Data WHO menyebutkan, selama tiga tahun
terakhir (2005-2007) sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh
diri akibat kemiskinan dan himpitan ekonomi (Harian SIB). Di Yahukimo,
Papua, dikabarkan 113 orang meninggal dunia karena kelaparan
(Okezone.com). Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan
tahun 2005, dari 241.973.879 penduduk Indonesia sebanyak enam persen
atau sekitar 14.500.000 orang menderita gizi buruk (baca: kelaparan).
Sebagian besar penderita gizi buruk tersebut berusia di bawah lima tahun
(Kompas.com). Sepertiga Balita di Indonesia mengalami kurang
gizi/busung lapar akibat kelaparan.
Sementara hutang Indonesia setiap tahun terus bertambah hingga saat ini melebihi Rp 1.600 trilyun.
Toh di tengah kemiskinan rakyat dan juga
hutang yang kian menggunung, para pejabat membagi-bagi mobil mewah
Toyota Crown senilai Rp 1,3 milyar! Segelintir pejabat seperti pimpinan
KPK menolak mobil mewah tersebut dengan alasan mobil lama sudah
mencukupi. Sementara Wakil Ketua DPR, Pramono Anung dari PDIP masih
punya nurani untuk menolak mobil mewah tersebut dengan alas an sudah
punya mobil pribadi.
Namun sayangnya banyak pejabat yang masih
belum punya kepekaan sosial. Seorang menteri berkata bahwa mobil
senilai Rp 1,3 milyar itu tidak mewah. “Toh itu merupakan simbol negara
dan uangnya juga ada kan?”, begitu katanya.
Mungkin menteri itu tidak sadar jika
para pejabat rela dengan mobil dinas sebelumnya seharga Rp 350 juta,
maka bisa dihemat uang sebesar hampir Rp 1 milyar untuk setiap mobilnya.
Hutang Indonesia bisa ditekan, dan uang tersebut bisa digunakan untuk
menyelamatkan rakyat Indonesia dari kelaparan.
Seandainya ada Rp 132 milyar yang
seharusnya untuk mobil mewah Rp 1,3 milyar bagi para pejabat, maka jika
para pejabat puas dengan mobil seharga Rp 300 juta, bisa dihemat uang
sebesar Rp 145 milyar lebih. Uang tersebut bisa menyelamatkan 145 ribu
rakyat Indonesia dari bahaya kelaparan selama setahun!
Bahkan jika dipikir, dengan gaji
bersih total sekitar Rp 20 juta per bulan, para pejabat bisa mencicil
mobil sebesar Rp 10 juta per bulan tanpa harus mengambil uang rakyat.
Mayoritas rakyat Indonesia lainnya toh begitu. Menabung dari sisa gaji
untuk beli rumah dan mobil.
Seharusnya uang rakyat itu diutamakan
untuk mensejahterakan rakyat atau minimal menyelamatkan rakyat dari
bahaya kelaparan. Bukan justru dihamburkan untuk kemewahan para pejabat.
“…Dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya dengan disedekahkan kepada fakir miskin; dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.” [Al An’aam 141]
Mari kita berdoa mudah-mudahan tidak
ada pejabat/pemimpin menuding rakyat sebagai boros untuk alasan
menaikkan harga kebutuhan rakyat. Tapi kenyataan menunjukkan justru
merekalah yang boros dan menaikkan harga barang karena ketamakan mereka
kepada harta. Mudah-mudahan kita memiliki pemimpin yang sederhana,
zuhud, qana’ah, dan gemar bersedekah untuk rakyatnya.
Sesungguhnya Allah mencela orang yang suka bermegah-megahan meski dengan dalih “Simbol Negara”
”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takatsuur:1]
Mobil dinas pejabat senilai Rp 1,3
milyar tidak akan dapat menyelamatkan rakyat Indonesia dari kelaparan.
Akan lebih bermanfaat jika uang tersebut diberikan kepada ribuan fakir
miskin agar mereka tidak kelaparan.
Harta/kekayaan tidak ada manfaatnya jika dari yang haram atau tidak digunakan untuk membantu fakir miskin:
”Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” [Al Lahab:2]
Rasulullah SAW berkata: ”Demi Allah,
bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku
khawatirkan adalah jika kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian
sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian,
kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka
berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia
telah membinasakan mereka.” (Shahih Muslim No.5261)
Dalam surat Al Maa’uun disebut bahwa
orang yang enggan menolong anak yatim dan fakir miskin dengan barang
berguna sebagai pendusta agama meski dia sholat:
”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
orang-orang yang berbuat ria.
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” [Al Maa’uun:1-7]
Allah melarang kita menghambur-hamburkan harta secara boros. Sebaliknya memerintahkan kita untuk bersedekah:
”Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]
Nabi Muhammad sendiri selaku Nabi dan
pimpinan negara di mana kerajaan Romawi dan Persia sudah hampir jatuh
di tangannya meski kaya menolak hidup mewah. Pada zaman Sahabat kedua
kerajaan besar itu takluk di tangan Islam. Tidak seperti Raja Romawi dan
Persia yang hidup mewah bergelimang harta, beliau hidup sederhana. Nabi
tidur hanya beralaskan pelepah kurma sementara perabot rumahnya sedikit
sekali sehingga membuat Umar ra menangis terharu:
Kisah Umar ra: Aku (Umar) lalu segera
masuk menemui Rasulullah saw. yang sedang berbaring di atas sebuah
tikar. Aku duduk di dekatnya lalu beliau menurunkan kain sarungnya dan
tidak ada sesuatu lain yang menutupi beliau selain kain itu. Terlihatlah
tikar telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. Kemudian aku
melayangkan pandangan ke sekitar kamar beliau. Tiba-tiba aku melihat
segenggam gandum kira-kira seberat satu sha‘ dan daun penyamak kulit di
salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang yang belum sempurna
disamak. Seketika kedua mataku meneteskan air mata tanpa dapat kutahan.
Rasulullah bertanya: Apakah yang membuatmu menangis, wahai putra
Khathab? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis,
tikar itu telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku tidak melihat
yang lain dari apa yang telah aku lihat. Sementara kaisar (raja Romawi)
dan kisra (raja Persia) bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai
sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba pilihan-Nya hanya berada
dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini. Rasulullah saw. lalu
bersabda: Wahai putra Khathab, apakah kamu tidak rela, jika akhirat
menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka? [Muslim]
Keluarga Nabi tidak pernah 3 hari berturut-turut makan dengan kenyang. Selalu ada saat kelaparan setiap 3 hari.
‘Aisyah melaporkan: Tidak pernah
keluarga Nabi Muhammad (SAW) makan sampai kenyang dengan roti gandum untuk
tiga malam berturut-turut sejak kedatangan mereka di Madinah hingga
wafatnya” [Muslim]
Inilah sunnah Nabi kita. Kaya, tapi
memilih menyumbangkan kekayaannya untuk kejayaan Islam. Bukan
menumpuk-numpuk kekayaannya untuk bermegah-megahan seperti dalam surat
At Takatsuur.
Itulah sunnah Nabi. Hidup sederhana dan gemar bersedekah untuk menolong fakir miskin.
Wakil Ketua KPK, pak Bibit menyatakan
bahwa, “Gaji kecil/besar itu relatif. Meski gaji kecil, jika hidup
sederhana dengan makan nasi dan ikan asin, 2 bulan juga gaji masih ada.
Tapi kalau makan tiap hari di Hyatt, maka 2 hari pun sudah habis.”
Begitu katanya.
Yang terpenting adalah tidak tamak atau serakah.
Lihatlah bagaimana presiden Iran,
Ahmadinejad, hidup sederhana dengan mobil Peugeot 504. Dia duduk di
lantai. Tidur dan shalat di karpet biasa. Makanannya roti biasa dengan
sedikit lauk. Kesederhanaan itu justru membuat banyak orang kagum akan
dirinya. Kesederhanaan itu tidak membuatnya rendah diri untuk berani
melawan presiden AS, George W Bush mau pun Barak Obama untuk berdebat
dengannya.
Semoga kita semua bisa hidup sederhana
seperti itu dan juga bisa memiliki pemimpin yang sederhana dan tidak
boros serta gemar bermewah-mewahan.
Saat ini kita butuh pemimpin yang
sederhana seperti Nabi Muhammad SAW namun rajin bersedekah agar
rakyatnya kelaparan. Bukan pemimpin yang bermewah-mewahan dengan memakai
uang rakyat dengan alasan itu simbol negara sementara jutaan rakyatnya
dilanda kelaparan.
50 Ribu Orang Indonesia Bunuh Diri Akibat Kemiskinan
Fakta kesehatan jiwa di ibukota Jakarta
semakin memprihatinkan, di mana dari delapan juta penduduk Indonesia,
dua juta di antaranya atau satu banding empat, menderita gangguan
neurotik atau gangguan kecemasan.
“Gangguan ini tidak berbahaya namun
mengurangi produktivitas,” kata Staf Ahli Menteri Kesehatan, Rahmi
Kuntoro saat memberi sambutan pada Seminar “Kesehatan Jiwa Menjadi
Prioritas global di Indonesia di Jakarta, Rabu.
Sementara itu 8.000 dari dua juta
penduduk Jakarta terdeteksi mengalami gangguan jiwa skizofrenia, yang
pada level ini gangguan jiwa sudah dalam kategori berat.
Data WHO menyebutkan, selama tiga tahun
terakhir (2005-2007) sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh
diri akibat kemiskinan dan himpitan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar