Akankah Indonesia menjadi seperti Mexico? Di mana mafia dan bos
kartel narkoba mengalahkan negara. Negara menjadi lumpuh. Tidak berdaya
menghadapi jaringan mafia narkoba.
Jaringan kartel narkoba sudah begitu luas. Sehingga, kekuatan negara
tak mampu menghadapi mereka. Ditambah, adanya main mata, antara aparat
penegak hukum, dan sejumlah penjabat dengan para gembong narkoba.
Para bos kartel narkoba itu, mereka memiliki ladang-ladang yang luas
di seantero pegunungan Mexico, mereka sudah memiliki pabrik guna
memproses narkoba. Mereka memiliki pesawat dan kapal sendiri.
Mereka mengirimkan barang "haram" itu ke berbagai negara
dengan menggunakan sarana-sarana mereka miliki. Mereka memiliki bank
sendiri, guna menampung uang dari dari penjualan narkoba.
Tentu, bagi pemerintah Mexico yang paling masygul, di mana para bos
kartel narkoba itu, mereka membentuk pasukan militer, dan dilengkapi
dengan berbagai jenis senjata mutakhir. Bukan hanya digunakan melawan
pasukan pemerintah. Tetapi, kalangan kartel narkoba itu, berperang
melawan sesama jaringan narkoba di Mexico. Sehingga, Mexico terus
dilanda kekacauan, dan perang antara pemerintah melawan pasukan kartel
obat bius,dan perang diantara mereka sendiri.
Di Indonesia pengguna terus bertambah luas. Dahulu yang menjadi pusat
narkoba di "Segitiga emas", yang berpusat di Thailand. Tetapi, karena
pemerintah Thailand melakukan pengetatan, sekarang berpindah ke
Indonesia. Di Indonesia perdagangan narkoba sudah sangat luas. Peredaran
sudah sampai di gang-gang di kampung.
Bandara dan pelabuhan begitu mudah masuk barang "haram" dari manca
negara, seperti Malaysia, Hongkong, Singapura, Bangkok, Australia, dan
sejumlah negara lainnya. Karena para pejabat dan pengawas di Bandara dan
Pelabuhan dengan sangat mudah, mereka bisa disuap.
Bahkan, di penjara-penjara menjadi pusat peredaran dan pengendalian,
bisnis narkoba. Ini tidak mungkin bisa terjadi tanpa adanya keterlibatan
oknum-oknum aparat penegak hukum, yang memberikan keleluasaan kepada
para bandar narkoba yang sekarang sudah berada dalam penjara. Sehingga,
mereka dapat dengan leluasa melakukan aktitivitas bisnis narkoba.
Apartemen banyak yang menjadi pusat pembuatan narkoba. Sudah berapa
banyak narkoba yang diproses di apartemen oleh para bos narkoba di
Jakarta ini. Tanpa ada kecurigaan apapun terhadap mereka. Belum lagi,
tempat hiburan, sekarang menjadi pusat perederan narkoba. Tidak sedikit
dikalangan artis yang menjadi pengguna narkoba.
Sekarang Indonesia sudah menempati urutan nomor tiga dalam hal
perdagangan narkoba dunia. Hampir menyamai Mexico. Perederannya dan
perdagangan sudah sangat luas. Tak habis-habis. Jutaan orang Indonesia
menjadi pengguna narkoba. Indonesia menjadi pasar baru bagi perdagangan
narkoba. Dengan jumlah penduduk 240 juta, dan anak-anak muda, serta
terjadinya "baby boom", sekarang ini, Indonesia menjadi pasar yang
menarik.
Rumah-rumah eksklusif di pinggir pantai, berupa vila dan apartemen,
tidak luput menjadi tempat penyelundupan narkoba. Indonesia sebenarnya
menjadi negara dalam keadaan bahaya "state emergency". Karena sudah
begitu luasnya peredaran narkoba. Generasi muda yang baru banyak yang
menjadi generasi yang "teler".
Nantinya generasi baru di Indonesia akan mengalami kondisi yang
sangat suram. Mereka miskin, dicekoki narkoba, dan sudah kehilangan
kesadaran, lemah, dan tidak memiliki gairah hidup, dan ini menjadi
fenomena di kota-kota besar. Sekalipun sudah dibentuk oleh kepolisan
yaitu BNN (Badan Nasional Narkotika), yang bertujuan memberantas
narkoba, tetapi buktinya tak pernah habis, dan bahkan berkembang biak.
Di Mexico, Presiden Enrique Pena Nieto mengumumkan rencana negeri itu
membentuk satuan kepolisian baru untuk memerangi kejahatan dan
kartel-kartel obat bius. Pasukan polisi itu, yang mengambil model
pasukan Guardia Civil Spanyol, akan beranggotakan 10.000 personil yang
tangguh. Meksiko saat ini memiliki satuan kepolisian kota, negara bagian
dan kepolisian nasional.
"Meksiko menginginkan kedamaian," ujar
presiden baru itu saat memberikan sambutan dalam pertemuan kabinet,
para gubernur, parlemen dan hakim ditambah para pengamat HAM.
"Prioritasnya,
adalah mengurangi angka pembunuhan, penculikan dan pemerasan," lanjut
Nieto. Enam poin strategi Presiden Nieto termasuk memperbarui pasukan
keamanan yang selama ini terbagi dalam lima wilayah operasi. Selain
berencana membantuk satuan kepolisian baru, Presiden Nieto juga
menganggarkan 8,8 miliar dollar AS untuk program sosial yang ditujukan
untuk mencegah kejahatan.
Nieto dilantik menjadi presiden pada 1
Desember 2012, menggantikan Felipe Calderon dari Partai Aksi Nasional
(PAN). Sesuai undang-undang Meksiko, presiden memiliki masa jabatan
enam tahun dan tak bisa dipilih lagi.
Selama pemerintahan Felipe
Calderon yang mencanangkan perang melawan kartel obat bius
mengakibatkan setidaknya 60.000 orang tewas. Padahal, pemerintah sudah
mengerahkan militer untuk memerangi geng-geng narkoba. Apa yang terjadi
di Mexico sudah mirip di Indonesia. Begitu banyak peredaran narkoba, dan
berbagai kelompok geng sudah terlibat dalam bisnis ini.
Militer
Meksiko menjalankan operasi anti-kartel sangat luas, sampai menjangkau
seluruh Mexico.Tetapi para jaringan kartel obat bius di Mecxico itu,
mereka sudah memiliki pasukan bersenjata, maka militer Mexico menjadi
kewalahan menghadapi mereka. Hasil penjualan obat bius alias narkoba
itu,mereka gunakan membeli alat-alat militer melawan pasukan pemerintah.
Betapa bahayanya jaringan kartel yang sudah menjadi kekuatan mafia
dan memiliki jaringan yang sangat luas seperti Mexico, dan negara harus
mengeluarkan anggaran yang sangat besar. Tidak mudah membasmi kartel
obat bius yang sudah melibatkan elemen yang begitu luas, baik aparat,
pejbata, dan sebagian rakyat yang hidupnya dari perederan obat bius.
Indonesia pemerintahnya sangat lemah dalam melawan jaringan narkoba.
Seperti yang ditunjukkan oleh Presiden SBY, yang memberikan grasi kepada
"Ratu Marijuana" dari Australia, Corby.
Ini menjadi preseden yang buruk, di mana seorang Presiden memberikan
grasi kepada "Ratu Marijuana". Dampaknya semakin lemah dalam
pemberantasan obat terlarang, narkoba. Ini benar-benar menjadi ancaman
masa depan Indonesia. Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar