data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Selasa, 07 Agustus 2012

Ulil, Anda Tak Layak Protes Muslim Rohingya Dianiaya.


Di tengah penderitaan umat Islam Rohingya di Myanmar, aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Ashram Abdalla, mengeluarkan pernyataan yang justru menyakitkan kaum Muslimin.
Bukannya bersikap empati atas nasib Muslim Rohingya yang sampai saat ini dibantai dan diusir dari kampung halamannya, Ulil yang juga fungsionaris Partai Demokrat ini menulis dalam akun twitternya, “Tetapi kalau Anda setuju aniaya atas Ahmadiyah di Indonesia, Anda tak layak protes saat umat Muslim Rohingya dianiaya di Myanmar,” kicaunya.
Tak cukup sampai di situ, Ulil yang drop-out dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) ini melanjutkan, “Ada yg bilang, aniaya atas Muslim Rohingya di Myanmar tak bisa disamakan dg aniaya atas Ahmadiyah di Indonesia. Di mana tak samanya, Bung?” tambahnya dalam kicauan di twitter (28/7/2012).
Pernyataan Ulil yang menyamakan kasus Ahmadiyah dengan Muslim Rohingya ini tentu sangat menggelikan, di samping tidak memiliki sensitivitas sama sekali terhadap kemanusiaan. Apa yang terjadi di Myanmar adalah ethnic cleansing dan genosida yang telah membunuh ribuan kaum Muslimin.
Selain itu, terjadi pembiaran oleh pemerintah Myanmar dan keterlibatan Junta Militer di sana dalam tragedi tersebut. Bantuan kemanusiaan pun dihambat. Anak-anak, perempuan, dan orang tua, dibiarkan hidup dalam ketakutan, atau pergi menyelamatkan diri menyeberangi lautan. Dewan HAM PBB pun sudah menyatakan dugaan adanya pelanggaran HAM berat di Myanmar.
Berbeda dengan kasus Ahmadiyah. Kelompok ini melakukan penodaan terhadap Islam. Bahkan, sudah berkali-kali diberi peringatan oleh pemerintah. Gesekan yang terjadi di lapangan disebabkan aksi provokatif kelompok ini yang tak mengindahkan peraturan dan kesepakatan yang telah dibuat.
Tak ada genosida terhadap penganut Ahmadiyah. Bahkan, advokasi internasional pun dengan leluasa masuk ke negeri ini. Tak hanya itu, Kongres AS pun dengan gaya koboinya mengirimkan surat pernyataan yang mendesak Presiden SBY agar melindungi Ahmadiyah.
Pernyataan Ulil menunjukkan bukti tidak cerdasnya seorang aktivis liberal. Bukan kali ini saja Ulil menyeracau soal HAM yang menyangkut umat Islam. Dalam suatu kesempatan beberapa tahun lalu, dengan terang-terangan ia mengatakan bahwa dunia Islam harus belajar soal HAM kepada Amerika. Padahal, organisasi sekelas Human Right Watch saja sudah merilis pernyataan bahwa AS adalah negara pelanggar HAM terberat di dunia.
Ulil seolah buta mata terhadap kebijakan luar negeri Amerika di negara-negara Islam seperti Irak dan Afghanistan, yang sangat berdarah-darah dan tak hanya menghilangkan ribuan nyawa, tetapi juga menghancurkan peradaban yang ada. Atas nama penegakan demokrasi, AS menebar teror di berbagai belahan dunia Islam. Lalu, apa yang kita perlu pelajari dari AS?
Tak ketinggalan, Tokoh muda Muhammadiyah, Musthofa B Nahrawardaya ikut menanggapi pernyataan aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) tentang Rohingya. Menurut Musthofa, permasalahan Rohingya dan permasalahan Ahmadiyah di Indonesia adalah dua hal yang berbeda. Ahmadiyah adalah keyakinan bukan Islam yang mengaku bagian dari Islam. Sedangkan Muslim Rohingya memang saudara seakidah umat Islam. “Kan ada haditsnya yang diriwayatkan oleh Thabrani, siapa yang tidak peduli kepada permasalahan sesama Muslim, maka ia tidak termasuk golonganku kata Rasulullah,” jelas Musthofa seperti diberitakan hidayatullah.com, Senin (30/07/2012).
Musthofa juga menjelaskan, kalaupun masalah Rohingyah dan Ahmadiyah ini mau dimasukkan ke masalah kemanusiaan, maka seharusnya Rohingya itu lebih diprioritaskan. “Lihat saja berapa jumlah jatuhnya korban di Rohingya dibandingkan Ahmadiyah? lihat bagaimana mereka dibunuh, dibakar, diperkosa,” tambah Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) ini.
Ahmadiyah, bagi Musthofa adalah kelompok yang justru melakukan penistaan terhadap Islam. Sedangkan Rohingya adalah bagian dari umat Islam itu sendiri. “Jadi wajar kalau di Indonesia ada perlawanan terhadap Ahmadiyah, kan kita cuma minta mereka (Ahmadiyah) diluruskan pemahaman mereka dan kembali ke aturan Islam yang benar kalau memang mau mengaku Islam,” jelasnya lagi.
Sikap Ulil, dinilai Musthofa jelas menggambarkan sebuah ketidak-cerdasan intelektual dan tidak layak untuk didengarkan. Terlebih lagi, semua orang mafhum, JIL, merupakan kelompok yang dikenal memaksakan diri untuk menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan kepentingan nafsu, ujarnya.
Selain Ulil, sosok liberal lainnya seperti Luthfi Asy-Syaukanie yang pernah melakukan kunjungan ke Israel, juga dengan bangganya memuji-muji negeri Zionis tersebut. Padahal, dunia menyaksikan, betapa biadabnya mereka dalam membantai kaum Muslimin di Palestina. Pernyataan Ulil adalah bukti, betapa tidak pekanya mereka, kelompok liberal itu, terhadap kemanusiaan dan nasib kaum Muslimin!..
Seperti diketahui, dalam akun Twitter-nya tertanggal 28 Juli 2012, Ulil berkicau membahas sikap beberapa kalangan Muslim di Indonesia yang reaktif dalam masalah perlakuan atas etnis Muslim Rohingya. “Tetapi kalau Anda setuju aniaya atas Ahmadiyah di Indonesia, Anda tak layak protes saat Muslim Rohingya dianiaya di Myanmar,”… “Ada yang bilang, aniaya atas Muslim Rohingnya di Myanmar tak bisa disamakan dengang aniaya atas Ahmadiyah di Indonesia. Di mana tak samanya, Bung?” tulis Ulil. [hidayatullah/ salam-online]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar