JAKARTA (VoA-Islam) – Bicara pemilihan Cagub DKI
Jakarta yang akan memasuki putara kedua, Ketua Umum Front Pembela Islam
(FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab dalam Renungan Politiknya di sebuah
situs resmi FPI (9/9) mengatakan, Fauzi Bowo alias Foke masih punya lima
utang besar kepada umat Islam Ibukota.
Lima utang besar itu adalah: Pertama, soal pelarangan Ahmadiyah.
Kedua, penarikan saham Pemda DKI dari pabrik Bir. Ketiga, pembersihan
wilayah Sentra Ekonomi Mancanegara Tanah Abang dari pelacuran. Keempat,
melenyapkan patung Dewa Hindu Bali di pintu gerbang Ibukota Jakarta dari
arah Bandara Soekarno-Hatta dan menggantinya dengan tugu Mushaf
Al-Qur'an, karena Jakarta kota umat Islam yang didirikan oleh Fatahillah
dan Ulama. Kelima, membangun Masjid Agung Jakarta, karena Istiqlal itu
Masjid Agung Negara sedang Masjid Agung Jakarta belum ada hingga kini.
“Karenanya, Foke harus tancapkan niat dan bulatkan tekad untuk
melunasi utang ini demi memenangkan dan memuliakan Allah SWT dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang memenangkan dan memuliakan Allah SWT dan
Rasul-Nya, niscaya Allah SWT pasti akan memenangkan dan memuliakannya.
Sebaliknya, barangsiapa yang tidak memenangkan dan memuliakan Allah SWT
dan Rasul-Nya, niscaya Allah SWT pasti tidak akan memenangkan dan
memuliakannya,” ungkap Habib.
Lebih lanjut, Habib Rizieq juga menegeskan, Foke harus berjanji
kepada masyarakat untuk membangun pemerintahan yang bersih tanpa
korupsi. Foke harus berkomitmen kepada umat untuk gusur ma'siat, bukan
gusur rakyat. Foke harus bertekad jadikan Jakarta sebagai Kota Religius
sebagaimana cita-cita Fatahillah saat mendirikan Jakarta dengan nama
Jayakarta yang artinya "Kemenangan Nyata" yang diambil dari ungkapan
Al-Qur'an yaitu "Fathan Mubiinan". Foke harus lebih memperhatikan nasib
Guru dan Buruh, serta terus memperjuangkan kesejahteraan yang pantas dan
layak bagi mereka.
Nilai Tim Sukses Foke
Yang menarik, Habib menilai menilai kampanye tim Foke di putaran
pertama tidak menarik, bahkan iklan kampanyenya di media tidak simpatik
sekalipun. Tim Sukses Foke mesti kreatif dan inovatif dalam
mensosialisasikan keunggulan sang cagub.
Apalagi jika yang diperjuangkan adalah calon incumbent yang selama
kepemimpinannya tentu banyak prestasi yang diraihnya, walau pun ada
banyak kekurangan yang tidak bisa dipungkiri. Tugas Tim Survey dan Tim
Sukses hendaknya membuka "kelebihan" sang klien, bukan membuka
"kekurangan" sang klien.
Tim Survey dan Tim Sukses Foke mestinya mengangkat dan
menginformasikan seluas-luasnya berbagai prestasi Foke sejak menjadi
Sekda hingga Gubernur DKI Jakarta dalam iklan-iklan kampanye di media
cetak mau pun elektronik, walau dalam durasi singkat, tapi dalam
frekwensi penayangan sesering mungkin. Karenanya, muncul sejumlah
pertanyaan terhadap Tim Survey dan Tim Sukses Foke tentang hal tersebut.
Pertama, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak
mengangkat dalam bentuk iklan dokumenter singkat tentang peristiwa
banjir besar dan parah di Jakarta pada tahun 2006 / 2007? Dimana berkat
kerja keras Pemda DKI Jakarta dengan percepatan pembangunan Banjir Kanal
Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB) bisa teratasi, sehingga sampai
saat ini tidak pernah terulang lagi peristiwa tersebut, kecuali banjir
lokal di beberapa tempat karena BKT dan BKB belum selesai. Setidaknya
menginformasikan kepada publik tentang keseriusan Foke mengatasi
banjir.
Kedua, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak
juga mengangkat dalam iklan dokumenter singkat tentang keterlibatan Foke
sejak menjabat Sekda hingga Gubernur DKI dalam penutupan sejumlah
lokalisasi pelacuran seperti Kramat Tunggak dan Boker serta lainnya?
Padahal, ini point penting untuk menunjukkan bahwa Foke punya perhatian
serius untuk mengentaskan lokalisasi pelacuran dari Jakarta.
Ketiga, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak
membuat film dokumenter singkat tentang kepedulian Pemda DKI Jakarta
dalam program pemberian jaminan makan bagi jama'ah haji Jakarta selama
musim haji mulai beberapa tahun terakhir?
Keempat, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak
juga membuat iklan dokumenter singkat tentang program Pemda DKI Jakarta
terkait sertifikasi guru, bantuan sekolah dan madrasah, bantuan biaya
kesehatan, pembangunan masjid, serta kedekatannya dengan para Habaib dan
Kyai, dan sebagainya?
Kelima, kenapa pula Tim Survey dan Tim Sukses Foke
tidak memproduksi iklan animasi tiga dimensi tentang Jalan Layang,
Monorel dan MRT serta lainnya yang memberi gambaran jelas bahwa Foke
sedang bekerja keras untuk mengatasi kemacetan ?
Dengan tidak diangkat secara serius masalah-masalah di atas oleh Tim
Survey dan Tim Sukses Foke, Habib menduga, jangan-jangan ada yang
"menggunting dalam lipatan" dalam Tim Survey dan Tim Sukses Foke,
sehingga tidak serius memenangkan kliennya ?! Akibatnya, Foke selama ini
hanya beli mimpi dari mereka dengan harga sangat mahal! Wallaahu
A'lam.
Menurut pengamatan Habib, kini di tengah masyarakat terbentuk stigma
bahwa Foke "sombong", sedang lawannya "tawadhu", sehingga si sombong
dihalang dan si tawadhu digadang. Maka, kini saatnya Foke harus segera
mengubur dalam-dalam "kesombongannya" dan menggantinya dengan sikap
tawadhu yang tulus dan ikhlas.
Demikian catatan kecil dari hasil interaksi Habib Rizieq dengan
berbagai kalangan akar rumput masyarakat Jakarta, meski ia merasa ini
bukan analisa mendalam, apalagi kajian ilmiah. Namun bisa menjadi bahan
renungan politik cukup menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar