KLATEN (voa-islam.com) -
Berapa banyak, para pengamat yang hanya menilai bencana banjir yang
melanda Jakarta dan kota-kota lainnya hanya sekedar faktor alam. Namun,
menurut kacamata Islam, ternyata setiap terjadinya bencana adalah
kehendak Allah yang diturunkan kepada hambaNya yang melanggar aturan
dien atau bermaksiat.
Hal itu
seperti diungkapkan Direktur Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an (PPTQ)
Ibnu ‘Abbas Klaten Jawa Tengah, ustadz Dr. Mu’inudinillah Basri, MA. Ia
mengemukakan bahwa air dan angin itu sejatinya tentara Allah.
“Air dan
angin semuanya itu adalah tentara Allah dan hal itu juga pernah
dikirimkan oleh Allah kepada orang-orang sebelum kita. Orang-orang yang
melakukan kesalahan, kemaksiatan dan tidak mau melaksanakan
aturan-aturan Allah,” kata ustadz Mu’inuddinillah Basri kepada
voa-islam.com, Ahad pagi (20/1/2013).
...Air dan angin semuanya itu adalah tentara Allah dan hal itu juga pernah dikirimkan oleh Allah kepada orang-orang sebelum kita.
Ustadz
Mu’in pun mengutip sebuah ayat Al-Qur’an dalam surat Al-A’raf ayat 133,
bahwa Allah mengirimkan bencana karena maksiat yang dilakukan hambanya.
فَأَرْسَلْنَا
عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ
وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْماً
مُجْرِمِينَ
Maka
Kami kirimkan kepada mereka tofan, belalang, kutu, katak dan darah
sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan
mereka adalah kaum yang berdosa. (Q.S. Al-A’raf: 133).
“Jadi kemaksiatan itu yang membikin fa arsalna ‘alaihim thufaan, thufaan kan bisa gempa bumi atau banjir. Thufaan itu juga banjir yang disertai dengan angin kencang. Wal jarood wadh dhofaadi’, artinya kan hama dan segala macamnya yang melanda lantaran dari kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan,” jelasnya.
...Thufaan itu juga banjir yang disertai dengan angin kencang. Wal jarood wadh dhofaadi’, artinya kan hama dan segala macamnya yang melanda lantaran dari kemaksiatan
Ia melanjutkan, bahwa dalam ayat Al-Qur’an yang lain, segala kerusakan di darat dan di lautan adalah ulah manusia sendiri.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia… (Q.S. Ar-Rum: 41).
“Kalimat bimakasabat aidinnas
itu ada yang merupakan dosa rohani dan dosa fisik. Ketika kita tidak
mengelola alam semesta ini dengan baik, Allah kan membikin sungai, kalau
kemudian sungai itu kita bikin dangkal, kemudian kita membuang sampah
sembarangan. Kemudian hal-hal yang harusnya kita itu menjaga
keseimbangan alam dan hal itu tidak kita jaga, dengan tidak membuang
sampah ke sungai tersebut. Lalu membikin pemukiman yang tidak teratur
gitu, itukan termasuk dosa juga. Dan hadits-hadits serta ayat berkaitan
dengan hal itu banyak sekali,” paparnya.
Selain
ulah manusia yang merusak alam sehingga mengakibatkan berbagai bencana,
menurut ustadz Mu’in maksiat juga menjadi factor datangnya bencana.
“Tapi
disisi yang lain adalah kemaksiatan-kemaksiatan. Karena kita tau pada
zaman Nabi Nuh ‘Alaihis Salam bisa tenggelam karena dosa mereka juga.
Kemudian, bagaimana lautan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya
juga karena dosanya pula. Kalau saya melihat, adanya banjir adalah suatu
peringatan, apalagi sampai masuk istana yang merupakan tempat strategis
seharusnya. Jadi, banjir dan gempa itu tempatnya tidak terbatas dan
memilih-milih pada orang-orang maksiat saja atau orang-orang pinggiran
saja, tapi juga bisa merata keseluruh Indonesia,” tuturnya.
...Jadi kalau saya melihat itu karena dosa, dosa pemimpinnya karena tidak mau menerapkan hukum Allah dan dosa rakyatnya
Ustadz
Mu’in melihat bahwa bencana banjir ini merupakan salah satu sinyal, jika
Allah berkehendak bisa saja umat manusia ditenggelamkan lantaran
berbagai dosa yang dilakukan, khususnya dosa para pemimpin yang tak mau
menerapkan hukum Allah.
“Kemudian kalau saya melihat ini adalah sebuah sinyal. Sinyal bahwa Allah Ta'ala itu bisa saja, kalau sudah tidak melihat maslahat bagi umat manusia itu, ditenggelamkan semuanya. Itu bisa saja bagi Allah dan hal itu mudah juga bagi Allah. Jadi kalau saya melihat itu karena dosa, dosa pemimpinnya karena tidak mau menerapkan hukum Allah dan dosa rakyatnya, baik dosa karena kita tidak menjaga ekologi secara baik, atau dosa kita kepada Allah dengan berbagai macam maksiat,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar