Menjadi anak muda memang akan jadi anak muda, jika sampai umurnya.
Tetapi menjadi pemuda, yang bisa berdiri teguh sebagai tiang umat, harus ada usaha. Ada ribath!
Ribath dalam arti, proses intensif, fokus dan membutuhkan waktu, agar
masa mudanya menjadi masa muda yang benar-benar berdiri, bukan
bersandar.
Itulah harga sebuah karakter.
Karakter yang kualitasnya lebih berharga daripada 100 unta merah.
“Manusia adalah seperti unta, dari seratus unta hanya seekor saja
darinya yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh.” [Hadits riwayat
al-Bukhari]
Setiap usaha untuk membuai, melembekkan, dan membobrokkan pemuda umat ini, selayaknya dilawan dengan upaya maksimal.
Sebab itu, anak-anak saya yang lucu-lucu, saya “jemur” di bawah
matahari. Saya suruh bermain di luar. Main kelereng, main bola, pergi
berenang. Legam-legam sedikit pun tak apa. Meskipun saya rindu pada
wajah lucu mereka.
Dalam berbagai masalah umat di era fitnah Dajjal ini, tiada ruang
untuk pemuda kita bergaya-gaya mewah, bermanja-manja melampaui batas.
IMPIAN UMAR
Di dalam sebuah rumah di Madinah, ‘Umar al-Khattab radhiyallaahu’ anhu
duduk bersama dengan sekelompok sahabat. Ia berkata kepada mereka,
“nyatakan harapan kamu!” Salah seorang dari mereka berkata, “impianku
adalah untuk memiliki emas yang dapat memenuhi rumah ini, agar aku dapat
membelanjakannya di jalan jihad.”
Kemudian ‘Umar berkata lagi, “nyatakan harapan kamu!” Seorang lagi
sahabat berkata, “impianku adalah agar rumah ini penuh dengan permata
dan mutiara, agar semuanya dapat kubelanjakan untuk jihad dan kebajikan
fi sabilillah.”
‘Umar berkata lagi buat kali yang ketiga, “nyatakan harapan kamu!”
Lalu sahabat-sahabat yang ada berkata, “kami sudah tidak tahu apa yang
harus dikatakan wahai Amirul Mu’minin.”
Lalu ‘Umar berkata, “harapanku adalah agar rumah ini penuh dengan
pria-pria seperti Abu’ Ubaydah ibn al-Jarrah, Mu’adz bin Jabal dan Salim
maula Abu Huzaifah, agar mereka semua dapat digunakan untuk meninggikan
kalimat Allah!”
Umat membutuhkan pemuda. Yang muda energinya, bijaksana pikirannya.
Tegar terhadap kesusahan. Teguh pada prinsip kala di tengah kesenangan.
Kata Umar al-Khattab radhiyallahu ‘anhu lagi:
“Kuatkan semangat. Kesenangan dan kemewahan tidak kekal selama-lamanya.”
Pemuda Islam itu “tangannya kasar”, hatinya lembut.Bukannya “tangan lembut” berhati kasar!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar