data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Selasa, 21 Agustus 2012

Dari desainer, dukun, lalu mengaku Jibril.

Piter masih ingat betul saat pertama kali menjadi petugas keamanan di perumahan Bungur, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, pada 1997 lalu. Kala itu sosok Lia Aminudin, sebelum menjadi Lia Eden, dikenal warga sebagai perempuan yang baik. Dia ramah kepada warga jalan Mahoni.

Lia juga dikenal sebagai seorang desainer hebat yang biasa merias podium mantan Presiden Soeharto dan Menteri Penerangan Harmoko saban berpidato. Meski demikian, bila ada warga hendak mantenan, dan membutuhkan jasa merias pesta, Lia juga ringan tangan.

Namun usai reformasi 1998, ketika Presiden Soeharto jatuh, kondisi Lia mulai berubah. Mendadak dia menjadi dukun. Kala itu dia lebih dikenal sebagai orang hebat karena kemampuannya menyembuhkan pelbagai penyakit.

”Dia masih baik, pernah mengundang warga datang mengambil air zam-zam dari dalam rumahnya ketika musim kering. Karena butuh, orang-orang pada datang,” kata dia, Senin kemarin, (20/08).

Perlahan-lahan praktik Lia semakin besar. Orang yang berkunjung ke sana semakin banyak. Ada yang datang dari Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Mereka berdiam diri di rumahnya. Lia Aminudin pun mengubah namanya menjadi Lia Eden, mengakunya sesuai dengan perintah Tuhan.

"Anehnya. Kalau orang dari luar Jakarta yang berobat ke sana itu sembuh. Tapi giliran menyembuhkan warga asli sini, kok tidak," terang Piter.

Puncaknya pada akhir 2006 lalu ketika dia mengaku bermimpi ketemu Jibril. Dia bilang di rumahnya ada air zam-zam. Dia juga menantang pengurus masjid adu ilmu, dan menantang Nyi Roro Kidul di laut Selatan. "Yang gila, dia minta SBY pindah agama, nah, gila apa gak itu,” terangnya.

Warga dari berbagai daerah marah, lalu datang ke sana hendak membakar rumah Lia Eden. Untung polisi berhasil mengamankan. Kalau tidak, dia melanjutkan, masa pasti mengamuk dan membakar rumah. Lia Eden akhirnya dibawa ke pengadilan, dan dipenjara dua kali pada 2007.

Setelah masa tahanan habis, hingga kini Lia belum pernah bersosialisasi dengan warga. Dia belum pernah terlibat kegiatan kampung, misalnya rapat Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Dia juga tidak pernah ikut rapat membahas soal perumahan. "Apalagi kerja bakti, dia tidak pernah ikut," terang dia.

Cerita Lia itu dibenarkan Edy, petugas keamanan lainya. Namun dia memiliki cerita berbeda. Dulu, sebelum mengaku menjadi Jibril, Lia adalah warga baik. Dia kerap membantu warga di perumahan. Bahkan ketika dia menjadi dukun dan mengaku Jibril, anak buahnya sering memberi bingkisan kepada warga.

Menurut dia, kala itu warga sama sekali tidak keberatan dengan keberadaan mereka. Hanya masalah baru muncul ketika Lia berseteru dengan ormas lain. Dia menantang adu ilmu.”Padahal sebenarnya dia dan pengikutnya baik. Suka ngasih apa-apa ke warga, mereka juga ramah,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar