data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Kamis, 09 Agustus 2012

Pengungsi Rohingya: Kita Tukar Agama Budha, Bisa Duduk di Myanmar.

(SI ONLINE) - Muhammad Rofiq, seorang warga Rohingya yang kini berada di Tangerang, datang ke Sekretariat ICIS di Jl Dempo, Menteng, Jakarta Pusat. Rofiq tidak sendirian, dia ditemani seorang kawannya Dien Muhammad. Rofiq bisa bahasa Indonesia, walau sedikit dan terbata-bata. Sedangkan Dien sama sekali tidak bisa.  

Saat berlangsung diskusi soal Rohingya di organisasi yang dipimpin KH Hasyim Muzadi, Sabtu sore (4/8/2012), Rofiq bercerita tentang umat Islam di kampung halamannya. Sebelumnya Rofiq menyebut Myanmar sebagai negara Budha. "Budhis (orang Budha) memakai senjata, kita (umat Islam) tidak", katanya. 

"Kalau kita tukar agama kita (Islam) dengan Budha, bisa duduk di Myanmar", katanya sepotong-potong. Maksud Rofiq, jika umat Islam di Rohingya mau murtad atau keluar dari Islam dan masuk menjadi pengikut Budha maka dia akan aman dan bisa tinggal di Myanmar. Tetapi karena umat Islam Rohingya bertahan dengan akidah Islam mereka, maka junta militer yang menghabisi mereka. Cerita Rofiq ini sekaligus menjawab keraguan sebagian kalangan selama ini yang mengatakan konflik Rohingya bukan konflik agama.

Lantas bagaimana tindakan militer terhadap Muslim Rohingya?. "Militer datang merampok pukul 2-3 pagi. Anak-anak umur 1-2 tahun mereka tembak", kata Rofiq sembari matanya berkaca-kaca. 

"Militer datang membawa bom molotov. Mereka membakar rumah-rumah. Orang dewasa ada yang dikubur hidup-hidup di depan rumah mereka, ada yang kaki tangannya dipotong," kata Rofik menggambarkan kekejaman militer di Rohingya. 

Bukan hanya membunuh, militer juga melakukan penculikan dan penjarahan. "Setiap malam ada penculikan. Mereka juga menjarah warung-warung dan merampok uangnya", lanjutnya. 

Begitulah perlakuan junta militer terhadap Muslim Rohingya. Padahal di Rohingya tidak ada warga yang memegang senjata. "Rohingya tidak ada yang pegang senjata," kata Wakil RI di Komisi HAM ASEAN, Rafendi Djamin. 

Pemred Republika, Nasihin Masha, menyampaikan bahwa sejak merdeka pada 1948 hingga kini junta militer Myanmar telah melancarkan 19 kali operasi militer di Rohingya.  "Delapan kali sebelum junta berkuasa (1962) dan 11 kali setelah junta berkuasa pada 1962," kata Nasihin. 

Nasihin menyebut penindasan di Rohongya bukan lagi sebagai communal violence (kekerasan komunal), tetapi sudah menjadi state violence (kekerasan oleh negara). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar