CILACAP (voa-islam.com) -
Tim JAT Media Center (JMC) yang dipimpin ustadz Son Hadi beserta
keluarga ustadz Abu Bakar Ba’asyir diantaranya; ibu Aisyah Baraja,
ustadz Rosyid Ridho Ba’asyir dan ustadz Abdul Rohim Ba’asyir, membesuk
ustadz Abu Bakar Ba’asyir di LP Batu Nusakambangan, Senin (8/9/2012).
Kunjungan
pertama semenjak ustadz Abu Bakar Ba’asyir dipindah paksa dari Mabes
Polri itu mengungkap sejumlah fakta kezaliman Densus 88 atas ulama sepuh
tersebut.
Saat ditemui, ustadz Ba’asyir menceritakan kronologis dirinya dipindah mendadak secara paksa oleh aparat.
Ia
menuturkan, pada Jum’at (5/10/2012) malam saat dirinya sedang tidur lalu
dibangunkan petugas. “Saya dibangunkan, katanya ada jaksa, terus saya
bangun nemui jaksa, jadi diberitahu jam 9 malam, jam 10.45 WIB malam
berangkat,” kata amir Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu di hadapan
rombong pembesuk.
...Makan tidak ada, hanya dikasih roti saja sama minuman
Saat itu
ustadz Abu Bakar Ba’asyir marah lantaran kepindahannya itu begitu
mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga ia tak mempersiapkan
diri dan tak sempat mengemasi barang-barangnya. “memindahkan orang kok
seenaknya,” ujarnya kesal.
Berangkat dari Rutan Bareskrim Mabes Polri, ustadz Ba’asyir lalu dibawa ke Mako Brimob, Kelapa Dua Depok.
“Terus
dibawa ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Mau naik pesawat tapi katanya
pesawatnya rusak. Akhirnya naik mobil saja, dari Mako Brimob Depok jam
12.00 WIB malam, sampai sini (Cilacap, red.) jam 09.00 WIB pagi lalu
masuk ke LP Batu Nusakambangan jam 13.00 WIB siang,” jelasnya.
Betapa
kejamnya Densus 88, ustadz Ba’asyir yang sudah lanjut usia itu
benar-benar dipindahkan melalui jalan darat dengan menempuh waktu lebih
dari 18 jam tanpa diberi makan, kecuali sepotong roti. “Makan tidak ada,
hanya dikasih roti saja sama minuman,” ucapnya.
...Tidak ada istirahat, paling hanya buang air kecil saja. Malah shalat shubuh saja tidak diizinkan, terus saya marah-marah di mobil.
Bahkan,
lebih zalim lagi, dalam perjalanan nonstop tanpa istirahat itu, ustadz
Abu Bakar Ba’asyir dilarang shalat oleh Densus 88.
“Tidak
ada istirahat, paling hanya buang air kecil saja. Malah shalat shubuh
saja tidak diizinkan, terus saya marah-marah di mobil. Jadi mobil itu
tidak berhenti, saya sudah bilang; “ini sudah shubuh, mampir dulu ke
masjid!” dia bilang; tidak pak. Lalu saya marah-marah; kurang ajar! Ini
negara kafir, kalian juga kafir! Ini shalat, lebih dari nyawa! Lalu diam
saja polisinya. Saya akhirnya shalat di dalam mobil, habis bagaimana
lagi?” ungkapnya.
kemarahan
ustadz Abu Bakar Ba’asyir memuncak diperlakukan dengan zalim, tak
manusiawi dan melanggar kebebasan beribadah, ia pun bermaksud menemui
komandan Densus 88 yang mengantarnya. “Mana komandanmu? saya mau
ketemu!” tanyanya dengan nada marah.
Namun Densus 88 mengabaikannya dan ustadz Abu Bakar Ba’asyir langsung diantar memasuki sel di LP Batu Nusakambangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar