data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Jumat, 10 Agustus 2012

19 Agustus Idul Fitri,PP Muhammadiyah Jelaskan Metode Hisab Penetapannya.

19 Agustus Idul Fitri, PP Muhammadiyah Jelaskan Metode Hisab Penetapannya
Eramuslim.com |  PP Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1433 Hijriyah akan jatuh pada Ahad Kliwon tanggal 19 Agustus 2012. Penetapan itu berdasarkan hasil Hisab Wujudul Hilal yang telah dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Agung Danarto menjelaskan ijtimak jelang Syawal 1433 H terjadi pada Jumat Pon 17 Agustus 2012 pukul 22.55.50 WIB. Tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta adalah -04 derajat 37' 51'', dimana hilal belum terwujud, dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat itu bulan berada di bawah ufuk.

"Atas dasar itu pimpinan pusat Muhammadiyah menginstruksikan khususnya kepada segenap warga Muhammadiyah serta mengajak kepada umumnya umat Islam untuk menunaikan salat Idul Fitri 1433 Hijriyah pada hari dan tanggal tersebut," ujarnya dalam keterangan pers di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta Jumat (10/8).

Agung menjelaskan PP Muhammadiyah berharap umat Islam dapat memperkokoh silaturahmi, ukhuwah dan usaha kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup.

"Para pembawa misi dakwah mari kita menyebarkan ajaran Islam yang memiliki karakter pembawa kemajuan peradaban. Hindari hal-hal yang bersifat pendangkalan dalam menanamkan keyakinan, pemahaman dan amaliah Islam, yang membawa kemunduran dalam kehidupan umat,"ucapnya.

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar menjelaskan penentuan wujudul hilal dilakukan bukan berdasarkan konsep penampakan melainkan hisab hakiki atau bulan terbenam lebih dulu.

"Kalau metodenya penampakan, itu bisa menipu, bisa saja halusinasi. Mungkin yang dilihat itu benda langit lain seperti planet Mars," ujarnya.

Sementara Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Omar Fathurohman menerangkan, metode hisab hakiki adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya matahari dan bulan yang sebenarnya.

"Gerak dan posisi bulan dalam metode ini dihitung secara cermat untuk diketahui posisinya ketika terbit dan tenggelam,"jelasnya.

Omar lebih lanjut menerangkan, wujudul hilal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat matahari terbenam, bulan belum terbenam. Dengan perkataan lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari berapapun selisih waktunya.

"Berdasarkan perhitungan hisab hakiki, ijtimak (konjungsi) bulan dan matahari, jelang Syawal 1433 H terjadi pada 18 Agustus 2012, sebelum matahari terbenam. Pada saat matahari terbenam tinggi bulan di Yogyakarta mencapai 07 derajat 42' 48". Artinya bulan belum terbenam pada saat matahari terbenam. Di Mekkah sendiri, sudah di atas empat derajat," imbuhnya.

Metode hisab hakiki telah dipakai PP Muhammadiyah sejak tahun 2000. Di dunia Islam, metode ini telah dipakai sejak seabad yang lalu.

Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak para tokoh dan umat untuk tidak sekedar menjalankan keseluruhan rangkaian ibadah puasa dan lebaran sekadar sebagai laku ritual ibadah semata.

"Namun diharapkannya ibadah dapat memunculkan pencerahan pribadi, bahkan pencerahan sosial. Bisa membuat bangsa memiliki karakter dan akhlak mulia, tidak korupsi, karena saat ini pemberantasan korupsi berjalan di tempat," pungkas Haedar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar