data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Kamis, 26 Juli 2012

Muslim Rohingya Dibantai, Pendekar HAM di Republik Ini Kenapa Bungkam?.


Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Luar Negeri KH. Muhyidin Junaidi menyesalkan para pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) di negeri ini yang suka berteriak HAM. “Kemana mereka? Kenapa bungkam?” Giliran masyarakat non-muslim, dunia memberi perhatian. Tapi begitu kaum muslimin yang ditindas, dizalimi dan dibantai, para aktivis HAM diam seribu bahasa. Terlalu!!
“Masyarakat internasional, terutama PBB, seharusnya memperhatian kasus ini dengan memberi porsi lebih. Mungkin, karena tragedi Muslim Rohingya tidak marketable (tidak menjual), ada kencenderungan para aktivis HAM melakukan pembiaran terhadap nasib suku Rohingya yang beragama muslim di Myanmar.
KH. Muhyidin mengkritik LSM yang peduli HAM yang tidak bergeming terhadap penderitaan Muslim Rohingya. “Seharusnya mereka memberi perhatian khusus. Jika kasus itu menimpa non muslim, mereka memberi perhatian lebih, dan cepat bereaksi. Tapi giliran kaum muslimin yang dibantai, dibiarkan saja. Jelas ini tidak adil. .
MUI mendesak Pemerintah Indonesia agar menyelesaikan kasus kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya. Ia yakin Pemerintah Indonesia bisa  menjadi leader di kalangan anggota ASEAN lainnya, untuk menekan Myanmar agar menhormti HAM negara yang mayoritas memeluk agama Budha.
Ketika ditanya Voa-Islam, kenapa pemerintah Indonesia tidak memberi suaka politik kepada pengungsi Muslim Rohingya yang sempat transit di Aceh dan Lampung? Dikatakan KH. Muhyidin, pada umumnya, pengungsi Muslim Rohingya minta suaka minta ke negara Australia dan New Zeland, sedangkan Indonesia hanya dijadikan tempat transit saja. “Namun demikian, pemerintah Indonesia harus menghormati dan melayani mereka dengan baik.”
Tidak diberikannya suaka politik di setiap negara ASEAN, kata Muhyidin, biasanya terkendala oleh mekanisme khusus dalam menyelesaikan problem suatu negara. Dalam hal ini, Indonesia terlalu hati-hati, meski terlihat terjadi unsur pembiaran. Indonesia sebenarnya dapat mempengaruhi negara-negara ASEAN untuk menyelesaikan tragedi kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya, jika mau.
KH. Muhyidin tidak menutup mata, jika para biksu di Myanmar ikut melakukan kekerasan terhadap Muslim Rohingya yang minoritas. Jika melihat negara-negara yang dipimpin oleh Pemerintah Buddhis, umat Islam sengaja diciptakan agar hidup terbelakang dalam segala bidang, baik politik maupun ekonomi.
Terjadi ketidak adilan pemerintah di negeri yang mayoritas beragama Buddha yang membiarkan umat Islam di Thailand Selatan, Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam dan sekitarnya, terus menerus hidup terbelakang. Inilah fakta, ketika umat Islam sebagai minoritas, selalu ditindas, dizalimi, dibantai, diskriminasi dan diperlakukan tidak adil, seperti halnya bangsa yang terjajah.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Itulah Pemerintah Indonesia Yg kata selalu bertindak hati** yg sebenarnya adalah sifat penakut n lamban dalam menangani persoalan bagai orang yg sudah tua bangka. Seharusnya Pemerintah Indonesia belajar dari dirinya sendiri, ketika 1 warga asing tersakiti di bumi Indonesia mereka teriak bahkan mengecam keras Pemerintah Indonesia atas nama membela hak minoritas, tapi mengapa Pemerintah Indonesia tak melakukan yg sama dgn alasan yg sama.Sy takut itu karena sifat penakut n bodoh. Sy bicara begini,demi Allah bukan atas nama Islam tapi atas nama kemanusian n hak asazi manusia yg telah diajarkan oleh Rosulloh SAW.
    Sy malu menjadi warga Indonesia yg menjadi muslim terbesar tapi terlalu bodoh n penakut dalam menghadapi persoalan seperti ini yg seakan umat Islam adalah seorang penakut n bodoh karena itu bukanlah watak orang Indonesia sebenarnya.

    BalasHapus