data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Rabu, 27 Maret 2013

Misteri Di Balik Kematian Syeikh Ramadhan Al-Buthi.

KEMATIAN Syeikh Ramadhan Al-Buthi pada Kamis (21/3/2013) masih terus menyimpan misteri dan pertanyaan kepada semua kaum Muslimin.

Sebagian mengklaim ia adalah seorang syahid.

Namun sebagian lain juga tak ragu menyatakan sang Syeikh adalah pendukung utama Bashar Al Assad yang telah membunuh lebih dari 60.000 kaum Muslimin Suriah hanya dalam waktu sekitar dua tahun saja.

Memang, ada beberapa catatan kedekatan antara Syeikh Ramadhan Al-Buthi dengan Assad. Berikut di antaranya:

Pertama: Pengagungannya terhadap tokoh syi’ah rofidhoh Hasan Nashrullah. Al-Buuthy berkata: “Aku berangan-angan kalau aku senilai salah satu jari Hasan Nashrullah di hadapan Allah.” Padahal Hasan Nasrullah juga telah ikut andil, membunuh rakyat Suriah dengan jari-jarinya.

Kedua: Pengagungannya terhadap ayah Basyar yaitu Hafiz Al-Asad, yang telah membunuh 40 ribu muslim. Bahkan Al-Buthy menyolatkan mayat Hafiz Al-Asad dan menangis akan kepergian Hafiz al-Asad. Sehingga tidak mengherankan jika Al-Buuthy memuji Hafiz Al-Asad dengan pujian setinggi langit.

Ketiga: Al-Buuthy menyebutkan bahwa mayoritas para pejuang Mujahidin Suriah tidak sholat.

Keempat: Al-Buthy mendoakan Basyaar al-Asad agar Allah menolongnya.

Kelima: Al-Buuthy memuji tim Basyaar al-Asad setinggi langit, dan ia merasa malu hanya duduk di rumah tidak ikut berperang membantu pasukan Basyar al-Asad. Bahkan ia hampir menyamakan tim Basyaar dengan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mungkin betul, di akhir hayatnya, sebagian sumber menyatakan bahwa Syeik Buthi menyatakan penyesalannya karena pernah mendukung Assad. Namun di zaman seperti sekarang ini, adalah perlu untuk mengumumkannya. Jika apologinya adalah media sendiri yang tidak mau menyebarkannya, permasalahannya; siapapun yang pernah mendengarnya tidak hanya cukup sekadar katanya-katanya, tapi mengungkapkannya ke khalayak ramai agar hilang syak di hati umat.

Ditambah, dengan kondisi Suriah saat ini, agaknya tidak mungkin untuk para kaum Mujahidin yang memerangi Assad masih sempat-sempatnya melakukan transfer ilmu secara transparan di tempat yang sangat ‘vulgar’ tersebut.

Satu misteri lagi adalah siapa sebenarnya pelaku pemboman yang menewaskan Syeikh Al Buthi? Kaum Mujahidin Suriah, seperti yang mereka sebutkan, mereka berpegang teguh kepada perintah Allah dan Rasulnya, bahwa mereka tidak pernah menyerang masjid.

Sebaliknya, di masjid tempat terbunuhnya sang syeikh, banyak kejanggalan yang terlihat. Semisal bahwa darah yang berceceran seperti darah yang terseret dan bukan berhamburan. Lampu-lampu dan kondisi masjid pun tampak sehat wal afiat saja.

Yang pasti berkaca pada sejarah, di semua kondisi peperangan, diperlukan sikap ketegasan untuk benar-benar berpihak di mana. Tidak boleh ada sikap ambigu di situ. Karena selain akan berdampak fitnah yang besar untuk umat dan generasi selanjutnya, sejarah juga selalu memperlakukan mereka yang dianggap tak bersikap dengan jelas soal keberpihakan. Konon, Yasser Arafat, diracun entah oleh siapa. Sesuatu yang sangat menyakitkan untuk Arafat, karena puluhan tahun, ia dengan PLO-nya senantiasa mencoba untuk selalu berdamai dengan Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar