Budayawan
dan jurnalis kawakan, almarhum Muchtar Lubis, pernah mengatakan korupsi
sudah menjadi budaya bangsa sehingga sulit untuk diberantas.
Pernyataan
Muchtar Lubis tiga dasawarsa lalu itu sekarang masih sangat relevan,
terkait dengan merebaknya kasus Bank Century (BC) yang merugikan negara
hingga Rp 6,746 Triliun. Maka tidaklah mengherankan jika mantan Wapres
Muhammad Jusuf Kalla, menyebut skandal perbankan itu sebagai perampokan
terhadap uang negara oleh Robert Tantular, pemilik Bank Century.
Anehnya,
perampokan itu justru dibantu dua pejabat tinggi keuangan yang saat ini
masuk daftar hitam Pansus Hak Angket Bank Century, Wapres Boediono dan
Menkeu Sri Mulyani. Pada waktu membantu Robert Tantular melakukan
perampokan, Boediono masih menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI),
sedangkan Sri Mulyani Menkeu merangkap Ketua Komite Stabilitas Sistem
Keuangan (KSSK).
Lebih
mengherankan lagi adalah Boediono yang disebut Ketua DPP Partai Hanura
Fuad Bawazier sebagai penjahat kambuhan kejahatan perbankan Indonesia
itu, lebih dari satu dasawarsa lalu pernah berbuat serupa dengan
membantu para konglomerat perampok bank dengan meloloskan Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan negara sebesar Rp 650
Triliun, atau 100 kali lipat uang negara yang dirampok Robert Tantular.
Maka tidaklah mengherankan jika skandal Bank Century disebut sebagai
BLBI Jilid II.
Berikut
ini wawancara dengan Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib
Rizieq Syihab seputar skandal Bank Century dan bagaimana pandangan Islam
mengenai korupsi yang terus terjadi di Indonesia. Apa solusi Islam
untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya.
Bagaimana menurut Habib Rizieq kelanjutan kasus Bank Century sekarang ini ?
Saya
agak pesimis, karena kebanyakan politisi di DPR RI masih pemain lama.
Adapun sejumlah pemain baru masih diragukan kwalitasnya, apalagi yg
datang dari dunia selebritis. Ditambah lagi kekuatan koalisi pendukung
pemerintah di parlemen masih cukup solid, sehingga DPR hanya menjadi
corong penguasa.
Bagaimana jika dipandang dari sisi Syari’ah Islam ?
Rasulullah
saw pernah memperingatkan bahwa umat terdahulu dibinasakan oleh Allah
SWT karena mereka membiarkan pencurian yang dilakukan orang besar,
sedang pencurian yang dilakukan orang kecil dihukum dengan berat. Bahkan
Nabi saw dalam mereformasi hukum jahiliyyah tersebut bersumpah dengan
nama Allah SWT bahwa putrinya yg mulia dan dicinta, Fathimah Az-Zahra
ra, jika mencuri maka niscaya pasti beliau potong tangannya. Soal sanksi
hukuman dalam Syariat Islam, jika pencuri biasa saja yang sekedar
mencapai nishab pencurian sudah harus dipotong tangan, apalagi koruptor
milyaran bahkan trilyunan rupiah, mereka harus dihukum mati.
Menurut Habib, kira-kira siapa saja aktor yang terlibat dalam kasus menghebohkan Indonesia ini ?
Yang
pasti dua tokoh Neolib yaitu Wapres Budiono dan Menkeu Sri Mulyani
terlibat. Soal sejauh mana keterlibatannya, dan bagaimana bentuk
keterlibatannya, serta keterlibatan itu masuk katagori kebodohan atau
kelicikan atau kejahatan perampokan atau lainnya, itulah yang secara
hukum harus diperiksa oleh KPK, dan secara politik harus diselidiki oleh
Pansus Hak Angket Bank Century serta mesti diselesaikan oleh DPR.
Jika para pejabat itu terlibat, bagaimana menurut Syariah Islam hukuman yang pantas bagi mereka ?
Siapapun
yang terlibat, jika terbukti merampok uang negara wajib diseret ke
pengadilan dan dihukum seberat-beratnya. Menurut saya, mereka harus
dihukum mati agar menjadi pelajaran bagi semua pihak, sekaligus menjadi
momentum pemberantasan korupsi secara tuntas di Indonesia.
Mengapa sejak dahulu korupsi sulit dibasmi di Indonesia ?
Karena
tidak memakai Syariat Islam. Jika dari semula kasus pencurian kecil
saja ditangani dengan Syariat Islam, dan pelakunya dipotong-tangan, maka
mana berani orang korupsi besar-besaran. Disitulah hebat dan indahnya
Syariat Islam, yaitu menangani kasus pencurian semenjak dini, stop
pencurian kecil agar tidak menjadi pencurian besar.
Jadi,
dengan Indonesia memakai hukum sipil buatan penjajah Belanda dan
meninggalkan Syariat Islam, maka berarti memang sengaja korupsi itu
dipelihara. Apalagi jika pembuat Undang-Undangnya banyak yg terlibat
korupsi, mana mungkin koruptor membuat UU yg memberatkan mereka.
Apakah ada keterlibatan Presiden SBY dalam kasus Century ?
Jika
dalam penyelidikan ditemukan bukti keterlibatan Presiden SBY dalam
bentuk kejahatan perampokan uang negara, mestinya bisa berujung pada
impeachment terhadapnya. Bahkan bukan hanya SBY harus dilengserkan, tapi
juga harus diseret ke meja hijau dan dihukum seberat-beratnya. Seperti
saya katakan tadi, siapapun pelakunya, harus dihukum mati.
Keterlibatan
SBY dalam kasus Bank Century mesti diteliti dengan cermat, karena SBY
pernah meremehkan kasus Bank Century dengan mengatakan bahwa kasus Bank
Century hanya dampak dari krisis global. Ini
merupakan indikasi kuat menunjukkan kalau SBY ingin menutup-nutupi atau
ingin melindungi para pelaku. Padahal kasus Bank Century bukan akibat
krisis global tetapi krisis moral yang melahirkan para perampok brutal
terhadap uang rakyat, yang telah menghancurkan perekonomian bangsa dan
negara secara sistemik. Mereka adalah para teroris ekonomi !
Mengapa
SBY tetap memilih Boediono sebagai Wapres, meskipun diindikasikan
pernah terlibat dalam skandal BLBI tahun 1998 sebesar Rp 650 triliun dan
skandal BC sekarang sebesar Rp 6,746 triliun ?
Ada
empat kemungkinan. Pertama, karena pesanan neolib Amerika; kedua,
karena kebodohan SBY; ketiga, karena kecelakaan; keempat, karena SBY
sendiri memang terlibat.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, mengapa negara jiran itu lebih bersih dari korupsi daripada Indonesia ?
Karena
faktor kepemimpinan. Di Malaysia pemimpinnya tegas dan berani, sedang
di Indonesia penakut dan pengecut. Buktinya, untuk membubarkan aliran
sesat Ahmadiyah yg sudah nyata-nyata melanggar Perpres No. 1 Tahun 1965,
KUHP Pasal 156a dan Fatwa MUI, SBY tidak berani. Bahkan menemui pendemo
saja ketakutan, baik pendemo soal Ahmadiyah mau pun pendemu soal Bank
Century. Bagaimana mau berantas korupsi ?!
Apakah KPK mampu memberantas korupsi di Indonesia ?
Mestinya
mampu!. Tetapi KPK juga harus dibersihkan dulu dari oportunis dan
petualang jalang yg suka memeras. KPK tidak boleh jadi alat politik,
yang hanya dijadikan senjata untuk menakut-nakuti lawan politik
pemerintah. KPK harus bersih, bermoral dan bermartabat, insya Allah KPK
mampu berantas korupsi. Kalau KPK mau berkah dan lebih cepat berantas
korupsi, ya mesti pakai Syariat Islam.
Bagaimana menurut Habib, solusi paling efektif untuk memberantas korupsi di Indonesia ?
Tegakkan Syariat Islam. Allahu Akbar !
Kalau
kita lihat para pejabat yang korup, ternyata mereka juga rajin
beribadah seperti sholat dan puasa. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
Dalam
surat Al-’Ankabut ayat 45, Allah SWT menyatakan bahwa sholat mencegah
dari perbuatan keji dan munkar. Firman Allah SWT pasti benar, sehingga
pelaku sholat semestinya tidak lagi maksiyat, karen sholat adalah
benteng.
Nah,
jika ada orang sholat tapi tetap maksiyat, pasti ada yang tidak beres
dengan sholatnya, mungkin kurang lengkap syarat dan rukunnya, kurang
sempurna wudhunya, tidak ikhlas niatnya, tidak khusyu pelaksanaannya,
tidak halal makanan, minuman dan pakaiannya atau dia “korupsi dalam
sholat”. Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang sholat tanpa
thumaninah adalah pencuri dalam sholat.
Begitu
pula puasa, merupakan benteng dari hawa nafsu dan sifat rakus serta
serakah. Dan sebagaiman sholat, puasa pun mesti dilaksanakan sesuai
aturan syariat. Jadi, jika sholat dan puasanya tidak sesuai tuntunan
Nabi saw, pantas saja tetap getol korupsi.
Kalau kita lihat apa yang dikatakan SBY selalu bertentangan dengan perbutannya ?
Saya ingat sebuah hadits shahih dari Rasulullah saw yang maknanya : “Ciri munafiq ada tiga ; jika bicara ia dusta, jika janji ia ingkari, jika diberi amanat ia khianat”.
Mengapa SBY tidak berani mencopot Sri Mulyani dan meminta Boediono lengser ?
Sesuai
dengan jawaban saya tadi, mungkin karena tekanan Neolib Amerika, karena
kebodohan SBY atau memang karena SBY benar ikut terlibat bersama
mereka. Kalau karena kecelakaan, disini tidak mungkinlah.
Mengapa
kelompok sekuler seperti Kompak seolah-olah paling keras menyuarakan
kasus Bank Century dengan menggelar demonstrasi. Tetapi mengapa kelompok
Islam seperti FPI seolah-oleh adem ayem saja ?
Tidak
betul Ormas Islam adem ayem. KH Hasyim Ketua Umum PBNU dan Din
Syamsuddin Ketua Umum PP Muhammadiyah, keduanya Pelopor Gerakan Anti
Korupsi. Ada pun FPI dan berbagai Ormas Islam yg tergabung dalam FUI
(Firum Umat Islam) telah bertahun-tahun dan berulangkali menyatakan
sikap dan demo anti korupsi. Bahkan kami pernah membentuk Brigade
Pemburu Koruptor (BPK), dan pernah juga Aksi Sejuta Umat Islam di depan
Istana utk ganyang korupsi dan kolusi yang telah mengakibatkan
kebangkrutan ekonomi, kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok, serta
penguasaan asset negara oleh pihak asing.
Aksi
itu semua jauh lebih besar secara kwalitas dan kwantitas dibanding aksi
anti korupsi kelompok sekuler. Hanya saja media sekuler di Indonesia
enggan untuk mempublikasikannya, sedangkan aksi kaum sekuler terlalu
dibesar-besarkan. Misalnya, aksi kaum sekuler pada 9 Desember lalu
sebetulnya sudah gembos dan gagal, tetapi terus mendapat tempat dalam
pemberitaan yang di dramatisir.
Selain
itu, demo kemarin sudah disusupi dan dikendalikan oleh kelompok
sekuler. Di malam menjelang hari demo, salah seorang jubir kelompok
sekuler menyatakan dalam satu dialog di sebuah TV swasta, bahwa Pak Amin
Rais dan Pak Din hanya “Pendatang Baru”, lalu ia menolak
pertanggungjawaban bailout Century ke Boediono dan Sri Mulyani.
Kenapa
? Pertama, karena mereka tidak mau acara demo itu didominasi oleh
kelompok Islam. Kedua, mereka tadak mau agenda demo diarahkan untuk
melengserkan Boediono dan Sri Mulyani, karena mereka semua seperguruan,
sama-sama antek AS.
Sebenarnya
agenda utama mereka bukan mengganti Tim Ekonomi Kabinet, karena sudah
satu tim dengan mereka, yaitu Tim Neolib. Akan tetapi, yang mereka incar
adalah pergantian Tim Hukum Kabinet, seperti Menteri Hukum dan HAM
serta Jaksa Agung yang mereka anggap bukan tim mereka. Makanya, yang
diangkat habis-habisan hanya isu korupsi dan kebobrokan lembaga hukum
semata.
Jadi, mereka memperalat rakyat, pemuda dan mahasiswa untuk
“bargaining” dengan SBY untuk kepentingan kelompok mereka, bukan untuk
Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Itulah sebabnya, FPI dan FUI tidak
ikut turun bersama mereka, karena kita tahu dan paham betul agenda busuk
mereka.
Jadi, hanya segelintir Pemuda dan Mahasiswa serta kelompok Islam yg ikut demo kemarin ?
Saya
yakin, para pemuda dan mahasiswa serta kelompok Islam yang ikut demo
kemarin punya niat tulus dan ikhlas untuk pemberantasan korupsi, tidak
seperti kaum sekuler yang hipokrit dan machiavellis. Karenanya, kami
menyerukan para pemuda dan mahasiswa serta semua kelompok Islam agar
terus berjuang memberantas korupsi hingga tuntas. Tapi kami juga
menghimbau agar jangan sampai ditunggangi oleh kaum sekuler.
Mengapa selama 64 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia sulit mencari pemimpin yang amanah seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz ?
Karena
proses pencarian pemimpinnya lewat Sistem Demokrasi Barat yang sudah
rusak dan kadaluwarsa, bukan lewat Sistem Islam yang sempurna lagi baik.
Dalam Sistem Demokrasi, satu orang satu suara dan suara terbanyak
adalah penentu, sehingga suara ulama sama dengan suara pelacur, suara
cendikiawan sama dengan suara orang bodoh, suara pejuang sama dengan
suara pecundang. Selain itu, jual beli suara dan kursi serta jabatan
dengan alasan koalisi atau bargaining politik lainnya, dalam Sistem
Demokrasi adalah sudah lumrah dan biasa.
Nah,
pemimpin yang lahir dari sistem bejat macam itu, mana mungkin
berkualitas. Mana ada pemimpin bermutu datang dari pilihan pelacur,
orang bodoh dan pecundang. Mana bisa pemimpin bagus muncul dari hasil
jual beli suara dan kursi. Apalagi pemimpin sekaliber Khalifah Umar bin
Abdul Aziz ra, wah…wah..wah…mustahil lahir dari Sistem Thoghut.
Orang
beriman yakin bahwa pemimpin yang baik hanya akan lahir dari sistem yg
baik. Dan sistem yang baik itu hanyalah Sistem Islam, karena merupakan
satu-satunya sistem yg diridhoi Allah SWT.
Bagaimana Konsep Islam tentang pemimpin yg amanah ?
Pemimpin
yang amanah adalah pemimpin yang adil, jujur, tulus, ikhlas dan
bertanggung-jawab. Rasulullah saw mengambarkan dalam hadits shahihnya
bahwa salah satu golongan yg kelak akan mendapat naungan dan lindungan
Allah SWT di Hari Pembalasan adalah Imam yang adil. Bahkan para Ulama
Salaf meyakini bahwa keadilan Imam sesaat lebih afdhol daripada ibadah
seribu tahun.
Rasulullah
saw telah memberi kesuritauladanan yang sangat baik tantang keamanahan
pemimpin. Sumpah Nabi saw untuk memotong tangan putrinya bila mencuri,
adalah bentuk penegakan keadilan sekaligus sikap amanah dalam memimpin.
Keamanahan Nabi saw telah menjadi sumber keamanahan para Khulafa
sesudahnya. Pemimpin yang adil dan amanah adalah tonggak negara,
pelindung kaum lemah, pembela kebenaran, penegak keadilan, penyebab
rahmat dan keberkahan.
Apakah
Indonesia perlu menjadi negara Islam seperti Saudi dan Iran yg
menegakkan Hukum Islam secara kaffah. Lalu bagaimana nanti dengan
minoritas non muslim ?
Indonesia
tidak perlu jadi Saudi atau Iran, tapi Indonesia wajib menjadi Negara
Islam dengan ciri ke Indonesiaan yang khas. Maksudnya, kewajiban
pelaksanaan dan penerapan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya di bawah
naungan NKRI, sebagaimana Amanat Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Dan
ingat, bahwa sampai saat ini Piagam Jakarta masih tetap berlaku
berdasarkan Dekrit Presiden RI, 5 Juli 1959.
Karena itulah,
pemberlakuan Syariat Islam di Indonesia tidak bertentangan denggan
landasan idiil maupun konstitusionil Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD
1945. Dan pemberlakuan Syariat Islam di Indonesia bukan hanya boleh
tetapi wajib, karena mayoritas bangsa ini adalah umat Islam yang harus
tunduk dan patuh kepada syariatnya. Lagi pula, kalau hukum sipil buatan
fafir Belanda boleh diberlakukan di Indonesia hingga kini, kenapa Hukum
Islam tidak boleh ?!
Soal
minoritas, justru akan dilindungi dengan Syariat Islam. Mereka bebas
mendapatkan hak agama, pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, hukum dan
politiknya. Mana ada ajaran dan agama apa pun di dunia yang memiliki
konsep toleransi dan perlindungan terhadap minoritas sehebat dan
sesempurna yang dimiliki Syariat Islam.
Apakah
banyaknya Ormas Islam menjadi bukti perpecahan umat Islam. Mengapa
Ormas Islam lebih mengedepankan Amar Makruf daripada Nahi Munkar dalam
memerangi kemaksiyatan termasuk korupsi ?
Saya
melihat bahwa keragaman Ormas Islam adalah Rahmat Ilahiyyah. Sebab
tanpa kita sadari, melalui keragaman Ormas Islam telah terjadi pembagian
peran dan tugas dalam perjuangan Islam. Lihat saja, kebesaran NU dalam
pemberdayaan pondok pesantren tradisional, kehebatan Muhammadiyah dalam
pengembangan pendidikan formal modern, kesuksesan ICMI dalam konstribusi
kebijakan negara, kedahsyatan DDII dalam antisipasi pemurtadan,
kegigihan Hidayatullah dalam dakwah di pedalaman, belum lagi peran
Parpol Islam yang bermain dalam sistem.
Selanjutnya
soal fatwa ada MUI, Nahi Munkar ada FPI, kerjasama antar Ormas Islam
ada FUI, penegakan Khilafah ada DIN, penerapan Syariat ada KPPSI,
advokasi ada TPM, Palestina ada KISPA, zakat ada BAZNAS, kaum lemah ada
DD Republika dan soal korupsi ada barisan Pemuda dan Mahasiswa seperti
PII, HMI, GPI dan KAMMI. Jadi, semua sudah ada lini juangnya, tinggal
disinergikan saja. Semua itu adalah karunia Allah SWT. Alhamdulillah.
Setelah
64 tahun Indonesia dikuasai kelompok sekuler, bagaimana strateginya
agar kelompok Islam berkuasa. Apakah melalui parpol, gerakan masa atau
bagaimana ?
Medan juang Islam ada empat : Pertama, Dakwah yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan sopan, santun, ramah, lembut, arif dan bijak agar menarik dan simpatik. Kedua, Amar Makruf yaitu menyuruh kebajikan sehingga mesti tegas agar dipatuhi, karena lebih bersifat instruktif. Ketiga, Nahi Munkar yaitu mencegah kemungkaran dengan keras karena bersifat konstruktif untuk merombak dan membangun buat perubahan. Keempat,
Jihad yaitu perang di jalan Allah SWT utk membela agamanya dari segala
gangguan, sehingga mesti sangat tegas dan sangat keras, karena bersifat
defensif.
Jadi
solusinya, ayo kita berjuang dengan Da’wah, Amar Ma’ruf, Nahi Munkar
dan Jihad secara ikhlas dan istiqomah serta tawakkal. Isilah medan juang
yang sesuai dengan potensi yang kita miliki dan kemampuan yang kita
punyai. Dan semua aktivis harus bersatu, karena dalam persatuan ada
kekuatan. Allahu Akbar !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar