Beliau
salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi
Muhammad SAW. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari
Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi’ah berpendapat bahwa ia adalah Imam
sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui konsep Imamah mereka setuju
memanggil Ali dengan sebutan Imam, sehingga Ali menjadi satu-satunya
Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan
setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad.
Syi’ah
berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi
Muhammad, dan sudah ditunjuk oleh Beliau atas perintah Allah di Ghadir
Khum. Syi’ah meninggikan kedudukan Ali atas Sahabat Nabi yang lain,
seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Syi’ah selalu menambahkan nama
Ali bin Abi Thalib dengan Alayhi Salam (AS) atau semoga Allah
melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan.
Sebagian
Sunni yaitu mereka yang menjadi anggota Bani Umayyah dan para
pendukungnya memandang Ali sama dengan Sahabat Nabi yang lain. Sunni
menambahkan nama Ali dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau semoga Allah
melimpahkan Ridha (ke-suka-an)nya. Tambahan ini sama sebagaimana yang
juga diberikan kepada Sahabat Nabi yang lain.
Sedangkan,
Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah
(KW) atau semoga Allah me-mulia-kan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat
unik, berdasar riwayat bahwa beliau tidak suka menggunakan wajahnya
untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan sekalipun.
Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa beliau tidak suka memandang ke
bawah bila sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan
riwayat-riwayat lain menyebutkan dalam banyak pertempuran
(duel-tanding), bila pakaian musuh terbuka bagian bawah terkena sobekan
pedang beliau, maka Ali enggan meneruskan duel hingga musuhnya lebih
dulu memperbaiki pakaiannya.
Ali
bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu hikmah
(divine wisdom) dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari beliau
bermunculan cabang-cabang tarekat (thoriqoh) atau spiritual-brother
hood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan beliau
sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada
tarekat Qadiriyyah dengan pendirinya Syekh Abdul Qadir Jaelani, yang
merupakan keturunan langsung dari Ali melalui anaknya Hasan bin Ali
seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jilani
(karya Syekh Ja’far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.
Sebagai khalifah
Peristiwa
pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan
di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia
dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak
mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu
itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin
Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai’at mereka.
Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai’at secara massal,
karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai
Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa
pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah
Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang
saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang
Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan
Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu’minin Aisyah binti
Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak
Ali.
Peristiwa
pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan
waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur
meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW
ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para
pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan
perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut.
Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga
akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga
berawal dari masalah tersebut.
Ali
bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer
dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara
karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya.
Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin
Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat
mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan
Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40
Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa
riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Benteng
Haibar yang terkenal begitu kokoh tidak dapat dirobohkan oleh puluhan
orang, beliau dengan satu tangan saja merobohkannya. Beliau terkenal
dengan pedang Zulfikar yang digunakannya, pedang bermata dua. Dialah
singa padang pasir. Malamnya dipenuhi dengan ibadah, siangnya bekerja
keras dan berjuang. Beliau membunuh musuh bukan karena nafsu amarah
melainkan semata-mata perintah Allah.
Suatu
ketika terjadi duel dengan musuh dalam peperangan, lawannya telah
terpental dan pedang lawan telah lepas dari tangan, ketika itu Beliau
sudah siap memenggal lawan, tapi lawannya meludahi wajah Beliau. Apa
yang terjadi?! Beliau tidak jadi memenggal lawannya, malahan Beliau
memerintahkan musuh tersebut berdiri dan mengambil ulang pedangnya untuk
berduel.
Pada
zaman Ustman bin Affan, tumbuh subur orang-orang yang berlebihan,
kolusi tumbuh pesat dan penarikan bani ummayah ke kota merupakan
beberapa penyebab ketidak puasan pada kepemimpinan Ustman yang memicu
timbulnya pemberontakan. Setelah Ustman bin Affan wafat karena dibunuh
oleh seorang pemberontak, maka Syaidina Ali ditunjuk sebagai Khalifah
pengganti.
Pada
masa kepemimpinan Ali banyak sekali kekacauan sebagai sisa kekacauan dr
kalifah sbelumnya. Ali memerangi kaum2 yang berlebihan diantaranya
kowarij dll. ada 4 golongan yang diperangi Ali, maaf saya lupa nama
golongan2 tsb. salah satunya adalah golongan yang begitu mengagungkan
ali (kl ga salah syiah), golongan ini mengibaratkan perkataan Ali
seperti suara petir/halilintar, perbuatan Ali seperti cahaya, bahkan ada
yang menganggap Ali melebihi Rosul, sehingga ali memerintahkan
pasukannya untuk memerangi golongan ini (bakarlah mereka yang
mengagungkan diriku, begitulah perkataan ali saat itu) Pengikut Usman
bin affan mendesak Ali untuk menghukum pembunuh Ustman, namun Ali tidak
melakukannya.
Karena
Ali tidak mau menghukum pembunuh tsb, maka muncul ketidak puasan
terhadap kepemimpinan Ali, dan akhirnya Ali pun mati dibunuh dng cara
ditusuk dari belakang, beberapa hikayat menyebutkan bahwa pembunuh ali
adalah salah satu pengikut golongan Ustman bin Affan.
***
Dialah
sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib –semoga Allah meridhoinya-
keponakan –anak dari paman- Rasulullah SAW, dan bapaknya bernama Abu
Thalib Abdu Manaf bin Abdul Mutthalub, sedangkan ibunya bernama Fatimah
binti Asad bin Hasyim –semoga Allah meridloinya-.
Beliau
dilahirkan 10 tahun sebelum kenabian, dia anak paling kecil dari
saudara-saudaranya, dan dididik di rumah Nabi SAW, dan saat wahyu
diturunkan kepada Rasulullah SAW, beliau mengajaknya untuk beriman
kepada Allah yang Maha Esa, maka segera beliau menerima da’wah tersebut
dan memeluk agama Allah (Islam), sehingga beliau dinggap sebagai orang
pertama yang masuk Islam dari golongan anak-anak.
Saat
bapaknya melihatnya sholat bersama Rasulullah SAW, dia berkata
kepadanya : “Wahai anakku, agama apakah yang engkau anut ini ?” Ali
berkata : “Wahai Abi, saya beriman kepada Allah, dan percaya dengan apa
yang dibawa oleh Muhammad, saya shalat bersamanya dan mengikutinya”.
Bapaknya berkata : “ketahuilah, bahwa dia (Nabi) tidak akan mengajak
kamu kecuali dalam kebaikan, maka ikutilah dia”.
Rasulullah
SAW sangat mencintai Ali dan selalu memujinya, pernah beliau bersabda
kepadanya : “Engkau adalah bagian dariku, dan Aku adalah bagian darimu”.
(Al-Bukhari)
Dan
beliau juga pernah bersabda : “Tidak ada yang mencintaimu kecuali orang
yang beriman, dan tidak ada yang memusuhimu kecuali orang munafik”.
(Muslim)
Saat
Rasulullah SAW akan melakukan hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan
kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur diatas dipannya, dan disaat malam
mulai gelap sekelompok kafir Mekkah melakukan pengepungan dimana setiap
orang diantara mereka menggenggam pedang yang menghunus tajam, mereka
berdiri di depan pintu rumah Rasulullah SAW menunggu keluar untuk
menunaikan sholat fajar agar mereka dapat memenggalnya sekaligus, namun
Allah SWT telah memberitahukan konspirasi tersebut dan menyuruhnya untuk
keluar dari hadapan mereka. Lalu Nabipun keluar dari rumahnya sedangkan
Allah SWT telah membutakan penglihatan orang-orang musyrik, dan nabi
menaburkan debu diatas kepala mereka sambil membacakan firman Allah SWT :
“Dan kami jadikan penghalang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan kami butakan mereka hingga mereka tidak dapat melihat”. (QS. Yasin : 9)
Kemudian
saat matahari mulai terbit; orang-orang musyrik baru sadar lalu masuk
rumah Nabi sambil menghunuskan pedang mereka untuk membunuh orang yang
sedang tidur, namun mereka tidak menemukan Rasulullah SAW disana kecuali
anak paman beliau, Ali bin Abi Thalib, yang segera bangkit dari
tidurnya sambil berhadapan dengan mereka dengan gagah berani.
Setelah
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Ali tinggal di Mekkah selama beberapa
saat guna menunaikan titipan yang diwasiatkan kepadanya seperti yang
telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Dan setelah Ali hijrah ke
Madinah Rasulullah SAW telah mempersaudarakan antara Muhajirin dan
Anshor, lalu beliau berkata kepadanya : “wahai Rasulullah, engkau telah
mempersaudarakan antara para sahabatmu, tapi saya belum engkau
persaudarakan dengan siapapun ? lalu beliau bersabda kepadanya : “Engkau
adalah saudaraku di dunia dan di Akhirat”. (ibnu Abdil Bar)
Rasulullah
SAW juga telah memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga, beliau
adalah salah seorang calon penghuni surga yang tidak akan dihisab lebih
dahulu.
Sebagaimana
Rasulullah SAW juga telah mengawinkan beliau dari salah seorang
putrinya, Fatimah, sedangkan Ali memberikan mahar dengan uang dari harga
baju besi yang dihadiahkan Rasulullah SAW kepadanya, lalu beliau
menjualnya dan memberikan uangnya kepada wanita yang paling mulia di
dunia dan kembangnya Rasulullah SAW.
Ali
menjalani hidupnya bersama istrinya dengan aman, tentram dan penuh
kasih sayang, dan beliau dikaruniai anak kembar Hasan dan Husain.
Suatu
hari Rasulullah SAW pergi ke rumah Ali namun beliau tidak menemui Ali
disana, lalu beliau bertanya kepada istrinya : “Dimana anak pamanmu
berada ?” Fatimah menjawab : “Di masjid” lalu Rasulullah SAW pun pergi
kesana, dan beliau mendapati bajunya terjatuh dari pundaknya dan terkena
debu, lalu beliaupun membersihkannya, dan berkata : “Duduklah wahai
pemuka debu… duduklah wahai pemuka debu”. (Al-Bukhari)
Ali
juga mengikuti seluruh peperangan, baliau terkenal dengan keberanian
dan kepahlawanannya, dan pada saat terjadi perang khaibar, Nabi SAW
bersabda : “Besok saya akan memberikan bendera kepada seseorang yang
dicintai Allah dan Rasul-Nya (atau dia berkata : orang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya), semoga Allah membukakan tangannya
(memberkahinya)”. (Al-Bukhari)
Lalu
para sahabatpun berharap mendapatkan apa yang telah Raslulullah SAW
sabdakan menjadi pemegang bendera, lalu setelah hari menjelang pagi,
Nabi bertanya keadaan Ali, dikatakan kepadanya : “Sesungguhnya mata
beliau sedang sakit wahai Rasulullah”. Nabi bersabda : “Utuslah salah
seorang dari kalian kepadanya dan datangkanlah dia kepadaku”.
Setelah
beliau menghadap Rasulullah SAW, beliau membasuh matanya dan
mendoakannya, maka setelah itu menjadi sembuh seakan tidak pernah
mengalami sakit apapun, kemudian Ali berkata kepadanya : “Wahai
Rasulullah, saya akan memerangi mereka sampai menjadi seperti kami. Nabi
bersabda : “Lakukanlah dengan mengutus delegasi hingga bisa mengetahui
keadaan mereka, kemudian serukanlah kepada mereka akan Islam, dan
kabarkanlah tentang kewajiban dari hak Allah di dalamnya, demi Allah,
jika seorang diantara mereka mendapatkan hidayah melaluimu lebih baik
bagimu dari unta merah” (Al-Bukhari) kemudian Allah memberikan
kemenangan melalui tangannya.
Setelah
Allah menurunkan ayat : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-besihnya”. (QS. Al-Ahzab : 33), Rasulullah SAW berdo’a untuk
Fatimah, Ali, Hasan dan Husain –semoga Allah meridloi mereka- saat
berada di rumah sayyidah Ummu Salmah, dan bersabda : “Ya Allah
sesungguhnya mereka adalah ahlul bait saya maka hilangkanlah dosa dari
mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya”. (Ibnu Abdil bar)
Ali
banyak menguasai ilmu pengetahun, saat Sayyidah Aisyah ditanya tentang
sesuatu dia menjawab : “Tanyakanlah kepada Ali. Sebagaimana Umar juga
berkata demikian. Sedangkan Ali pernah berkata : “Tanyakanlah kepada
saya , demi Allah tidak ada pertanyaan yang kalian tanyakan kepada saya
kecuali akan saya kabarkan kepada kalian, tanyakanlah kepada saya
tentang Al-Qur an, karena demi Allah tidak satu ayat pun yang turun
kecuali saya mengetahui waktu malam atau siang turun ayat tersebut, di
daratan ataupun dipegunungan.
Abu
Bakar dan Umar dalam kekholifahan setelah wafatnya Rasulullah SAW
mengetahui dan menyadari akan kelebihan Ali, sedangkan Umar pernah
memilihnya sebagai kandidat dari enam orang yang dicalonkan sebagai
khalifah, dan saat Utsman syahid Ali dipilih menjadi khalifah
setelahnya.
Setelah
imam Ali menjabat sebagai khalifah pusat pemerintahan dipindahkan dari
Madinah ke Iraq, beliau sangat perhatian terhadap urusan umatnya,
berjalan mengitari pasar dengan ditemani tongkatnya, dan selalu menyeru
manusia untuk taat kepada Allah, jujur, baik dalam berniaga, memenuhi
timbangan dan neraca.
Sebagaimana
beliau juga selalu membagi harta yang masuk ke baitul mal diantara kaum
muslimin. Dan sebelum wafatnya beliau memerintahkan untuk membagikan
seluruh harta, kemudian setelah itu menyuruhnya untuk membersihkan
baitul mal, lalu berdiri untuk sholat dengan harapan hal tersebut
menjadi saksi dihari kiamat.
Beliau
sangat tekun beribadah, selalu melakukan qiyamul lail dan memanjangkan
sholatnya, dan beliau berkata : “Apa urusan saya dengan dunia, wahai
dunia yang menyimpangkanku dari selainku”.
Suatu
hari ada dua wanita datang menghadap imam Ali untuk menanyakan sesuatu,
salah seorang berasal dari kalangan arab terhormat sedangkan yang
lainnya dari golongan budak, lalu beliau memerintahkan kepada keduanya
untuk memecahkan makanan dan membagi uang 40 dirham, lalu budak wanita
mengambil pemberian yang diberikan lalu pergi, kemudian dia berkata :
wahai Amirul Mu’minin, engkau memberikan seperti yang telah saya berikan
kepada wanita budak itu, padahal saya adalah wanita arab yang terhormat
sedangkan dia adalah budak ? lalu imam Ali berkata : sesungguhnya saya
pernah melihat dalam Al-Qur an dan saya tidak pernah menemukan keutamaan
antara anak ismail dengan anak Ishak.
Diakhir
kekhhalafahan Imam Ali fitnah telah menyebar luas hingga kegaduhan
terjadi dimana-mana bahkan meluas ke negeri-negeri Islam, lalu keluar
tiga orang pemuda dari khawarij dan bersepakat membunuh orang yang
menjadi penyebab berkembangnya fitnah, mereka menyangka Ali, Mu’awiyah
dan Amru bin Al-‘Ash, adapun Mu’wiyah dan Amru selamat dari pembunuhan,
sedangkan Ali seorang Fasik yang bernama Abdul Rahman bin Muljam telah
menunggunya saat selesai dari sholat fajar dan manikamnya hingga
mengenai kepalanya hingga merenggut nyawanya, hal ini terjadi pada tahun
40 H, sedang umur beliau saat itu 65 tahun.
Beliau
dikebumikan di Kufah setelah berjalan kekhalifahan Islam selama 5 tahun
kurang 4 bulan, beliau meriwayatkan hadits Rasulullah SAW sebanyak 400
hadits, semoga Allah meridloinya dan dia ridlo kepada Allah.
Imam
Ali adalah seorang dengan perawakan sedang, antara tinggi dan pendek.
Perutnya agak menonjol. Pundaknya lebar. Kedua lengannya berotot, seakan
sedang mengendarai singa. Lehernya berisi. Bulu jenggotnya lebat.
Kepalanya botak, dan berambut di pinggir kepala. Matanya besar. Wajahnya
tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap dan proporsional.
Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika berjalan
seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya Rasulullah
.
Dalam
kitab Usudul Ghaabah fi Ma’rifat ash Shahabah: adalah Ali bin Abi
Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh, berbadan besar,
berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam berbicara, berani,
pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus
perasaannya.
Ilmu Imam Ali as
Sebelumnya
telah dikatakan, bahwa Rasulullah SAW menerima tugas dari Allah swt
untuk mengajarkan ilmu makrifat kepada Ali. Rasulullah SAW sepanjang
masa risalahnya, secara berkesinambungan mengamalkan hal ini. Dengan
bantuan Ilahi dan pengawasan Rasulullah SAW, Ali menghafal semua ilmu.
Lalu atas pesan dan perintah Rasulullah, beliau menuliskannya bagi para
imam setelah beliau. Dengan cara inilah, telah tersedia kitab-kitab
sehingga Ali dapat dikategorikan sebagai penyimpan ilmu nubuwah.
Rasulullah
SAW berkali-kali memuji kedudukan ilmu Ali as. Di antaranya dalam
sebuah hadis, beliau mengatakan, ”Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah
pintu ilmu. Barangsiapa yang menghendaki ilmu harus memasukinya melalui
pintunya.”[13]
Para
sahabat Rasulullah SAW mengakui kedudukan ilmu Imam, khususnya dalam
urusan pengadilan. Abu Hurairah dari Umar bin Khatab menukilkan bahwa
dalam urusan pengadilan, Ali adalah yang paling alim daripada yang
lain.[14]
Sua’id
bin Musabbab mengatakan, “Umar senantiasa berlindung kepada Allah dari
problema yang Abul Hasan tidak berada di sana.”[15]
Al-Qomah
menukil dari Abdullah yang berkata, “Di antara kami dikatakan, Ali bin
Abi Thalib, dalam urusan pengadilan, adalah lebih berilmu daripada semua
warga madinah (kota).”[16]
Aban
bin Ayyas mengatakan, “Aku bertanya kepada Hasan Bashri tentang Ali as.
Ia mengatakan, “Apa yang harus aku katakan tentangnya? Dia paling
dahulu dalam memeluk Islam. Keutamaan ilmu serta fikih dan pandangannya
tiada tertutup bagi siapa pun. Ia selalu bekerjasama dengan Rasulullah
SAW. Keberanian, zuhud, serta pengenalannya dengan persoalan pengadilan
dan kekeluargaannya dengan Rasulullah SAW tiada dapat dipungkiri.” [17]
Ibn
Abbas mengatakan, “Ilmu Rasulullah SAW berasal dari ilmu Allah dan ilmu
Ali dari ilmu Rasulullah SAW; dan ilmuku dari ilmu Ali; dan ilmuku
serta para sahabat lainnya dibanding dengan ilmu Ali adalah seperti
setetes air dibanding tujuh lautan.”[18]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar