data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Sabtu, 18 Mei 2013

KH.Misbahul Anam : Dikira Teroris,Orang Gila Ditangkap.Apakah Densus Profesional.?

Sekretaris Dewan Syuro DPP Front Pembela Islam (FPI), KH. Misbahul Anam mempertanyakan profesionalisme Densus 88. Pasalnya menurut FPI Densus 88 sering salah tangkap.

“Sebetulnya ini Densus 88 profesional atau amatir? Kalau profesional tidak mungkin salah tangkap ,” kata KH. Misbahul Anam selaku delegasi FPI yang hadir dalam Dialog Ormas-ormas Islam Dalam Mempertahankan NKRI, di Sahid Hotel, Jakarta Pusat, pada Sabtu (11/5/2013).

FPI membeberkan kasus salah tangkap terhadap pengurus Masjid Baitul Karim, Sunarto Sofyan atau biasa dipanggil Nanto yang sedang membagikan daging qurban saat Idul Adha.

“Pada saat Idul Adha, Nanto dari masjid Baitul Karim Kebon Kacang dia sedang membagi-bagi daging kurban ditangkap oleh Densus 88. Alhamdulillah FPI, FUI meminta kepada MUI agar difasiltasi, akhirnya dibebaskan. Remaja masjid lagi bagi-bagi daging ditangkap, ini amatir apa profesional?” tanya Kyai Misbah.

Menurutnya, Densus 88 menangkap teroris kalau ada momen-moment penting. “Begitu mau ada demo di Kedubes Myanmar, muncul ada penangkapan bom. Apa dananya sudah habis biar ngucur lagi?” ujarnya.

Namun, yang lebih mencengangkan dan tak pernah terekspos media, ketika FPI membeberkan kasus salah tangkap oleh Densus 88 terhadap salah seorang penderita gangguan jiwa bernama Mujiburrohman di Magelang, Jawa Tengah.

“Kemudian di Jawa Tengah, di Desa Grabag, Megelang ada orang namanya Mujoburrohman, dia itu orang gila. Dia bawa motor ditinggal di lapangan, ada gambarnya Usamah bin Ladin. Eh, ada satu orang Densus lewat mencurigai motor, kemudian diadakan penggerebekan,” bebernya.

Mujiburrohman yang telah dikepung dan hendak ditangkap Densus 88 itu pun keluar dengan telanjang bulat.

“Waktu penggerebekan rumahnya Mujiburrohman dikepung; harap keluar! Harap keluar! Tidak keluar kami tembak. Mujiburrohman keluar sambil telanjang, sambil joget, orang gila,” sambungnya.

Atas fakta-fakta tersebut, wajar jika FPI mempertanyakan profesionalisme kinerja Densus 88 yang kerap salah tangkap. “Orang gila mau ditangkap, dikepung. Ini profesional atau tidak?” tandasnya.

Jika Densus 88 salah tangkap terhadap seseorang tentu dengan mudah korbannya bisa dibebaskan dan masalah selesai. Namun bagaimana jika Densus 88 salah tembak, apakah korbannya bisa dihidupkan kembali.?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar