data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Selasa, 17 Juli 2012

Menjadi Pemuda.

Menjadi anak muda memang akan jadi anak muda, jika sampai umurnya.
Tetapi menjadi pemuda, yang bisa berdiri teguh sebagai tiang umat, harus ada usaha. Ada ribath!
Ribath dalam arti, proses intensif, fokus dan membutuhkan waktu, agar masa mudanya menjadi masa muda yang benar-benar berdiri, bukan bersandar.
Itulah harga sebuah karakter.
Karakter yang kualitasnya lebih berharga daripada 100 unta merah.
“Manusia adalah seperti unta, dari seratus unta hanya seekor saja darinya yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh.” [Hadits riwayat al-Bukhari]
Setiap usaha untuk membuai, melembekkan, dan membobrokkan pemuda umat ini, selayaknya dilawan dengan upaya maksimal.
Sebab itu, anak-anak saya yang lucu-lucu, saya “jemur” di bawah matahari. Saya suruh bermain di luar. Main kelereng, main bola, pergi berenang. Legam-legam sedikit pun tak apa. Meskipun saya rindu pada wajah lucu mereka.
Dalam berbagai masalah umat di era fitnah Dajjal ini, tiada ruang untuk pemuda kita bergaya-gaya mewah, bermanja-manja melampaui batas.
IMPIAN UMAR
Di dalam sebuah rumah di Madinah, ‘Umar al-Khattab radhiyallaahu’ anhu duduk bersama dengan sekelompok sahabat. Ia berkata kepada mereka, “nyatakan harapan kamu!” Salah seorang dari mereka berkata, “impianku adalah untuk memiliki emas yang dapat memenuhi rumah ini, agar aku dapat membelanjakannya di jalan jihad.”
Kemudian ‘Umar berkata lagi, “nyatakan harapan kamu!” Seorang lagi sahabat berkata, “impianku adalah agar rumah ini penuh dengan permata dan mutiara, agar semuanya dapat kubelanjakan untuk jihad dan kebajikan fi sabilillah.”
‘Umar berkata lagi buat kali yang ketiga, “nyatakan harapan kamu!” Lalu sahabat-sahabat yang ada berkata, “kami sudah tidak tahu apa yang harus dikatakan wahai Amirul Mu’minin.”
Lalu ‘Umar berkata, “harapanku adalah agar rumah ini penuh dengan pria-pria seperti Abu’ Ubaydah ibn al-Jarrah, Mu’adz bin Jabal dan Salim maula Abu Huzaifah, agar mereka semua dapat digunakan untuk meninggikan kalimat Allah!”
Umat membutuhkan pemuda. Yang muda energinya, bijaksana pikirannya. Tegar terhadap kesusahan. Teguh pada prinsip kala di tengah kesenangan.
Kata Umar al-Khattab radhiyallahu ‘anhu lagi:
“Kuatkan semangat. Kesenangan dan kemewahan tidak kekal selama-lamanya.”
Pemuda Islam itu “tangannya kasar”, hatinya lembut.Bukannya “tangan lembut” berhati kasar!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar