data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Selasa, 21 Agustus 2012

Kini mulai ditinggalkan pengikut.

Anda tentu masih ingat dengan sosok Lia Eden? Dialah perempuan kontroversial, pemimpin agama sesat kaum eden. Dalam syiarnya, perempuan kelahiran Surabaya, 21 Agustus 1947, itu mengaku sebagai Jibril dan Mesias yang muncul di dunia sebelum kiamat. Dia juga mengaku sebagai reinkarnasi Bunda Maria, Ibu dari Yesus Kristus. Sedangkan anaknya, Ahmad Mukti mengklaim reinkarnasi Isa Almasih.

Pemilik nama kecil Lia Aminudin itu mengaku diutus oleh Tuhan melalui perantara Jibril. Dia menciptakan Istana Tuhan dan surga di rumahnya, Jalan Mahoni Nomor 30, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Sebelum dipenjara karena tuduhan penistaan agama, mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghapus agama Islam, pengikut Eden di Istana sebanyak 120 orang lebih. Lalu bagaimana sekarang?

Senin siang, 13 Agustus 2012 lalu, merdeka.com sempat mengunjungi Istana Eden. Di sana tidak tampak ada aktivitas ibadah lagi. Hanya tampak beberapa tukang bangunan sibuk merenovasi rumah dengan desain campuran; ukiran dinding khas timur tengah plus hiasan rumbai-rumbai kain dan lukisan.

Sementara di depan rumah dipajang hiasan bunga-bunga di sekitar taman kecil lengkap dengan kolam air mancur, kursi duduk, serta pura-pura kecil. Siang itu pintu gerbang selebar satu meter di samping kanan pagar rumah sudah terbuka. Sesekali seorang perempuan pengikut Eden keluar, memantau pekerjaan para tukang.

Ditemui merdeka.com, dia memasang wajah ramah, tersenyum lalu membungkukkan badan sambil menyapa salam. Laiknya pengikut Eden lain, perempuan yang menolak menyebut nama itu juga berpakaian serba putih; kaos putih ditutupi kain mori yang disilangkan di pundak sebelah kanan dan kiri.

“Maaf, kursinya kotor, sedang ada renovasi biar lebih nyaman,” kata dia singkat. Sayang, ketika ditanya ihwal kondisi kelompok Eden kini, dia menolak bicara.”Kalau anda mau nanya kondisi kami, bukan bagian saya menjawab. Silakan temui orang yang bagian komunikasi dengan dunia luar saja, Pak Abdul Rahman.”

Setengah jam menunggu perempuan itu masuk ke Istana, akhirnya Abdul Rahman nongol juga. Abdul Rahman dulu mahasiswa Aqidah Filsafat IAIN (sekarang UIN) Jakarta yang sangat radikal. Dia juga seorang pelopor gerakan mahasiswa penentang Soeharto di pertengahan tahun 1990-an.

Setelah masa reformasi 1998, dia sempat andil di Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP). Kemudian dia berangkat ke luar negeri, mendalami ilmu filsafat. Sepulang dari sana, mulailah dia menggugat agama. Abdul Rahman juga seorang pencari ilmu. 

”Saya sudah selesai dengan buku-buku. Sekarang agama sudah tidak relevan lagi dengan kondisi manusia. Agama malah membuat manusia tidak tenang dan saling benci. Makanya saya di sini,” kata dia kepada merdeka.com.

Abdul Rahman juga dipenjara bersama Lia Eden ketika kasus penistaan agama mencuat pada 2007 lalu. Ketika Lia dipenjara dua kali, yakni 2 tahun dan 2,5 tahun, Abdul Rahman hanya dipenjara 3 tahun. Lalu bagaimana kondisi komunitas Eden kini? Dia menjawab.”Kami bisa disebut komunitas. Sekarang yang tinggal di sini tidak sebanyak dulu,” kata dia.

Dulu jumlah pengikut sebanyak 120 orang lebih, tapi kini hanya tinggal 17 orang saja. Delapan orang diizinkan oleh Tuhan berada di luar buat menjalankan bisnis dan menjadi donatur tetap kaum Eden. Sedangkan sisanya tetap tinggal di Istana tanpa bekerja.”Tidak apa-apa. Biarkan yang lain mengingkari komitmen, tapi kami yang tersisa inilah yang bertahan,” kata dia menegaskan.

Sumber:Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar