data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Senin, 02 September 2013

SERANGAN EKONOMI LIBIDO LEWAT AJANG MISS WORLD

Miss World merupakan produk serangan budaya postmodern, dalam bentuk ekonomi libido. Para pendukung kontes ratu-ratuan menolak dikatakan ajang tersebut merusak moral. Panitia Miss World beralasan, yang dinilai adalah brain (otak), bukan seksualitas wanita. Seorang ratu kecantikan dapat menarik wisata Indonesia. Sebagai alat, wanita tak ubahnya alat penarik uang. Tentu, tidak ada kemuliaan ketika wanita menjadi semacam alat belaka.

Justru disinilah problemnya, wanita dijadikan komoditi, yang dijual kecantikan. Wanita memiliki nilai jual untuk kepentingan ekonomi. Ini adalah bentuk ‘penjualan’ wanita. Jelas ini pelecehan terhadap kaum Hawa. Seks, dalam dunia postmo bukan saja alat pemenuhan kebutuhan biologis, tapi juga dijadikan pembangkit market sebuah produk ekonomi.

Makanya, di Barat, penonjolan lekuk- lekuk tubuh wanita dalam iklan dan film tidak dianggap pelecehan wanita, tapi seni yang bisa mendongkrak produk ekonomi. Paradigma Barat kebingungan membedakan antara seni, pelecehan dan hasrat seks. Pelecehan dinilai seni, penistaan dapat membangkitkan ekonomi. Inilah budaya anti nilai (nihilisme).

Maka, mari bertanya kepada Presiden tercinta kita yang dengan segera akan berakhir masa jabatannya,

“Bapak SBY yang rakyat cintai dan banggakan, apakah Anda rela dan siap merengkuh budaya seperti itu untuk diadopsi Indonesia?”

Berbuatlah Sekali Ini Untuk Agama Dan Budaya Kita !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar