Tampaknya saya tidak perlu kembali mengulang memori bahwa Muhammad
Mursi pernah datang ke Aceh pasca gelombang tsunami menerjang bumi
Serambi Mekkah, Desember 2004 Silam. Foto Mursi bersama para tokoh Aceh
beredar di mana-mana. Senyumnya menyiratkan ada kepeduliaan tinggi dan
ketulusan hati atas penderitaan muslim meski Aceh jauh terletak dari
negeri Nabi Musa itu.
Kenangan Mursi berdiri di belakang bangunan Aceh yang porak poranda
menguatkan hati kita bahwa bangsa Aceh –bahkan Indonesia- tidaklah
sendiri. Muhammad Mursi datang ke Aceh dalam rangka kunjungan
kemanusiaanya pada proses recovery Aceh pasca tsunami. Bekerja
sama dengan relawan Indonesia, beliau langsung menuju lokasi yang porak
poranda diterjang Tsunami. Nampak pula sejumlah tokoh mendampingi
seperti anggota DPR.
Sungguh kepedulian Mursi terhadap saudara semuslimnya patut menjadi
acungan jempol. Saya tidak tahu harus bicara apa atas rasa sayangnya
kepada bangsa Indonesia. Saya tidak bisa bicara karena saya sungguh malu
memiliki Presiden di Indonesia yang hanya bisa diam seribu bahasa.
Bukankah SBY sudah keluarkan ‘kata sakti’ berupa keprihatinan terhadap
situasi Mesir? Tidak, bukan. Itu bukanlah aksi nyata, karena ratusan
juta rakyat muslim Indonesia bisa melakukan lebih daripada itu. Mereka
berpanas-panasan di jalan dengan fasilitas seadanya, berdiri sepanjang
jalan berdoa dan mengirim pesan ke Kairo: wahai umat Islam Mesir, kalian
tidak sendiri.
Jangankan berusaha mengembalikkan Mursi ke kursi kepresidenannya,
bersuara keras mengecam tindakan Jenderal As-Sisi saja tidak. Apa yang
bisa kita harapkan dengan pemimpin seperti ini? Yang hanya ‘kreatif’
berkicau twitter tanpa berani langsung berkata lantang di depan muka
Adly Mansour, Elbaradei , Obama, dan para gerombolan liberal dan sekuler
yang telah bersekongkol mengkudeta sang pemimpin. Bahkan telah membunuh
ribuan nyawa umat Islam.
Kini,6000 nyawa demonstran Mursi sudah melayang. Anak-anak dan balita
menjadi korban. Tidak ada kata yang pantas kita keluarkan selain nurani
telah mati dan terkubur di bumi piramida. Saya hanya bisa meminta maaf
kepada Mursi. Maaf Pak Presiden, kami belum bisa membalas budi baikmu
(saya masih menganggap Mursi sebagai Presiden). Tapi, kami jutaan Muslim
Indonesia bersamamu, meski presiden kami hanya bisa berkicau lewat
barisan twitter. Doakan, agar kami bisa membalas budi baikmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar