data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Rabu, 14 Agustus 2013

Segala Hal Tentang Sayyidina Ali bin Abi Thalib

‘Ali bin Abi Thalib (599 – 661)

Beliau salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad SAW. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi’ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW. Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan sebutan Imam, sehingga Ali menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad.

Syi’ah berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dan sudah ditunjuk oleh Beliau atas perintah Allah di Ghadir Khum. Syi’ah meninggikan kedudukan Ali atas Sahabat Nabi yang lain, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Syi’ah selalu menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Alayhi Salam (AS) atau semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan.

Sebagian Sunni yaitu mereka yang menjadi anggota Bani Umayyah dan para pendukungnya memandang Ali sama dengan Sahabat Nabi yang lain. Sunni menambahkan nama Ali dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau semoga Allah melimpahkan Ridha (ke-suka-an)nya. Tambahan ini sama sebagaimana yang juga diberikan kepada Sahabat Nabi yang lain.

Sedangkan, Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah (KW) atau semoga Allah me-mulia-kan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik, berdasar riwayat bahwa beliau tidak suka menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan sekalipun. Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa beliau tidak suka memandang ke bawah bila sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain menyebutkan dalam banyak pertempuran (duel-tanding), bila pakaian musuh terbuka bagian bawah terkena sobekan pedang beliau, maka Ali enggan meneruskan duel hingga musuhnya lebih dulu memperbaiki pakaiannya.

Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu hikmah (divine wisdom) dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari beliau bermunculan cabang-cabang tarekat (thoriqoh) atau spiritual-brother hood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan beliau sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadiriyyah dengan pendirinya Syekh Abdul Qadir Jaelani, yang merupakan keturunan langsung dari Ali melalui anaknya Hasan bin Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jilani (karya Syekh Ja’far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.

Sebagai khalifah

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai’at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai’at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu’minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

Benteng Haibar yang terkenal begitu kokoh tidak dapat dirobohkan oleh puluhan orang, beliau dengan satu tangan saja merobohkannya. Beliau terkenal dengan pedang Zulfikar yang digunakannya, pedang bermata dua. Dialah singa padang pasir. Malamnya dipenuhi dengan ibadah, siangnya bekerja keras dan berjuang. Beliau membunuh musuh bukan karena nafsu amarah melainkan semata-mata perintah Allah.

Suatu ketika terjadi duel dengan musuh dalam peperangan, lawannya telah terpental dan pedang lawan telah lepas dari tangan, ketika itu Beliau sudah siap memenggal lawan, tapi lawannya meludahi wajah Beliau. Apa yang terjadi?! Beliau tidak jadi memenggal lawannya, malahan Beliau memerintahkan musuh tersebut berdiri dan mengambil ulang pedangnya untuk berduel.

Pada zaman Ustman bin Affan, tumbuh subur orang-orang yang berlebihan, kolusi tumbuh pesat dan penarikan bani ummayah ke kota merupakan beberapa penyebab ketidak puasan pada kepemimpinan Ustman yang memicu timbulnya pemberontakan. Setelah Ustman bin Affan wafat karena dibunuh oleh seorang pemberontak, maka Syaidina Ali ditunjuk sebagai Khalifah pengganti.

Pada masa kepemimpinan Ali banyak sekali kekacauan sebagai sisa kekacauan dr kalifah sbelumnya. Ali memerangi kaum2 yang berlebihan diantaranya kowarij dll. ada 4 golongan yang diperangi Ali, maaf saya lupa nama golongan2 tsb. salah satunya adalah golongan yang begitu mengagungkan ali (kl ga salah syiah), golongan ini mengibaratkan perkataan Ali seperti suara petir/halilintar, perbuatan Ali seperti cahaya, bahkan ada yang menganggap Ali melebihi Rosul, sehingga ali memerintahkan pasukannya untuk memerangi golongan ini (bakarlah mereka yang mengagungkan diriku, begitulah perkataan ali saat itu) Pengikut Usman bin affan mendesak Ali untuk menghukum pembunuh Ustman, namun Ali tidak melakukannya.

Karena Ali tidak mau menghukum pembunuh tsb, maka muncul ketidak puasan terhadap kepemimpinan Ali, dan akhirnya Ali pun mati dibunuh dng cara ditusuk dari belakang, beberapa hikayat menyebutkan bahwa pembunuh ali adalah salah satu pengikut golongan Ustman bin Affan.

***
Dialah sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib –semoga Allah meridhoinya- keponakan –anak dari paman- Rasulullah SAW, dan bapaknya bernama Abu Thalib Abdu Manaf bin Abdul Mutthalub, sedangkan ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim –semoga Allah meridloinya-.

Beliau dilahirkan 10 tahun sebelum kenabian, dia anak paling kecil dari saudara-saudaranya, dan dididik di rumah Nabi SAW, dan saat wahyu diturunkan kepada Rasulullah SAW, beliau mengajaknya untuk beriman kepada Allah yang Maha Esa, maka segera beliau menerima da’wah tersebut dan memeluk agama Allah (Islam), sehingga beliau dinggap sebagai orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak-anak.

Saat bapaknya melihatnya sholat bersama Rasulullah SAW, dia berkata kepadanya : “Wahai anakku, agama apakah yang engkau anut ini ?” Ali berkata : “Wahai Abi, saya beriman kepada Allah, dan percaya dengan apa yang dibawa oleh Muhammad, saya shalat bersamanya dan mengikutinya”. Bapaknya berkata : “ketahuilah, bahwa dia (Nabi) tidak akan mengajak kamu kecuali dalam kebaikan, maka ikutilah dia”.

Rasulullah SAW sangat mencintai Ali dan selalu memujinya, pernah beliau bersabda kepadanya : “Engkau adalah bagian dariku, dan Aku adalah bagian darimu”. (Al-Bukhari)

Dan beliau juga pernah bersabda : “Tidak ada yang mencintaimu kecuali orang yang beriman, dan tidak ada yang memusuhimu kecuali orang munafik”. (Muslim)

Saat Rasulullah SAW akan melakukan hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur diatas dipannya, dan disaat malam mulai gelap sekelompok kafir Mekkah melakukan pengepungan dimana setiap orang diantara mereka menggenggam pedang yang menghunus tajam, mereka berdiri di depan pintu rumah Rasulullah SAW menunggu keluar untuk menunaikan sholat fajar agar mereka dapat memenggalnya sekaligus, namun Allah SWT telah memberitahukan konspirasi tersebut dan menyuruhnya untuk keluar dari hadapan mereka. Lalu Nabipun keluar dari rumahnya sedangkan Allah SWT telah membutakan penglihatan orang-orang musyrik, dan nabi menaburkan debu diatas kepala mereka sambil membacakan firman Allah SWT :

“Dan kami jadikan penghalang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan kami butakan mereka hingga mereka tidak dapat melihat”. (QS. Yasin : 9)

Kemudian saat matahari mulai terbit; orang-orang musyrik baru sadar lalu masuk rumah Nabi sambil menghunuskan pedang mereka untuk membunuh orang yang sedang tidur, namun mereka tidak menemukan Rasulullah SAW disana kecuali anak paman beliau, Ali bin Abi Thalib, yang segera bangkit dari tidurnya sambil berhadapan dengan mereka dengan gagah berani.

Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Ali tinggal di Mekkah selama beberapa saat guna menunaikan titipan yang diwasiatkan kepadanya seperti yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Dan setelah Ali hijrah ke Madinah Rasulullah SAW telah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshor, lalu beliau berkata kepadanya : “wahai Rasulullah, engkau telah mempersaudarakan antara para sahabatmu, tapi saya belum engkau persaudarakan dengan siapapun ? lalu beliau bersabda kepadanya : “Engkau adalah saudaraku di dunia dan di Akhirat”. (ibnu Abdil Bar)

Rasulullah SAW juga telah memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga, beliau adalah salah seorang calon penghuni surga yang tidak akan dihisab lebih dahulu.

Sebagaimana Rasulullah SAW juga telah mengawinkan beliau dari salah seorang putrinya, Fatimah, sedangkan Ali memberikan mahar dengan uang dari harga baju besi yang dihadiahkan Rasulullah SAW kepadanya, lalu beliau menjualnya dan memberikan uangnya kepada wanita yang paling mulia di dunia dan kembangnya Rasulullah SAW.

Ali menjalani hidupnya bersama istrinya dengan aman, tentram dan penuh kasih sayang, dan beliau dikaruniai anak kembar Hasan dan Husain.

Suatu hari Rasulullah SAW pergi ke rumah Ali namun beliau tidak menemui Ali disana, lalu beliau bertanya kepada istrinya : “Dimana anak pamanmu berada ?” Fatimah menjawab : “Di masjid” lalu Rasulullah SAW pun pergi kesana, dan beliau mendapati bajunya terjatuh dari pundaknya dan terkena debu, lalu beliaupun membersihkannya, dan berkata : “Duduklah wahai pemuka debu… duduklah wahai pemuka debu”. (Al-Bukhari)

Ali juga mengikuti seluruh peperangan, baliau terkenal dengan keberanian dan kepahlawanannya, dan pada saat terjadi perang khaibar, Nabi SAW bersabda : “Besok saya akan memberikan bendera kepada seseorang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya (atau dia berkata : orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya), semoga Allah membukakan tangannya (memberkahinya)”. (Al-Bukhari)

Lalu para sahabatpun berharap mendapatkan apa yang telah Raslulullah SAW sabdakan menjadi pemegang bendera, lalu setelah hari menjelang pagi, Nabi bertanya keadaan Ali, dikatakan kepadanya : “Sesungguhnya mata beliau sedang sakit wahai Rasulullah”. Nabi bersabda : “Utuslah salah seorang dari kalian kepadanya dan datangkanlah dia kepadaku”.

Setelah beliau menghadap Rasulullah SAW, beliau membasuh matanya dan mendoakannya, maka setelah itu menjadi sembuh seakan tidak pernah mengalami sakit apapun, kemudian Ali berkata kepadanya : “Wahai Rasulullah, saya akan memerangi mereka sampai menjadi seperti kami. Nabi bersabda : “Lakukanlah dengan mengutus delegasi hingga bisa mengetahui keadaan mereka, kemudian serukanlah kepada mereka akan Islam, dan kabarkanlah tentang kewajiban dari hak Allah di dalamnya, demi Allah, jika seorang diantara mereka mendapatkan hidayah melaluimu lebih baik bagimu dari unta merah” (Al-Bukhari) kemudian Allah memberikan kemenangan melalui tangannya.

Setelah Allah menurunkan ayat : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-besihnya”. (QS. Al-Ahzab : 33), Rasulullah SAW berdo’a untuk Fatimah, Ali, Hasan dan Husain –semoga Allah meridloi mereka- saat berada di rumah sayyidah Ummu Salmah, dan bersabda : “Ya Allah sesungguhnya mereka adalah ahlul bait saya maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya”. (Ibnu Abdil bar)

Ali banyak menguasai ilmu pengetahun, saat Sayyidah Aisyah ditanya tentang sesuatu dia menjawab : “Tanyakanlah kepada Ali. Sebagaimana Umar juga berkata demikian. Sedangkan Ali pernah berkata : “Tanyakanlah kepada saya , demi Allah tidak ada pertanyaan yang kalian tanyakan kepada saya kecuali akan saya kabarkan kepada kalian, tanyakanlah kepada saya tentang Al-Qur an, karena demi Allah tidak satu ayat pun yang turun kecuali saya mengetahui waktu malam atau siang turun ayat tersebut, di daratan ataupun dipegunungan.

Abu Bakar dan Umar dalam kekholifahan setelah wafatnya Rasulullah SAW mengetahui dan menyadari akan kelebihan Ali, sedangkan Umar pernah memilihnya sebagai kandidat dari enam orang yang dicalonkan sebagai khalifah, dan saat Utsman syahid Ali dipilih menjadi khalifah setelahnya.

Setelah imam Ali menjabat sebagai khalifah pusat pemerintahan dipindahkan dari Madinah ke Iraq, beliau sangat perhatian terhadap urusan umatnya, berjalan mengitari pasar dengan ditemani tongkatnya, dan selalu menyeru manusia untuk taat kepada Allah, jujur, baik dalam berniaga, memenuhi timbangan dan neraca.

Sebagaimana beliau juga selalu membagi harta yang masuk ke baitul mal diantara kaum muslimin. Dan sebelum wafatnya beliau memerintahkan untuk membagikan seluruh harta, kemudian setelah itu menyuruhnya untuk membersihkan baitul mal, lalu berdiri untuk sholat dengan harapan hal tersebut menjadi saksi dihari kiamat.

Beliau sangat tekun beribadah, selalu melakukan qiyamul lail dan memanjangkan sholatnya, dan beliau berkata : “Apa urusan saya dengan dunia, wahai dunia yang menyimpangkanku dari selainku”.

Suatu hari ada dua wanita datang menghadap imam Ali untuk menanyakan sesuatu, salah seorang berasal dari kalangan arab terhormat sedangkan yang lainnya dari golongan budak, lalu beliau memerintahkan kepada keduanya untuk memecahkan makanan dan membagi uang 40 dirham, lalu budak wanita mengambil pemberian yang diberikan lalu pergi, kemudian dia berkata : wahai Amirul Mu’minin, engkau memberikan seperti yang telah saya berikan kepada wanita budak itu, padahal saya adalah wanita arab yang terhormat sedangkan dia adalah budak ? lalu imam Ali berkata : sesungguhnya saya pernah melihat dalam Al-Qur an dan saya tidak pernah menemukan keutamaan antara anak ismail dengan anak Ishak.

Diakhir kekhhalafahan Imam Ali fitnah telah menyebar luas hingga kegaduhan terjadi dimana-mana bahkan meluas ke negeri-negeri Islam, lalu keluar tiga orang pemuda dari khawarij dan bersepakat membunuh orang yang menjadi penyebab berkembangnya fitnah, mereka menyangka Ali, Mu’awiyah dan Amru bin Al-‘Ash, adapun Mu’wiyah dan Amru selamat dari pembunuhan, sedangkan Ali seorang Fasik yang bernama Abdul Rahman bin Muljam telah menunggunya saat selesai dari sholat fajar dan manikamnya hingga mengenai kepalanya hingga merenggut nyawanya, hal ini terjadi pada tahun 40 H, sedang umur beliau saat itu 65 tahun.

Beliau dikebumikan di Kufah setelah berjalan kekhalifahan Islam selama 5 tahun kurang 4 bulan, beliau meriwayatkan hadits Rasulullah SAW sebanyak 400 hadits, semoga Allah meridloinya dan dia ridlo kepada Allah.

Imam Ali adalah seorang dengan perawakan sedang, antara tinggi dan pendek. Perutnya agak menonjol. Pundaknya lebar. Kedua lengannya berotot, seakan sedang mengendarai singa. Lehernya berisi. Bulu jenggotnya lebat. Kepalanya botak, dan berambut di pinggir kepala. Matanya besar. Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap dan proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya Rasulullah .

Dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma’rifat ash Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh, berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam berbicara, berani, pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya.

Ilmu Imam Ali as

Sebelumnya telah dikatakan, bahwa Rasulullah SAW menerima tugas dari Allah swt untuk mengajarkan ilmu makrifat kepada Ali. Rasulullah SAW sepanjang masa risalahnya, secara berkesinambungan mengamalkan hal ini. Dengan bantuan Ilahi dan pengawasan Rasulullah SAW, Ali menghafal semua ilmu. Lalu atas pesan dan perintah Rasulullah, beliau menuliskannya bagi para imam setelah beliau. Dengan cara inilah, telah tersedia kitab-kitab sehingga Ali dapat dikategorikan sebagai penyimpan ilmu nubuwah.

Rasulullah SAW berkali-kali memuji kedudukan ilmu Ali as. Di antaranya dalam sebuah hadis, beliau mengatakan, ”Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintu ilmu. Barangsiapa yang menghendaki ilmu harus memasukinya melalui pintunya.”[13]

Para sahabat Rasulullah SAW mengakui kedudukan ilmu Imam, khususnya dalam urusan pengadilan. Abu Hurairah dari Umar bin Khatab menukilkan bahwa dalam urusan pengadilan, Ali adalah yang paling alim daripada yang lain.[14]

Sua’id bin Musabbab mengatakan, “Umar senantiasa berlindung kepada Allah dari problema yang Abul Hasan tidak berada di sana.”[15]

Al-Qomah menukil dari Abdullah yang berkata, “Di antara kami dikatakan, Ali bin Abi Thalib, dalam urusan pengadilan, adalah lebih berilmu daripada semua warga madinah (kota).”[16]

Aban bin Ayyas mengatakan, “Aku bertanya kepada Hasan Bashri tentang Ali as. Ia mengatakan, “Apa yang harus aku katakan tentangnya? Dia paling dahulu dalam memeluk Islam. Keutamaan ilmu serta fikih dan pandangannya tiada tertutup bagi siapa pun. Ia selalu bekerjasama dengan Rasulullah SAW. Keberanian, zuhud, serta pengenalannya dengan persoalan pengadilan dan kekeluargaannya dengan Rasulullah SAW tiada dapat dipungkiri.” [17]

Ibn Abbas mengatakan, “Ilmu Rasulullah SAW berasal dari ilmu Allah dan ilmu Ali dari ilmu Rasulullah SAW; dan ilmuku dari ilmu Ali; dan ilmuku serta para sahabat lainnya dibanding dengan ilmu Ali adalah seperti setetes air dibanding tujuh lautan.”[18]

Ibn Abbas mengatakan, “Setiap kali ada orang yang dapat dipercaya untuk menukilkan fatwa adalah Ali as. Maka, kami tidak berani melangkahinya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar