun polisi menahan diri. Bahkan saat demo menolak Lady Gaga di depan Kedubes AS beberapa waktu lalu, polisi sendiri yang mendorong agar massa FUI mendekat ke pintu gerbang Kedubes AS.


Karena itu, saya merasa ada sesuatu yang lain pada demo kemarin. Sejenak keheranan saya itu dipecahkan oleh panggilan ibu-ibu bahwa ada anak laskar FPI yang tertembak dan sedang dibawa ambulans. Saya segera berlari mendekati ambulan yang siap pergi. Alhamdulillah, laskar muda itu, Hendrik namanya, masih sadar dan bisa tenang, walau dadanya habis dikejutkan dan disakiti dengan peluru karet polisi.


Setelah itu saya kembali ke mobil sound dan meminta Ustadz Bernard mengajak massa cooling down untuk siap-siap sholat Ashar berjamaah.


Usai sholat saya bicara. Saya minta massa tenang, menahan diri. Musuh kita bukan Polri, tapi AS. Berulang kali saya teriakkan bahwa dalam  kasus ini polisi salah. Memicu bentrokan dengan menembakkan gas air mata. Ini menyalahi prosedur. Lebih-lebih kita belum orasi, baru hendak menempati lokasi unjuk rasa. Adalah hak para demonstran untuk berunjuk rasa di jalan umum depan Kedubes AS, bukan di dalam kedubes. Ini dijamin Undang-undang. Polisi tidak boleh memblokir jalan. Kenapa polisi begitu ketakutan melihat massa lascar berlarian untuk mengamankan posisi di depan kedubes agar bisa ditempati mobil sound?


Apakah tembakan polisi itu reflek karena ketakutan? Ataukah ada
hidden agenda dari oknum komandan polisi yang sudah terbeli oleh pihak Kedubes AS? Di media polisi mengatakan bahwa aksi bentrok sudah direncanakan dengan argument massa membawa batu-bata dan kelereng. Juga ditemukan bom Molotov katanya. Itu argumentasi yang sangat lemah.

Kalau ada agenda bentrok atau rusuh, kenapa Sekjen FUI membawa istri dan anak-anak serta banyak massa muslimat ikut?  Kalau agenda bentrok kenapa laskar tak bawa senjata seperti Laskar Umat Islam Solo (LUIS) yang membawa golok dan mengenakan helm saat menghadapi preman binaan pejabat. Juga kalau kita mau anarkis kenapa pakai nama FUI yang sudah terkenal mengorganisir demo dengan massa besar, tertib, dan rapi dan kenapa kirim surat pemberitahuan resmi ke Polda?


Memang sebelum demo saya sempat dapat sms dari reporter
Al Jazeera bahwa film Innocence of muslims ini didesain untuk menggagalkan follow up revolusi Negara-negara Islam di Libia, Tunisia, Mesir, bahkan di Syria. Untuk membuat instabilitas di negeri-negeri yang baru berevolusi tersebut.

Saya tak mengira agenda semacam itu disiapkan di Jakarta. Sehingga saya tak menyangka ada kesengajaan atau mungkin provokasi hingga aparat melakukan hal-hal yang tidak biasanya dalam menghadapi massa FUI.


Alhamdulillah massa FUI sudah menunjukkan sikap pembelaan kepada Rasulullah saw., walau harus sampai marah kepada aparat. Mungkin juga karena ada aparat yang sangat kasar dalam kata-kata maupun perbuatan. Tindakan marahnya umat sah. Sebab Allah SWT pun murka kepada siapapun yang menyakiti dan menista Nabi Muhammad saw (QS. At Taubah 61).


Dan pembuat film
“Innocence of muslim” yang dibiayai 100 orang Yahudi, sutradarnya, pemainnya, dan siapapun yang terlibat dalam persekongkolan menyakiti dan menista Nabi saw. memang harus dihukum (lihat QS. Al Ahzab 57).

Bahkan Rasulullah saw telah memerintahkan Muhammad bin Maslamah untuk mengeksekusi pentolan Yahudi Ka’ab bin Al Asyraf sebab telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya.


Namun kita sadar, kekuatan umat Islam hari ini baru sebatas unjuk rasa. Belum bisa mengeksekusi. Perlu sabar dan terus membina serta menggalang dukungan rakyat untuk mewujudkan NKRI Bersyariah. Bila syariat sudah berdaulat, insyaallah Polri sebagai alat Negara tidak lagi menghadapi demonstran umat Islam pembela Nabi saw., tapi langsung menangkap pembuat film
Innocence of Muslims. atau para penghina lainnya demi cinta mereka kepada Rasulullah saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar