data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Jumat, 10 Agustus 2012

Senada Dengan FPI, KH Abdullah Gymnastiar Nilai Tayangan Komedi Ramadhan Sarat Pelecehan.

JAKARTA-Da’i ternama KH Abdullah Gymnastiar menyatakan rasa prihatinnya terhadap tayangan komedi sahur sejumlah televisi yang cenderung bersifat melec
ehkan dan tidak memberi pesan moral yang baik. “Untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan pelecehan pada acara sahur yang seharusya diisi dengan hal-hal bermanfaat, masing-masing stasiun TV harus punya aturan khusus atau etika bergurau,” katanya di Jakarta, kemarin.

Pria yang akrab disapa Aa Gym itu mengatakan, stasiun televisi bertanggungjawab untuk menyajikan tayangan yang mendidik dan bermoral kepada penontonnya, dan bukannya yang merusak masyarakat. Menurut dia, masyarakat juga harus pandai untuk mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat, khususnya pada bulan Ramadhan.

Senada dengan Aa Gym, Komisioner Bidang Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Nina Mutmainnah Armando mengatakan, stasun televisi harus memiliki sensor internal untuk mencegah terjadinya pelanggaran dalam acara-acara yang ditayangkan. “Kami bukan lembaga sensor, jadi kami haanya dapat mengawasi, menegur dan memberikan saksi jika terjadi pelanggaran”, katanya.

Nina menjelaskan, KPI telah menegur secara tertulis kepada dua stasiun TV yang melakukan pelanggaran, yaitu Trans TV untuk acara Waktunya Kita Sahur dan RCTI untuk acara Kampung Sahur Bejo.

Menurut KPI, kedua siaran sahut tersebut melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran tahun 2012 dengan secara konsisten menampilkan adegan yang melecehkan orang dengan kondisi fisik tertentu atau orang dengan orientasi seks serta identitas gender tertentu. “Biasanya yang sering jadi bahan ejekan orang yang pendek dan bergigi maju, “kata Nina.

Sementara itu, banyaknya program komedi di TV Swasta menjelang sahur dinilai kalangan ulama sebagai hal yang tidak cerdas. Televisi sebagai media massa paling berpengaruh seharusnya memiliki tanggung jawab sosial keagamaan dalam menayangkan komedi sahur.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Efendi Yusuf menilai, seharusnya penyusun program bisa mengemas acara menjelang sahur menjadi lebih baik. “Agama tidak melarang untuk berhumor atau berkomedi, dan itu boleh-boleh saja. Namun alangkah baiknya jika komedi tersebut lebih cerdas dan mendidik dan bukan sekedar tertawa,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Habib Selon dari FPI yang mengritik penampilan dua ustadz gaul yang mendapat teguran KPI. “Solmed itu artis atau ustadz? Solmed jangan mencoreng nama ustadz atau Islam!” seru Habib Selon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar