Mufti Agung Kashmir: Semua Warga AS Harus Pergi dari Kashmir
KASHMIR, INDIA - Ulama
paling senior di wilayah Kashmir jajahan India telah mengatakan kepada
semua warga AS untuk “segera meninggalkan” wilayah tersebut karena film
anti Islam yang diproduksi warga di Amerika Serikat.
“Warga negara AS yang mengunjungi
Kashmir harus segera pergi karena kaum muslimin telah disakiti oleh
foto-foto tersebut,” kata Mufti Agung Jammu dan Kashmir, Bashiruddin
Ahmad pada Kamis, Press Trust of India melaporkan.
“Setiap Mukmin menerima kebesaran Nabi
Muhammad dan setiap upaya untuk memfitnah penggambaran-Nya tidak akan
ditoleransi,” kantor berita tersebut mengutip perkataannya.
Sementara itu ratusan pengacara
meneriakkan slogan anti-AS dan melakukan pemogokan pada hari Jumat di
Srinagar, kota utama Kashmir jajahan India.
Zaffar Shah, mantan presiden Pengadilan
Bar Association Tinggi Jammu dan Kashmir mengatakan, “sekitar 700 dari
kita tidak bekerja hari ini sebagai protes terhadap film yang menghujat
ini.”
“Kami ingin mencegah orang dari membuat
film semacam itu, dan kami mendesak pemerintah AS untuk melarang film
tersebut dan menuntut pembuat film di bawah beberapa undang-undang yang
mencegah orang dari menghasut orang lain,” katanya kepada AFP.
Sekelompok kecil demonstran berkumpul
secara damai pada hari Kamis di Srinagar untuk mengecam film tersebut,
namun polisi berada dalam keadaan siaga untuk mencegah kemungkinan
terjadinya kerusuhan setelah shalat Jumat.
Empat orang tewas di ibukota Yaman
Sana’a pada Kamis ketika kekerasan sekali lagi berkobar di luar kedutaan
besar AS di Timur Tengah dan Afrika Utara selama film menghujat Nabi
tersebut.
Kematian-kematian tersebut menyusul
pembunuhan seorang duta besar AS Chris Stevens dan tiga rekannya di
Suriah pada Selasa setelah massa menyerbu konsulat AS di Benghazi.
India adalah rumah bagi penduduk Muslim yang diperkirakan berjumlah sekitar 150 juta jiwa, menurut data sensus.
Kashmir yang berpenduduk mayoritas
adalah sebuah wilayah Himalaya yang indah yang dibagi antara India dan
Pakistan di mana perang pemisahan diri umat Islam dari penjajah India
telah berkobar selama dua dekade. (by/AFP) (voa-islam.com) Jum’at, 14 Sep 2012
***
FBI: “AS Kian Terancam Akibat Film Hujat Islam!”
Washington – Departemen Keamanan Dalam
Negeri dan FBI mengeluarkan peringatan bahwa ancaman terhadap warga
Amerika Serikat akan meningkat seiring dengan merebaknya sentimen
anti-Amerika akibat film yang menghujat Islam dan Nabi Muhammad.
Film berjudul Innocence of Muslims itu
telah membuat marah warga Muslim dunia. Massa di berbagai negara merusak
fasilitas milik AS, termasuk gedung kedutaan besar. Di Libya, Duta
Besar AS untuk Libya dan tiga orang stafnya tewas oleh amuk massa.
Menurut Senator Dianne Feinstein, akan
muncul protes menenantang film itu dan negara di mana film itu dibuat,
Amerika Serikat. Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI menyatakan
dalam buletin intelijennya bahwa ancaman terhadap warga AS itu akan
semakin tinggi dalam beberapa hari ke depan.
“Risiko kekerasan akan meningkat baik
di dalam negeri maupun di luar negeri karena film tersebut semakin
menarik perhatian orang. Kami menilai kelompok ekstremis di AS bisa
meledakkan kemarahan dengan penggalangan kekuatan.”
Kekhawatiran akan semakin tinggi karena
pada Jumat ini, warga Muslim berkumpul di masjid untuk melangsungkan
salat Jumat. Diperkirakan massa akan turun ke jalan usai salat Jumat.
“Kami memperketat kesiagaan di Timur
Tengah dan di manapun yang ada kepentingan AS karena ada kemungkinan
massa turun ke jalan usai salat Jumat. Kesiagaan juga penting untuk
memastikan tidak ada lagi hal buruk yang terjadi,” ujar salah seorang
pejabat senior AS.
Sebelumnya, sebuah film yang menghujat
Islam dan Nabi Muhammad SAW dibuat oleh seorang warga AS yang
menggunakan nama samaran Sam Bacile alias Sam Bassil alias Sam Basile.
Potongan film tersebut diunggah ke Internet dan langsung membuat
kemarahan ummat Islam dunia. Kecaman juga mengalir ke AS dan pembuat
film itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar