Tak banyak pesepak bola Muslim yang mau
menunjukkan identitas keislamannya di lapangan hijau. Pengecualian itu
tak berlaku buat Frederic Kanoute. Eks penyerang klub sepakbola asal Spanyol, Sevilla bangga menjadi seorang Muslim, dan itu ia tunjukan dengan jelas dalam aksi, sikap hidup, atau selebrasinya.
Hidup di Barat, dan bergelut dengan budaya serta kebiasaan yang banyak
bertentangan dengan prinsip hidup seorang Muslim, memang berat. Apalagi
di dunia sepak bola, satu bidang olahraga yang paling popular di Eropa
dan sangat memberi ruang pada kebebasan duniawi. Bahkan cenderung
membuat orang lupa akan nilai-nilai agama.
Kalaupun ada, untuk
insan pesepak bola Muslim, diharuskan berhati-hati. Bukan rahasia lagi,
sentimen agama masih keras dirasakan, selain juga anti-Islam yang banyak
didengungkan oleh banyak pihak.
Kita tentu mengenal beberapa nama terkenal yang menghiasi dunia bola internasional. Misalnya saja, Zinedine Zidane.
Jika Anda pergi ke tanah Arab dan berjumpa dengan seorang penggila bola
di sana, maka jangan heran jika Zidane dianggap dewa, dikagumi
sedemikian rupa. Alasannya? “Zidane seorang Muslim!”. Tapi apa daya,
jarang sekali, bahkan mungkin kita tidak pernah melihat Zidane
menunjukan sikapnya yang Muslim itu sendiri.
Jika merayakan
gol, Zidane biasa saja. Berita-berita tentang keseharian Zidane yang
menunjukan kebiasaan Muslimnya, amatlah minim. Terus, kedua anak Zidane
pun diberi nama Enzo dan Luca, dua nama yang sama sekali tidak
mencirikan identitas Islam.
Zidane hanya satu contoh. Di
Jerman, ada Franck Ribery yang juga Muslim namun—maaf—masih ikut
menenggak bir ketika Bayern Muenchen juara liga. Di Premier League,
Nicolas Anelka sering meletakan dua tangannya usai mencetak gol sebagai
tanda syukur yang menunjukan ia seorang Muslim. Namun, media Inggris
juga ramai memberitakan kehidupan bebasnya.
Namun, berbeda dengan Frederic Kanoute. Di dalam dan luar lapangan, ia adalah Muslim sejati. Siapakah Kanoute?
Kanoute terlahir dengan nama asli Frederic Oumer Kanoute di
Sainte-Foy-lès-Lyon, 2 September 1977. Walaupun lahir di Prancis, tetapi
Kanoute lebih dekat dengan Negara asal kedua orang tuanya, Mali. Ini
dikarenakan ikatan Muslim yang melekat dalam dirinya.
Karir
sepakbolanya dimulai di klub Prancis, Lyon. Ia memulai di usia yang
cukup belia yaitu 18 tahun. Tahun 2000, Kanoute direkrut oleh salah satu
klub Liga Inggris, West Ham United. Di klub ini, ia main sebanyak 84
kali dan menghasilkan 29 gol. Jumlah yang cukup banyak untuk ukuran
pendatang baru saat itu. Karena aksinya itu, Kanoute diminati klub yang
lebih besar.
Pada tahun 2002, ia pun hijrah ke Tottenham
Hotspur. Di Spurs, Kanoute hanya bertahan dua musim dengan torehan gol
sebanyak 21. Namun karir cemerlang Kanoute sebenarnya semakin nampak
ketika ia mulai bermain untuk Sevilla, klub Spanyol. Di klub ini,
kecuali musim pertamanya dan musim 2008-2009, Kanoute selalu mencetak
gol lebih dari 20 gol setiap musimnya. Jumlah yang hanya bisa diraih
segelintir penyerang saja.
Keislaman Kanoute
Kanoute
tak pernah sungkan dalam menunjukan identitas keislamannya, baik di luar
lapangan ataupun di dalam lapangan. Di lapangan misalnya, setiap kali
mencetak gol, ia tak pernah lupa merayakannya dengan cara-cara yang
“berani”. Misalnya dengan bersujud dan atau gerak tangan seperti orang
Islam yang telah berdoa.
Dalam kondisi apapun, Kanoute tetap
menjalankan kewajibannya untuk shalat. Tak jarang ia shalat di kamar
ganti dan disaksikan oleh rekan-rekannya. Awalnya ritual itu membuat
heran sesama pemain yang memang notabene non-Islam, namun lama-kelamaan,
hal itu menjadi pemandangan yang biasa. Bahkan rekan-rekannya di
Sevilla memberikan toleransi yang besar kepada Kanoute untuk
melaksanakan keyakinannya.
Jika Ramadhan mendatang, Kanoute
tetap menjalankan ibadah puasa. Baik ketika latihan ataupun bertanding.
Namun, khusus ketika berlatih, pelatih fisik Sevilla memberikan
kelonggaran kepada Kanoute untuk berlatih tidak secara penuh. Sedangkan
dalam pertandingan, Kanoute tetap bermain penuh dan profesional kendati
tidak makan dan minum. Untungnya, pertandingan Liga Spanyol lebih banyak
dimainkan pada waktu malam hari, terutama untuk klub-klub besar.
Solidaritas untuk Palestina
Ketika Gaza diobrak-abrik Israel, ribuan rakyat Palestina syahid akibat
agresi kaum Yahudi Zionis Januari silam, Kanoute tercatat hanya
satu-satunya pesepakbola yang menyampaikan simpati dan dukungannya
kepada Palestina. Hal itu ia tunjukan dengan cara membuka bajunya untuk
memperlihatkan kaos dalamnya yang bertuliskan “Palestina”. Kata
Palestina itu ditulis juga dalam beberapa bahasa yang lain. Itu ia
lakukan dalam pertandingan Sevilla kontra Deportivo La Coruna.
Aksi Kanoute tersebut mengundang banyak komentar dan reaksi. Federasi
Sepak Bola Spanyol (REF) memberlakukan denda kepada Kanoute sebanyak
3000 euro atau sekitar Rp. 45 juta. Keputusan Federasi Sepak Bola
Spanyol ini menuai aksi protes dari segala penjuru.
Peraturan
federasi Spanyol melarang para pemain menunjukkan berbagai publisitas
atau slogan-slogan sepanjang pertandingan berlangsung. Menurut federasi
itu, hukuman tersebut tidak mempermasalahkan sifat dasar politik dari
pesan itu. Tetapi mereka menyoroti fakta bahwa sang pemain telah
menunjukkan suatu pesan yang dinilai melanggar peraturan. Pep Guardiola,
pelatih Barcelona, membela Kanoute untuk aksinya itu.
Tanggapan Kaonute? ”Itu merupakan sesuatu yang saya rasa harus saya
lakukan. Setiap orang seharusnya merasa bertanggung jawab saat
menyaksikan ada suatu situasi yang sangat tidak adil itu. Saya merasa
100 persen bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan dan saya tidak
takut atas sanksi itu,” ujarnya kepada televisi swasta Telecinco.
Selamatkan Sebuah Masjid
Kanoute memang dikenal sebagai muslim yang taat. Pada tahun 2007
misalnya, pemain terbaik Afrika 2007 ini pernah memberikan gajinya
selama setahun, sebesar USD $ 700.000 dolar AS atau sekitar Rp 6,7
miliar untuk menyelamatkan masjid terakhir yang ada di Sevilla.
Masjid tersebut sedianya akan dijual karena populasi Muslim di kota
tersebut mulai punah. Pemerintah setempat pun akhirnya memberi nama
tempat ibadah tersebut sesuai dengan sang pembeli
“Jika tidak
ada Kanoute, kami tidak akan beribadah pada hari Jumat lagi, di mana itu
adalah hari yang suci bagi umat muslim,” tukas wakil dari komunitas
Islam Spanyol, sesaat setelah Kanoute membeli Masjid tersebut, seperti
dilansir AFP.
Ia pernah menolak menggunakan seragam klubnya
karena disponsori oleh rumah judi, 888.com, situs judi taruhan yang ia
anggap bertentangan dengan keyakinannya. Bahkan ketika seragam itu
digunakan, Kanoute menutupinya dengan plester berwarna hitam.
Ketaatan Kanoute pada keyakinannya justru mendapat dukungan penuh dari
klub Sevilla. Ia diberi jersey (seragam) khusus tanpa sponsor. Bahkan,
Ia menyumbangkan seluruh hasil penjualan kaosnya untuk amal. Begitulah
Kanoute.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar