data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Sabtu, 01 September 2012

Astaghfirullah! Masdar Farid, Rais Syuriah PBNU, Sebut Surga bukan Milik Satu Agama.

JAKARTA-Pernyataan nyeleneh dan liberal kembali dilontarkan oleh Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Masdar Farid Mas’udi. Sete
lah lama tak mengeluarkan pernyataan kontroversial, pria yang masuk dalam daftar tokoh liberal versi buku “50 Tokoh Islam Liberal di Indonesia” yang ditulis oleh aktivis INSIST Budi Handriyanto, itu kembali mengeluarkan statemen yang menyengat keyakinan umat Islam.

Dalam wawancara khusus dengan Majalah Detik Edisi 27 Agustus-2 September 2012, lelaki yang juga pendiri Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), ini menyatakan, “Surga itu tidak milik agama tertentu, surga diperuntukkan bagi orang yang beriman dan beramal baik. Jadi jangan melecehkan orang lain karena perbedaan agama.”

Masdar juga mengatakan bahwa manusia itu satu di mata Tuhan. Padahal, dalam Islam jelas, Allah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang paling mulai di sisi Allah adalah orang yang bertakwa kepada-Nya.

Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangang-larangan-Nya. Sementara orang-orang kafir sebaliknya, menentang perintah Allah dan menjalankan larangan-larangan-Nya. Jadi, mana mungkin bisa dikatakan bahwa manusia itu satu di mata Tuhan?

Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini juga mengatakan, “Ajaran apapun termasuk ajaran Islam, orang yang terbaik adalah orang yang berbuat baik terhadap sesama.” Dengan logika liberalnya, Masdar menyatakan, “Jangan dikira kalau kita beramal shaleh, lalu beriman menurut keyakinan kita masuk surga sementara yang tidak seiman dengan kita masuk neraka. Sekali lagi jangan begitu.”

Pemahaman Masdar Farid Mas’udi, alumnus IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini, seiring sejalan dengan para gerombolan liberal lainnya yang menyatakan, bahwa agama manapun, selama menebarkan kebaikan, membela kemanusiaan, maka pada hakikatnya sama di hadapan Tuhan.

Pemahaman ini sejalan dengan keyakinan kelompok kebatinan Yahudi, Theosofi, yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang lebih tinggi, melainkan kebaikan. Theosofi berkeyakinan, semua agama sama, selama mengabdi pada kemanusiaan. Ujung dari paham sesat ini adalah, tak perlu beragama, yang penting berjuang untuk kemanusiaan.

Karena itu, penulis buku “Lubang Hitam Agama” Sumanto Al-Qurtubi yang juga aktivis liberal menulis, bahwa kita umat Islam nantinya jangan kaget jika di surga bertemu dengan Mother Theresia, Mahatma Gandhi, Martin Luther King, dan lain-lain yang merupakan pejuang-pejuang kemanusiaan.

Inilah keyakinan sesat yang sangat bertentangan dengan Al-Qur’an, yang dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang kafir akan ditempatkan di neraka jahannam dan amal mereka di dunia, semua sia-sia.

Masdar dengan lantang juga meyatakan bahwa Tuhan kita dengan tuhan agama lain itu satu. “Apapun konsep Tuhan, hanya berbeda sebutan di komunias, hakikatnya Satu, yang Maha Satu itu,” katanya. Pemahaman seperti ini akan menimbulkan keyakinan sesat, bahwa agama-agama hanyalah jalan yang berbeda menuju pada tuhan yang sama.

Terkait dengan ayat terakhir dalam surah Al-Kafirun yang berbunyi “Lakum diinukum waliyadiin” Masdar kembali menegaskan, “Dalam Al-Qur’an dijelaskan, orang yang beriman, menganut agama Yahudi atau Nasrani, asal mereka punya iman yang kokoh dan beramal shaleh, bagi mereka pahala yang besar. Surga itu tidak milik satu agama tertentu…,” pungkasnya.

Tak hanya itu, Masdar F. Mas’udi alumni IAIN Jogjakarta, pernah menyuarakan kalau lelaki nekat berzina maka hendaknya pakai kondom, pajak sama dengan zakat dan menyerukan musim Haji wuqufnya bukan hanya di bulan Dzulhijjah tapi bisa di Bulan Syawwal dan Dzulqo’dah.

Menurutnya, bahwa pelaksanaan ibadah haji hendaknya bukan hanya sekitar tanggal 8, 9, 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah, tetapi kapan saja asal selama 3 bulan (Syawal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah). Oleh karena itu, saran Masdar, agar pelaksanaan ibadah haji itu ya kapan saja, asal 3 bulan tersebut. Faham sesat dan melecehkan Islam ini dimuat di Kompas, Republika dan media lainnya.

Sebagai Rais Syuriah PBNU, pernyataan Masdar bisa merancukan akidah kaum Nahdliyin. Keyakinan seperti ini bisa menjadi racun yang memurtadkan, sehingga menihilkan keyakinan bahwa Islam-lah Addin yang paling benar.

Penulis buku “Indonesia Tanpa Liberal”, Artawijaya, menyebut keyakinan seperti Masdar ini bisa berujung pada kemurtadan. Karena, buat apa menganut Islam, jika meyakini semua agama sama. Ujungnya, tak beragama pun tak masalah. Na’udzubillah!..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar