Ada suatu kaum yang daerah tempat mereka
tinggal tidak turun hujan hingga bertahun-tahun. Mereka sudah hampir
mati. Shalat Istisqa’ dilakukan berkali-kali, tetapi hujan tidak kunjung datang.
Kemudian ada seorang yang dianggap awam, memasuki daerah tersebut dan berkata: “Wahai hadirin. Apa yang kalian lakukan?”
“Istisqa’. Minta hujan”, jawab mereka.
“Bolehkah saya membantu berdoa agar hujan turun?”
“Lha wong orang sedesa sudah doa dan istisqa’ belum juga turun hujan, kok sampean berani nantang turun hujan?”
“Mungkin doa saya diterima oleh Allah.”
“Ya sudah kalau begitu, monggo silakan.”
Kemudian orang asing tersebut menengadahkan tangan ke langit seraya
berdoa: “Ya Allah, berkat apa yang ada di mataku ini, tolong turunkan
untuk mereka hujan ya Allah.”
Tidak lebih dari 10 menit langit
mendung. Tidak sampai setengah jam kemudian turunlah hujan. Mereka
bertanya: “Apa doa yang kau lakukan?”
“Saya hanya tawasul dengan amal saya.”
“Apa amalan yang ada di matamu?”
“Saya hanya tawasul dengan mata saya yang pernah memandang seorang wali dan ulama, bernama Abu Yazid al-Busthami.”
* * *
Memandang wajah seorang alim adalah ibadah. Ini merupakan salah satu
kemuliaan yang diberikan Allah kepada hambaNya yang berilmu.
Berdoa agar keinginan dikabulkan oleh Allah melalui tawasul dengan amal,
dalilnya tentu sudah kita ketahui. Karena haditsnya shahih dan masyhur.
Yaitu hadits tiga orang yang terperangkap di dalam gua.
(“Kutipan Ceramah Al-Habib Jamal bin Thoha Baagil”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar