“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu,
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 216).
”Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji
adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula)“. (QS An-Nur: 26).
DUA AYAT
ini menjadi ayat wajib untuk direnungi dalam proses pencarian jodoh dan
mempertahankan jodoh. Tapi kita terkadang lupa mengukur diri sendiri
dan yakin se“pede-pede” nya bahwa diri ini adalah orang baik-baik.
Sebagaimana yang dituliskan dalam QS. An-Nur: 26, tanpa belajar apa yang
dimaksud Allah dengan wanita baik dan wanita keji atau laki-laki baik
dan laki-laki keji?
Mari kita mulai berpikir dan mengukur diri.
Sudah baik kah saya sehingga saya pantas dapat pasangan yang baik?
Ketika kita sudah memiliki pasangan yang baik, mampukah kita untuk
menjaga kebaikan kita sehingga kita tetap “pantas” untuk bersanding
dengannya?
Siapa sih perempuan yang tidak ingin suaminya baik,
yang sholih, yang bisa menjadi imam dalam keluarga, membimbing dalam
ibadah, dan bergandengan tangan menuju surga Allah? Tidak mungkin ada
yang menolak suami dengan kualitas seperti ini kan?
Siapa sih
laki-laki yang tidak ingin istrinya manis, sholihah, menyenangkan bila
dipandang, lembut hatinya, dan mampu menjadi Ibu yang mampu menjadi
madrasah bagi anak-anak nantinya? Ada yang tidak mau punya istri seperti
ini kah?
Ayat di atas memberitahu kita bahwa Allah memberikan
pasangan yang se-kufu dalam tingkat ketakwaan kepada Allah. Kalau ingin
laki-laki sholih, harus jadi perempuan yang sholihah. Begitupun
sebaliknya.
Dalam prosesnya bisa jadi ada sandungan-sandungan di
luar kendali kita karena ketidakmampuan kita menahan diri atau
kekurangan kita dalam berilmu. Namun yakinlah, ketika kita bertobat,
bangkit dan berusaha selalu memperbaiki diri, maka Allah akan selalu
menjaga kita.
Ada kalanya kita mengalami kendala dalam proses
menemukan jodoh, entah tidak jadi menikah, atau bahkan memang belum
pernah menemukan kunci masuk proses sama sekali. Namun, yakinlah ketika
kita tetap berusaha mendekatkan diri pada Allah, bila Allah menunda
memberikan jodoh bukan karena Allah, tapi Allah mencintai kita dan ingin
kita mendapatkan jodoh yang terbaik. Dengan “waktu tunggu lebih”
yang dimiliki, kita diberi kesempatan lebih banyak untuk bisa
memperbaiki kualitas diri sehingga bisa mendapatkan pasangan yang jauh
lebih baik dari keadaan diri kita saat ini.
Ada kalanya kita
menghadapi banyak ombak untuk mempertahankan bahtera rumah tangga.
Entah karena keegoisan diri, kecemburuan yang tidak pada tempatnya, atau
bahkan yang lebih sulit adalah ketidakseimbangan dalam proses
“mendekati” Allah yang mengakibatkan visi misi rumah tangga pun bisa
jadi berubah dan terasa tak sejalan.
Ketika sang suami makin
sholih, maka didik dan ajak dan gandenglah istri tercinta untuk
mengikuti kesholihannya. Ketika sang istri makin sholihah, ajak dan
gandeng dengan mesra sang suami untuk bersama makin dekat dengan Allah
sehingga bisa selalu seiring sejalan.
Mau dapat pasangan yang baik, jadi baik dulu. Pasangan makin baik, kejar kebaikannya hingga kita selalu pantas bersamanya.
Mau
dapat pasangan yang sholih, jadi sholihah dulu. Pasangan makin sholih,
raih tangannya, jangan sampai tertinggal jadi orang sholih.
Ukur
diri, bertaubat, perbaiki dan berproses menjadi lebih baik tiap
waktu. Mendekat dan makin mendekat pada Allah. Mencintai Allah dan
menjauhi apa-apa yang tidak disukai Allah.
Maka nikmat Allah apa yang mau kamu dustai? Allah akan selalu memberikan yang terbaik. Itu Pasti! Ya Allah, bimbinglah kami.
Oleh: Poppy Yuditya(Mahasiswi FTUI Jurusan Teknik Mesin/Industri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar