JAKARTA (voa-islam.com) – Believe or not?
Percaya atau tidak, ternyata kontes kecantikan pertama kali ditujukan
pada anjing, bayi, dan burung. Lalu sukses kontes kecantikan hewan
tersebut tersebut diuji-coba untuk manusia. Jadi, kontes kecantikan Miss
World itu seperti kontes binatang, seperti anjing dan burung.
Idihhh…..kok mau?
Kontes kecantikan modern pertama kali digelar di Amerika pada tahun
1854. Sempat vakum karena diprotes, sekitar tahun 1951 di Inggris, Eric
Morley menggelar kontes kecantikan internasional untuk pertama kali.
Berawal dari festival yang bernama Festival Bikini Contest, lalu
berganti menjadi Miss World. Inilah kontes kecantikan ala budaya barat
yang mengagungkan kebebasan.
Beberapa tahun kemudian Eric Morley meninggal sehingga pagelaran
tersebut diteruskan istrinya hingga muncul konsep 3B yakni Brain
(kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior (Kepribadian). Hingga
saat inipun kontes kecantikan masih ditolak para aktivis perempuan di
beberapa negara.
Setelah Inggris cukup sukses menggelar kontes kecantikan, lalu sukses
tersebut merambat ke Amerika. Pada tahun 1952 sebuah perusahaan pakaian
dalam di Amerika mencoba untuk mencari cara mempromosikan produknya
dengan menggelar Miss Universe.Tentu para peserta wajib berbusana bikini
agar menarik minat pembeli pakaian dalam tersebut. Pada tahun 1996
Donald Trump membeli hak kontes tersebut untuk ditayangkan di sebuah
televisi.
Sesi berpakaian renang termasuk tahapan wajib yang harus dilalui
dalam kontes kecantikan Miss Universe. Pakaian renang ‘one piece’ tetap
harus digunakan bila tak ingin didiskualifikasi dari kontes tersebut
.
Walhasil, meskipun menolak berbikini, tetap harus mau mengumbar
auratnya di depan publik. Aurat itu dipamerkan untuk dinikmati oleh
mata-mata jalang dan nafsu liar para juri, fotografer, panitia, dan
semua pihak yang terlibat di dalamnya.
….Ajang kontes kecantikan selalu menomorsatukan fisik dalam
adu pamer aurat. Perempuan adalah komoditi alias barang dagangan.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef menulis dalam
bukunya, "Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran" (2006), ia menulis: Kontes
kecantikan hakikatnya adalah sebuah penipuan dan pelecehan terhadap
perempuan. Kontes kecantikan hanya untuk meraup keuntungan bisnis
perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, atau salon kecantikan,
yang bertujuan mengeksploitasi kecantikan perempuan sebagai primitive
instinct dan nafsu dasar laki-laki, serta kebutuhan akan uang untuk
hidup mewah. Ia menolak habis-habisan kontes kecantikan, meski dirinya
lulusan luar negeri yang berpandangan liberal.”
Lebih lanjut ia menulis: “Pemilihan ratu-ratuan seperti yang
dilakukan sampai sekarang adalah suatu penipuan, di samping pelecehan
terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan. Tujuan
dari kegiatan ini tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis
tertentu; perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon
kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus kelemahan
perempuan, insting primitif dan nafsu elementer laki-laki dan kebutuhan
akan uang untuk bisa hidup mewah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar