Massa FUI akhirnya menggelar orasi di gang sepi itu. Perwakilan Majelis Dakwah Umat Islam (MDUI) Ustad Abu Haris menyampaikan kondisi mutakhir konflik Suriah dan kekejaman Bashar Assad terhadap umat ISlam di sana.
Abu Haris menyampaikan secara detail kondisi kaum Muslimin di Suriah. Umat Islam banyak yang digorok oleh tentara-tentara Assad. "Mereka dibantai oleh tentara Bashar Assad", kata Abu Haris.
Pernyataan
sikap FUI juga dibacakan oleh Sekjen FUI KH Muhammad Al Khaththath.
Menurut FUI, rezim Bashar telah memakan korban ribuan umat Islam
terbunuh, ratusan muslimat diperkosa, ratusan ribu dipenjara dan jutaan
mengungsi baik ke tempat lain yang lebih aman di Suriah maupun ke luar
negeri.
"Dunia diam atas pembantaian yang amat kejam yang dilakukan oleh rezim Sosialis Ba’ath pimpinan Presiden Basyar Assad kepada rakyat sipil Muslim di berbagai kota di Suriah, bahkan kalau pun ada pembicaraan seperti di Jenewa dan Kairo hanyalah untuk membicarakan proposal rezim sekuler pasca Bashar. Padahal umat Islam dibantai dan mereka berhak hidup dengan syariat Islam yang mereka yakini," kata Ustad Al Khaththath.
Karena itu FUI tegas mengutuk pembantaian, penindasan, dan penyiksaan yang dilakukan oleh pemerintahan partai sosialis Ba’ath pimpinan Bashar Assad terhadap rakyat kaum Muslimin di Suriah. "Itu adalah tindakan zalim yang harus segera dihentikan," lanjutnya.
FUI juga menuntut Presiden Basyar Assad mengundurkan diri dari jabatannya, menyerahkan jabatannya kepada umat Islam yang lebih berhak atas pemerintahan Suriah agar mereka bisa mendirikin pemerintahan Syariah di bumi Suriah yang mandiri dan terbebas dari seluruh pengaruh asing.
"Bashar Assad juga harus segera bertaubat dari berbagai tindakan zalim dan sadisnya serta bertaubat dari tindakan murtadnya yang mengakui dirinya sebagai tuhan di mana pasukan-pasukannya menuliskan di dinding-dinding Masjid kalimat “Lailaha illa Basyar” yang menggantikan kalimat tauhid “Laa ilaha illallah.” kata Ustadz Al Khaththath.
"Dunia diam atas pembantaian yang amat kejam yang dilakukan oleh rezim Sosialis Ba’ath pimpinan Presiden Basyar Assad kepada rakyat sipil Muslim di berbagai kota di Suriah, bahkan kalau pun ada pembicaraan seperti di Jenewa dan Kairo hanyalah untuk membicarakan proposal rezim sekuler pasca Bashar. Padahal umat Islam dibantai dan mereka berhak hidup dengan syariat Islam yang mereka yakini," kata Ustad Al Khaththath.
Karena itu FUI tegas mengutuk pembantaian, penindasan, dan penyiksaan yang dilakukan oleh pemerintahan partai sosialis Ba’ath pimpinan Bashar Assad terhadap rakyat kaum Muslimin di Suriah. "Itu adalah tindakan zalim yang harus segera dihentikan," lanjutnya.
FUI juga menuntut Presiden Basyar Assad mengundurkan diri dari jabatannya, menyerahkan jabatannya kepada umat Islam yang lebih berhak atas pemerintahan Suriah agar mereka bisa mendirikin pemerintahan Syariah di bumi Suriah yang mandiri dan terbebas dari seluruh pengaruh asing.
"Bashar Assad juga harus segera bertaubat dari berbagai tindakan zalim dan sadisnya serta bertaubat dari tindakan murtadnya yang mengakui dirinya sebagai tuhan di mana pasukan-pasukannya menuliskan di dinding-dinding Masjid kalimat “Lailaha illa Basyar” yang menggantikan kalimat tauhid “Laa ilaha illallah.” kata Ustadz Al Khaththath.
Di
sela-sela pembacaan pernyataan sikap FUI, rupanya masih ada staf
Kedubes Suriah yang ditugaskan untuk menemui pendemo. Bukan staf
berkewarganegaraan Suriah, melainkan WNI. Lelaki itu bernama Muhammad
Basyuni. Kepada Basyuni, Ustad Al Khaththath mengamanahkan agar
pernyataan sikap FUI disampaikan kepada Dubes Suriah untuk Indonesia,
agar selanjutnya disampaikan kepada Presiden Bashar Al Assad.
Selain
berorasi, massa FUI juga sempat membakar sejumlah foto Bashar Assad dan
gambar bendera Israel dan Amerika Serikat. Bashar Assad pun akhirnya
habis terbakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar