data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Minggu, 10 Maret 2013

Malam Ketika Hasan Al-Banna Terbunuh.

SEORANG tua, berusia sembilan puluh tahun, membuka pintu rumahnya, menjelang tengah malam, ketika mendengar ketukan. Seorang perwira militer,  membawa jenazah, yang tak lain, adalah putranya sendiri, Hasan al-Banna. Maka, 12 Februai l949, adalah peristiwa pertama, yang bersejarah, yang dialami Jamaah Al-Ikhwanul Al-Muslimun, di mana pemimpin jamaah itu, dibunuh  aparat Raja Farouk.

Malam itu, sang perwira member instruksi kepada orang tua itu: “Tidak boleh ada suara, tidak boleh ada tangis, tidak boleh ada ucapan belasungkawa, dan tidak boleh orang lain yang ikut mengurus jenazah itu, tidak boleh ada yang mengiri jenazah ke tempat pekuburan. Kecuali, keluarga yang berada di rumah itu, dan pukul sembilan pagi, jenazah itu sudah harus dikubur”.

Menjelang pagi hari ,  perwira itu datang lagi, dan memberi perintah: “Bawalah anakmu untuk dikubur!”. “Bagaimana cara membawanya.Silakan tentara membawa?”, tegas orang tua itu.  Perwira itu balik membentak  : “Keluargamu yang membawa! Cepat!”.

Di pagi hari, orang tua yang sudah lanjut usianya itu mengurus sendiri anaknya. Ia mengusap seluruh tubuh anaknya yang penuh dengan darah, akibat rentetan tembakan. Orang tua itu menshalatkan jenazah Hasan al-Banna bersama anak lekakinya yang masih kecil dan keluarga wanitanya. Kemudian, menggali liang dan menguburkan jenazah anaknya bersama dengan isteri dan putri-putrinya, tanpa bantuan siapapun.

Di saat yang hampir bersamaan, Raja Farouk mengadakan pesta besar, merayakan ulang tahun kelahirannya, 11- 12 Februari, l949, di Amerika, perpaduan antara ulang tahun raja, dan perayaan atas kematian Hasan al-Banna, yang sangat meriah.

Kematian Hasal al-Banna, tak berarti berakhirnya perjuangan Jamaah Ikhwan, karena jamaah itu selanjutnya, dipimpin oleh orang-orang yang sungguh-sungguh, kompeten, dan komit terhadap cita-cita al-Islam. Bahkan, jamaah itu terus berkembang, hingga hari ini ke seluruh penjuru dunia.

Umar Tilmisani, Mursyid Aam Al-Ikhwanul Al-Muslimun, yang ketiga, mengisahkan pertemuan pertama di rumah Hasan al-Banna, yang sangat berkesan. Karena, Umar adalah berasal dari keluarga terpandang dan kaya. Sebelum masuk Jamaah Ikhwan, Umar adalah pengacara terpandang, dan berkantor di Syabin Qanatir, serta tinggal di villa (real estate) Tilmisan. Ketika Mursyid Ketiga itu, masuk ke rumah Hasan al-Banna, dia mendapatkan rumah pemimpin Jamaah Ikhwan itu, ruangan yang gelap, hingga tak dapat dilihat oleh mata. Ketika al-Banna membuka satu-satunya jendela yang menghadap ke jalan, Umar  melihat sebuah meja kecil yang sederhana dan berdebu.

Maka, ketika Umar duduk di kursi dan meletakkan sapu tangan di tempat duduknya, Hasan al-Banna tersenyum. Dan, Umar merasa agak malu, ketika melihat Hasan al-Banna tersenyum, apalagi waktu itu, Umar mengenakan jas, yang sangat mewah. Namun, kehidupan pribadi Umar Tilmisani itu berubah, sesudah berinteraksi dengan Hasan al-Banna, dan terlibat dalam Jamaah Al-Ikhwan.

Mush’ab bin Umair Radhiyallahu anhu, yang masih muda, dan meninggalkan seluruh kehidupan remajanya. Ia meninggalkan kemewahan, yang dinikmatinya, dan beralih menjalani kehidupan keras, miskin, dan penuh derita. Mush’ab, yang awalnya hidup mewah, hanya punya satu baju untuk kafannya, ketika meninggal. Jika Sahabat menutup kakinya, maka kepalanya terlihat. Lalu, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, menyuruh Sahabat menutup kepala Mush’ab bin Umair dengan bajunya, dan meutup kedua kakinya dengan pohoh idzkir.

Shalahuddin al-Ayyubi, seluruh sisa hidupnya, dihabiskan diperkemahan padang pasir, yang terik menyengat. Ia tinggalkan istana yang penuh dengan kemewahan dan kenikmatan duniawi. Shalahuddin, yang berhasil memenangkan di perang Hitthin, dan memporak-porandakan pasukan Salib itu, begitu besar cintanya dengan jihad. Sehingga, hari-hari yang dilalui hanya bersama para pejuang (mujahidin) di padang pasir.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz, hidup penuh dengan wara’ dan zuhud, tak pernah terpengaruh dengan kehidupan dunia. Meskipun, ia memiliki kedudukan sebagai khalifah. Seluruh hidupnya diabdikan untuk kaum muslimin. Hanya dalam waktu dua tahun pemerintahannya, tak lagi menemukan orang-orang yang berhak mendapat zakat sebagai fakir miskin (mustahiq). Dan, ketika Umar bin Abdul Aziz meninggal, ia  hanya meninggalkan jubah dan terompah yang lusuh.

Hari ini, Dunia Islam, de facto terjajah kembali, dan dikuasai oleh Israel dan Amerika. Bukan semata-mata karena kekalahan dalam perang. Pengusaan terhadap Dunia Islam, tidak lagi melalui kekerasan semata-mata, tapi hanya dengan cara menguasai para penguasanya. Dan, mereka secara moral telah kalah. Dunia Islam dikuasai oleh orang-orang yang secara fisik kuat, dan hidup di dalam istana-istana yang megah, yang penuh dengan kemewahan. Tapi, hakekatnya adalah orang-orang yang ringkih, dan tidak memiliki kekuatan apa-apa.

Kehidupan para pangeran dan putri serta anak-anak para penguasa  di negara Timur Tengah, mengalami dis-orientasi. Mereka sekolah di negara-negara Barat. Mereguk kehidupan dan budaya Barat. Sehingga, secara perlahan-lahan Barat berhasil menguasai negara-negara Timur Tengah, tanpa berperang, dan mengeluarkan sebutir pun peluru. Karena, Barat berhasil menguasai para putera mahkota.

Tak ada lagi kisah seperti yang terjadi di awal generasi shalaf.  Shalahuddin al-Ayyubi, Umar bin Abdul Aziz, Mush-ab bin Umair, Mohammad al-Fatih, Hasan al-Banna. Dan, yang tersisa adalah sebuah penomena yang sangat paradok, dibandingkan di masa awal Islam, yang penuh dengan keindahan, gambaran pemimpin yang sangat mengagumkan dalam kepemimpinann mereka.

Adakah solusi yang akan dilakukan para generasi berikutnya, yang akan menghela nafas perjuangan Islam di masa depan?  Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar