Jakarta (voa-islam.com).Kisah sukses Jokowi sebagai walikota Solo palsu alias abal? "Success story"
itu, hanyalah bedak yang ditaburkan oleh media massa, sehingga Jokowi
terkesan memiliki segala kesuksesan. Jokowi seperti manusia "ajaib",
yang bakal menjadi juru selamat rakyat DKI.
Media massa yang sekuler, memang begitu getol menggotong Jokowi-Ahok,
seakan sebagai tabib mujarab yang akan menyembuhkan segala penyakit di
DKI.
Apalagi, sesudah Jokowi membuat rekeman kampanye dan di rilis di You
Tobe, seakan-akan seperti dewa dari langit, yang akan mampu membereskan
seribu satu masalah di DKI, dan membuat sebagian rakyat terkesima.
Gugatan demi gugatan muncul ke publik atas sepak terjang Joko Widodo
di Solo. Di mana predikat walikota terbaik dunia kepada Joko Widodo
merupakan sebutan yang menyesatkan. "Selama periode Jokowi sebagai
walikota, angka kemiskinan meningkat, dan masih banyak daerah kumuh di
Kota Solo," ungkap Amien saat acara halal bihalal awal pekan ini.
Terkait angka kemiskinan di Kota Solo, memang jika melongok data
Badan Pusat Statistik (BPS) terungkap, selama 10 tahun terakhir
kepemimpinan Joko Widodo di Solo angka kemiskinan justru kian meningkat
dari tahun ke tahun.
Seperti 2010 angka kemiskinan di Kota Solo mencapai 13,34 persen.
Disusul berturut-turut 2006 (15,21 persen), 2007 (13,64 persen), 2008
(16,13 persen), 2009 (14,99 persen), 2010 (13,98 persen), dan 2011 (16
persen).
Ekonom Didik J Rachbini yang juga maju dalam Pemilukada DKI Jakarta
putaran pertama beberapa waktu lalu juga mengungkapkan Kota Solo
termasuk daerah yang berkategori miskin. "Kemiskinan di daerah tinggi
sekali, Solo termasuk tinggi sekali. Jakarta kemiskinannya tinggal dua
persen. Jakarta lebih baik dari Kota Solo," ungkap Didik Mei lalu.
Hal ini terkonfirmasi dengan data dari Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD) Solo pada 2011 ang mengungkapkan sebanyak
133 ribu jiwa (25 persen) jumlah warga miskin dari total jumlah
penduduk Solo yang mencapai 530 ribu jiwa. Angka ini mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya seperti 2009 yang hanya 107 ribu
jiwa, dan 2010 yang mencapai 125 ribu jiwa.
Citra sukses Joko Widodo saat memimpin Kota Solo belakangan memang
ditelanjangi di publik. Dalam angka kemiskinan Kota Solo saja, publik
baru mengetahui setelah ingar bingar pemilukada Jakarta.
Citra kadang memang tak sesuai dengan kenyataan. Begitu pula soal
angka kemiskinan di Solo yang ternyata tak berbanding lurus dengan
citra Joko Widodo.
Dengan modal dan dukungan dari media massa yang gegap gempita,
mengubah Jokowi-Ahok, sebagai manusia "super", yang bakal menjadi
solusi masa depan DKI. Tetapi, ternyata kisah sukses Jokowi di Solo
hanyalah, pepesan kosong belaka.
Termasuk dengan adanya pencitraan yang begitu hebat media massa di
Solo, Jokowi-Rudy, sebagai tokoh yang sukses. Ini tentu ada kaitannya
dengan proyeksi kepemimpinan politik 2014. Menggiring Muslim di
Indonesia mendukung Jokowi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar