data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Jumat, 16 Agustus 2013

Abu Majd, Ayah Sang Anak Menulis

ABU Majd agaknya masih tak yakin dengan apa yang terjadi pada dirinya. Samar, di antara kota yang hening bekas pembantaian hari sebelumnya ia seperti mendengar suara putrinya.

“Ayah, Idul Fitri telah berakhir, tetapi kau belum membelikanku baju baru.

“Kau katakan akan membelikan apapun demi kebahagiaanku, kau carikan berbagai warna untuk gaunnya.

“Akan tetapi akhirnya kain kafanlah pilihan satu-satunya.

“Engkau menangis. Hidup ini tiada arti di zaman perbudakan.

“Jangan bersedih karenaku, ayah. Bergembiralah.

“Aku akan memakai pakaian terindah hadiah dari-Nya langsung. Ayahku, bersabarlah janganlah bersedih. Berjihadlah, aku ingin engkau sepertiku, syahid.”

Kalimat itu seperti rekaan dalam dirinya sendiri namun terus tengiang-ngiang hingga akhirnya ia tuliskan. Putri Abu Majd tewas dalam serangan militer Mesir, Rabu pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar