data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Kamis, 27 September 2012

Pacaran Jarak Jauh.

Sobat muda gaul islam, pasti bosen deh sama kata yang jadi bahasan gaul islam kali ini. ‘Pacaran’, wuaah…! Udah berkali-kali bahas ini. Tapi, ilmu itu kan nggak akan pernah habis. Mungkin kamu emang bosen. Namun, belum tentu buat teman-temanmu yang masih baru kenal gaulislam, atau baru ngeh soal Islam. So, kali aja ada yang belum tahu hukum seputar pacaran ini. Iya kan?
Nyok, kita bahas tema kita kali ini tentang Pacaran Jarak Jauh.

Jauh di mata dekat di hati

Hayoo..! Bukan belek (kotoran di mata) ya dekat di mata jauh di hati. Hehe. Yup, pacaran jarak jauh atau yang biasa kita kenal long distance relationship ini sangat populer nih, di kalangan remaja.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gauislam, di era serba canggih dan instan ini nggak jadi alasan sejauh mana lokasi seseorang untuk berkomunikasi. Meski adanya di belahan dunia nun jauh di sana, proses komunikasi bisa tetap terjalin. Kecuali, ya mungkin kalo nggak terdeteksi radar or sinyal (*apalagi kalo udah diadakan tahlilan alias meninggal). Peluang ini akhirnya dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk tetap menjalin ‘hubungan’ meski jauh di hadapan mata.
“Cinta tak mengenal ruang dan waktu” mungkin benar adanya. Kalo kita lihat kenyataan saat ini, banyak  remaja yang pisah daerah sama pacarnya, tapi mereka tetap menjalin hubungan. Banyak juga nih, orang yang akhirnya cinlok  di dumay alias dunia maya. Awalnya di Facebook, Twitter atau di sosmed lainya, cuman sering berbalas komentar, terus beralih ke chatting, sampe video call. Bahasa yang digunakan pun, awalnya cuma bahasa nyantai biasa, lalu mulai merayap ke bahasa hati. Waduh.. mulai deh cinlok dan akhirnya pacaran. *walaupun ada yang ngeles dengan alasan, hubungannya sebagai ta’arufan. Ah, ngawur kamu!
Katanya, (kata siapa ya?) mereka yang pacaran jarak jauh itu nggak jadi hambatan lho. Sebab, boleh-boleh aja doi jauh di mata. Tapi di hati, doi paling lengket. Serodot.. gubraak! *Halah, pembenaran doang itu sih!
Tapi kalo dipikir-pikir, emang bener juga sih. Meski jarak antara mereka berpuluh-ratus kilometer, ‘ser’ nya itu pasti kerasa kalo lagi komunikasi. Ehm, berdasarkan survei juga (secara diem-diem hehehe), kata-kata yang diungkapkan lewat tulisan itu, memang terasa lebih  masuk ke hati, dibanding kata-kata yang terucap  mulut kita yang kadang-kadang suka kepleset. Jadi kalo ada komusnikasi lewat sms atau chatting itu lebih nyampe ke hati. Bener!

Meski begitu, banyak juga lho yang ketipu nih sama pacaran kayak gini. Kenalan di Fb, foto sih kece abis. Eh, pas ketemuan ‘enek abis. Wajar aja kalo akhirnya banyak yang kecewa. Sebab, peluang bohong itu leluasa banget. Kan kita nggak tahu apa yang dilakuin doi dengan kehidupan aslinya.  Akun islami pun nggak ngejamin pemiliknya bener-bener sholih/shalihah. Belum lagi predator seksual yang saat ini menjamur di dumay, diajakkin ketemuan. Lalu, dibawa ke hotel untuk diajak berzina, atau diculik dan dijual. Banyak lagi deh. Bikin ngeri banget pokoknya. Jadi, hati-hati ya.
Pernah nih ada yang tanya, “gimana kalo pacarannya cuma di hape, sms-an aja?”. ya itu juga, masuk kategori pacaran juga dong!
Bro en Sis, soal LDR ini, meski jaraknya jauh mereka kan tetep bisa komunikasi dengan kata-kata layaknya orang pacaran. Mesra-mesraan, sayang-sayangan, atau bahkan sampai ke tingkat yang lebih bahaya, dengan menggunakan kata-kata yang mengundang syahwat. Padahal, selain kita diminta jaga kehormatan dan menjaga diri dari zina, kita pun diminta untuk menjaga segala hal dari diri kita, yang dapat mengarah pada zina sesungguhnya. Termasuk hati kita. Waspadalah!

Rasulullah saw. Udah wanti-wanti nih ke kita seputar masalah ini. Sabda beliau saw.: “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisir atau diwujudkan) oleh kelamin atau digagalkannya”. (HR Bukhari)

Karena, rasa cinta itu naluri

Naluri! Ya, itu memang kalo kita suka sama lawan jenis. Tapi, naluri ini jangan dibiarin nggak terkendali gitu, yang akhirnya jatuh ke hal yang salah. Naluri ini harus senantiasa dibimbing oleh aturan yang berasal dari Allah Swt, sebagai pencipta manusia. Dalam aturan Allah ini, sama sekali tidak dikenal yang namanya ‘pacaran’. Sebab, pacaran adalah hubungan terlarang antara laki dan perempuan yang bukan mahrom. Sebab itu ‘pintu gerbang’ menuju perzinaan. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS: al-Isra’ [17]: 32)
Jadi, di mana pun kita, mau jarak deket, atau jarak jauh ya pacaran tetep pacaran. Kan pacaran itu salah satu aktivitas mendekati zina. Berarti diharamkan. Bagi pelakunya tentu akan mendapatkan dosa. Malah, kalo nggak tobat di akhirat nanti bakal disiksa. Siksa Allah Ta’ala itu amat begitu pedih lho.
Duh, kalo inget dosa gini, sebenarnya kita kudu sedih, sebab banyak banget di antara temen kita saat ini yang menganggap enteng azab Allah. padahal dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda:”Sesungguhnya azab yang paling ringan dari penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang diletakkan pada kedua telapak kakinya sepotong bara api yang menyebabkan otaknya mendidih”. (Mutafaq ‘alaih)

Bro en Sis pembaca setia gaul islam, harusnya dikasih hadis ini buat temen-temen yang masih setia pacaran. Kita udah harus bener-bener takut nih sama dosa dan balasannya di akhirat kelak. Serem ya. Jadi, kalo kita mengaku orang yang beriman, tentu kita pun nggak pikir-pikir lagi untuk  nerima seluruh aturan Allah Swt., termasuk hukum mengenai pacaran. Gimana pun prosesnya, kalo ia tertera status ‘pacaran’, ya tetap haram dilakukan. Gimana kalo nggak ada, tapi aktivitasnya mirip orang pacaran, kayak HTS (hubungan tanpa status)? Tetaplah ia terlarang dan dosa.
BTW, ada juga lho pacaran tapi pake istilah ta’arufan dan menyebutnya pacaran islami. Hadeeeuuh, ngasal bin ngawur! Kamu pikir aja lagi. Masa’ ada minyak nyampur sama air? Kecuali kalo ditambahin detergen kali ya. Butek deh jadinya. Intinya. Islam itu haq, sedang pacaran itu bathil. Yang haq nggak mungkin tercampur dengan yang bathil. Nantinya samar-samar dong? Padahal  Islam itu jelas. Mana yang haq, mana yang bathil. Nggak ada abu-abu. Pokoknya hitam dan putih, Sis.
So, kita harus mulai berani menyatakan “nggak ada namanya pacaran islami”. Sebab, meski ketemuannya jauh-jauhan. Kan, ada ajang baku tembak ‘syahwat’ antara pelakunya. Widiih, kayak bansus, eh Densus 88 aja yang doyan main tembak mati orang.
Ayo, jangan bohongin diri kamu sendiri. Meski jauh-jauhan tetep deg-degan kan? Khawatirnya lagi, meski kita saling ingetin tahajud dan beramal yang baik lainnya, kita bisa nggak ikhlas. Sebab, kita lakuinnya atas dasar doi yang ingetin, kita malu dan akhirnya rajin ibadahnya demi nyenengin pacar.
Kembali ke topik, yuk hindari segala bentuk pacaran. Mau pacaran jarak jauh, pacaran 5 langkah, pacar-pacaran, pacaran islami, HTS, jeung sajabana (baca: dan lain sebagainya). Itu semua  bentuk cabang dari pacaran. Semuanya itu diharamkan oleh Allah. Ehm, kenapa saya ngotot banget nyatain ini semua haram? Ya, karena induknyapun diharamkan, semuanya kan mendekati zina. Nampak jelas dalam al-Quran surah al-Isra’ ayat 32 di atas. Kita dilarang mendekati segala hal yang menjurus pada perzinaan.

Tetap pacaran, atau nikah? 

Udah, nggak usah bingung hadapi masalah nalurimu itu. Sebab, itu kan cuman naluri. Jadi, kalo nggak terpenuhi hanya menimbulkan kere-sahan, nggak akan buat kita mati kok. Bener.
Bro en Sis, tentu Islam ngelarang pacaran bukan  berarti ngelarang manusia menuhin nalurinya. Tapi, Islam itu punya aturan tersendiri megenai hal ini. Aturan yang ‘khas’ dan tentunya sangat terjaga dari segala hal yang menjerumuskan manusia pada kehinaan. Aturan ini yaitu “pernikahan” melalui proses ta’ruf dan khitbah (pinangan).
Nah, bagi kamu yang udah mampu nikah, menikah lah. Namun, jika masih belum mampu, maka harus dengan penuh kerelaan untuk bershabar hingga saatnya tepat untuk menikah. Apalagi kalo kamu masih sekolah. Ya, fokus belajar aja dulu (dan banyak puasa, hehehe). Ok? Sabda Rasulullah saw.: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah menikah. Sesungguhnya perinikahan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu seksual, tapi barangsiapa yang belum mampu hendaklah dia berpuasa karena (puasa itu) benteng (penjagaan) baginya”. (HR Bukhari)
Saya juga ngerasain kok, gimana beratnya tantangan jadi remaja itu, berat banget ya. Naluri mencintai yang Allah berikan, harus kita tahan sampai waktunya tiba dengan ikatan yang halal yaitu pernikahan. Sedang, sekarang ini kita dapati, teman-teman kita udah pada ngebonceng atau dibonceng pacarnya masing-masing. Ckckck….

Tapi, tenang Bro en Sis. Semua akan indah pada waktunya. Semua rasa sepi kita karena terasingkan, atau beratnya tantangan menahan hawa nafsu akan terbayar sudah, saat kita berdiri di hadapan Allah menyerahkan seluruh laporan ‘masa jabatan’ kita sebagai hambaNya di dunia. Atas usaha kita ini, kita pun dibayar dengan surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai karena keikhlasan kita mentaati seluruh aturanNya.
Kabar gembira dari Allah Swt. (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga, (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir)”. (QS al-Hijr [15] :45)
Hmm, semoga keberkahan Allah selalu terlimpah untuk kamu semua yang bertakwa pada Allah. Syukuri atas segala anugerah keimanan. Tetap sabar hadapi ujian hidup. Tenang, kalo udah jodohmu pasti kamu dapatkan yang terbaik. Insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar