Sungguh
keterlaluan sikap manejemen Hotel Golden Boutique yang berlokasi di
dekat Kemayoran, Jakarta. Betapa tidak, seorang ulama FPI, KH Misbahul
Anam, dilecehkan dan dipermalukan di depan umum padahal beliau seorang
tamu VIP yang diundang sarasehan oleh Kemendagri, Kamis (6/7). Salah
seorang deklarator FPI tersebut ditolak masuk ruang makan gara-gara
memakai sarung yang dianggap pakaian tidak sopan.
Ketika pengasuh PP Al Umm Jakarta KH Misbahul Anam yang juga pengurus
DPP FPI hendak masuk ruang makan untuk sarapan pagi. Kiyai Misbah yang
hendak masuk bersama Ustadz Ja'far Shodiq ikhwan pengurus DPP FPI juga
yang menjadi tamu undangan Ditjen Kesbangpol Kemendagri dalam sarasehan
dan dialog ulama dan tokoh ormas Islam yang mengambil tajuk kerukunan
agama dan evaluasi SKB Menteri no 3 tahun 2008 tentang pelarangan Jemaat
Ahmadiyah Indonesia.
Anehnya petugas hotel mengizinkan wanita bercelana pendek masuk ruang
makan. Artinya menurut pihak hotel yang home basenya di Singapura itu,
sarung adalah pakaian tidak sopan sehingga tidak boleh masuk sedangkan
celana pendek/hotpan itu sopan. Padahal sarung adalah budaya mayoritas
bangsa indonesia, khsusnya Jakarta, dan menjadi identitas muslim.
“Ini jelas pelecehan budaya sarung yang tidak bisa dibiarkan. Apalagi
yang mengenakan sarung adalah seorang ulama, seorang Kyai pengasuh
pondok yang memang sehari-hari tak dipisahkan dari sarung,” ujar salah
seorang peserta kepada Suara Islam Online.
Syekh Misbahul Anam Attijani, pengasuh Pondok Pesantren Al Umm Ciputat
Jakarta Selatan, adalah aktivis senior FPI yang bersama Habib Rizieq
Sihab mendirikan FPI di awal Reformasi. Markaz FPI mula-mula dulu di
Ciputat, kediaman Kiyai Misbah. Beliau sekarang adalah Sekretaris
Majelis Syuro DPP FPI & Muqoddam Thoriqoh Attijaniyah Jakarta. Kyai
Misbah pernah menjadi Ketua IPNU & Pembina PII d Pekalongan.
Terakhir nyantri d PP Al-Ishlah Mangkang Kulon Samarang. Kyai Misbah
adalah putra Kiyai NU, orang tua beliau adalah KH Turmudzi Alumni
Pesantren Kaliwungu Semarang yang pernah menjabat Komandan Banser GP
Ansor tahun 1965.
Hotel Golden Boutiqe celaka 12! Dengan alasan yang dicari-cari manajemen
hotel bersikukuh melarang Kiyai Misbah dan Ustadz Ja'far. Walaupun
sampai adu mulut dan bersitegang urat leher, Kiayi Misbah dan Ustadz
Ja’far tetap mereka larang sehingga akhirnya sarapan pagi di luar hotel.
Padahal kedua aktivis senior DPP FPI itu sudah memberitahukan bahwa
keduanya adalah para tamu Dirjeng Kesbangpol Kemendagri. Rupanya Hotel
Golden Boutiqe lebih menghormati wanita bercelana pendek daripada ulama
bersarung tamu VIP dari Kemendagri. Oleh karena itu dalam acara
Sarasehan tersebut akhirnya para peserta dan juga Ketua MUI KH Slamet
Efendi menyarankan kepada Kemendagri serius menangani masalah ini dan
peserta mengusulkan agar acara Kemendagri kedepan mengundang ulama di
hotel yang Islami seperti Hotel Sofyan atau yang lain.
"Kami menolak sikap mereka yang diskriminatif dan lecehkan sarung, sebab
sarung budaya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim" demikin
ditegaskan Kiyai Misbah menolak perlakuan arogan petugas hotel Golden
Boutiqe itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar