KEMATIAN Syeikh Ramadhan Al-Buthi pada Kamis (21/3/2013) masih terus
menyimpan misteri dan pertanyaan kepada semua kaum Muslimin.
Sebagian mengklaim ia adalah seorang syahid.
Namun
sebagian lain juga tak ragu menyatakan sang Syeikh adalah pendukung
utama Bashar Al Assad yang telah membunuh lebih dari 60.000 kaum
Muslimin Suriah hanya dalam waktu sekitar dua tahun saja.
Memang, ada beberapa catatan kedekatan antara Syeikh Ramadhan Al-Buthi dengan Assad. Berikut di antaranya:
Pertama:
Pengagungannya terhadap tokoh syi’ah rofidhoh Hasan Nashrullah.
Al-Buuthy berkata: “Aku berangan-angan kalau aku senilai salah satu jari
Hasan Nashrullah di hadapan Allah.” Padahal Hasan Nasrullah juga telah
ikut andil, membunuh rakyat Suriah dengan jari-jarinya.
Kedua:
Pengagungannya terhadap ayah Basyar yaitu Hafiz Al-Asad, yang telah
membunuh 40 ribu muslim. Bahkan Al-Buthy menyolatkan mayat Hafiz Al-Asad
dan menangis akan kepergian Hafiz al-Asad. Sehingga tidak mengherankan
jika Al-Buuthy memuji Hafiz Al-Asad dengan pujian setinggi langit.
Ketiga: Al-Buuthy menyebutkan bahwa mayoritas para pejuang Mujahidin Suriah tidak sholat.
Keempat: Al-Buthy mendoakan Basyaar al-Asad agar Allah menolongnya.
Kelima:
Al-Buuthy memuji tim Basyaar al-Asad setinggi langit, dan ia merasa
malu hanya duduk di rumah tidak ikut berperang membantu pasukan Basyar
al-Asad. Bahkan ia hampir menyamakan tim Basyaar dengan para sahabat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mungkin betul, di akhir
hayatnya, sebagian sumber menyatakan bahwa Syeik Buthi menyatakan
penyesalannya karena pernah mendukung Assad. Namun di zaman seperti
sekarang ini, adalah perlu untuk mengumumkannya. Jika apologinya adalah
media sendiri yang tidak mau menyebarkannya, permasalahannya; siapapun
yang pernah mendengarnya tidak hanya cukup sekadar katanya-katanya, tapi
mengungkapkannya ke khalayak ramai agar hilang syak di hati umat.
Ditambah,
dengan kondisi Suriah saat ini, agaknya tidak mungkin untuk para kaum
Mujahidin yang memerangi Assad masih sempat-sempatnya melakukan transfer
ilmu secara transparan di tempat yang sangat ‘vulgar’ tersebut.
Satu
misteri lagi adalah siapa sebenarnya pelaku pemboman yang menewaskan
Syeikh Al Buthi? Kaum Mujahidin Suriah, seperti yang mereka sebutkan,
mereka berpegang teguh kepada perintah Allah dan Rasulnya, bahwa mereka
tidak pernah menyerang masjid.
Sebaliknya, di masjid tempat
terbunuhnya sang syeikh, banyak kejanggalan yang terlihat. Semisal bahwa
darah yang berceceran seperti darah yang terseret dan bukan
berhamburan. Lampu-lampu dan kondisi masjid pun tampak sehat wal afiat
saja.
Yang pasti berkaca pada sejarah, di semua kondisi
peperangan, diperlukan sikap ketegasan untuk benar-benar berpihak di
mana. Tidak boleh ada sikap ambigu di situ. Karena selain akan berdampak
fitnah yang besar untuk umat dan generasi selanjutnya, sejarah juga
selalu memperlakukan mereka yang dianggap tak bersikap dengan jelas soal
keberpihakan. Konon, Yasser Arafat, diracun entah oleh siapa. Sesuatu
yang sangat menyakitkan untuk Arafat, karena puluhan tahun, ia dengan
PLO-nya senantiasa mencoba untuk selalu berdamai dengan Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar