Jakarta (voa-islam.com) Seorang teman, mungkin sudah
kehilangan argumentasi lagi, ketika menghadapi berbagai kedurhakaan dan
kemaksiatan, sampai-sampai membaut plesetan, "Iblis pun di Indonesia minta pensiun kepada tuhan", cetusnya. Manusia yang berbuat terkutuk, tapi yang disalahkan iblis.
Di Indonesia manusia korupsi, manusia menikmati zina, manusia
selingkuh, manusia berjudi, manusia minum, manusia menumpuk harta riba,
manusia berdusta, manusia menzalimi orang lain, dan bahkan membunuh,
selalu yang disalahkan iblis.
Padahal manusia itu sendiri, yang sudah berubah menjadi iblis.
Manusia yang wujudnya manusia itu, sejatinya sudah berubah menjadi
iblis. Manusia yang raganya berbentuk sebagai mana yang ada, tetapi
sifatnya dan karakternya sudah berubah menjadi iblis.
Segala tindakan dan perbuatan yang dilakukan, tak lain perbuatan
iblis yang terkutuk. Tetapi, manusia tidak pernah menyadari, bahwa
perbuatan yang dilakukannya itu, benar-benar perbuatan iblis.
Tak aneh. Dari waktu ke waktu di Indonesia, para pengikut iblis alias
setan, bukan semakin sedikit, tetapi semakin banyak. Manusia
berlomba-lomba menjadi pengikut iblis. Menikmati gaya hidup iblis.
Menikmati kebiasaan iblis. Menikmati kesukaan iblis. Hidup bersama
dengan komunitas iblis. Seraya merasa bahagia dengan para iblis.
Hidup dengan penuh kenistaan malah menjadi kebanggaan, dan manusia
yang nista masih bisa menyombongkan diri. Lihat wajah-wajah para
koruptor? Tidak ada nampak sedikitpun terbersit di wajah mereka, rasa
penyesalan dan malu. Mereka tetap tertawa-tawa di depan kamera wartawan.
Mereka memberikan keterangan dengan lancar. Tanpa ragu. Betapa nurani
mereka sudah benar-benar mati.
Orang yang melakukan zina dengan perempuan, sesudah itu membunuh
perempuan yang dizinai dengan dimutilasi, kemudian menzinai anaknya, dan
membakar anaknya, tetapi tak nampak sedikitpun penyesalan atas
perbuatannya. Tetap bisa bicara dengan lancar. Tak ada hambatan apapun
berbicara. Artinya melakukan perbuatan terkutuk itu, sangat
dinikmatinya, dan tidak merasa bersalah sedikitpun.
Begitu pula pejabat sudah gagal, korup, menzalimi rakyat, berdusta,
tukang cari sensasi, tetapi masih berani mengumbar senyum. Ke mana-mana
mengumbar senyum. Sudah jelas-jelas korup, masih berani menolak, dan
tetap menganggap dirinya sebagai manusia suci. Lagi-lagi yang disalahkan
iblis.
Di Indonesia kekuasaan iblis sudah sangat hegemonik. Kekuasaan iblis
sudah sistemik. Merambah ke seluruh lini kehidupan. Tetapi, anehnya
manusia masih belum merasa, bahwa dirinya menjadi iblis, bahkan masih
merasa sebagai manusia suci.
Agama (Islam) yang disampaikan para ulama dan da'i, seperti masuk
telinga kanan, keluar telinga kiri. Ibarat angin lalu. Tak berbekas. Tak
ada sedikitpun atsarnya (bekasnya).
Semua orang berlari dan berlomba mengikuti jalan iblis, bukan jalan
al-haq. Manusia-manusia yang sudah kalah dengan iblis. Manusia sudah
menjadi budak iblis. Di Indonesia, jalan hidup iblis sudah mengalahkan
manusia-manusia, yang rela dan ridho, tunduk dan patuh kepada iblis,
bukan lagi kepada Rabbul Alamin.
Baginda Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, sudah
mewanti-wanti,diakhir zaman memegang agama al-haq (al-Islam),
diibaratkan seperti memegang bara api. Betapa beratnya. Tetap
berkomitmen kepada al-haq seperti memegang bara api, dan Allah Azza Wa
Jalla menjanjikan kemenangan.
Tetapi, hari ini betapa sedikitnya manusia yang yakin akan janji
Allah Azza Wa Jalla, tetap istiqomah di jalan-Nya, berjuang diatas
manhaj-Nya, dan menghadapi iblis dengan penuh ketegaran, dan tidak mau
bertekuk lutut dihadapan para iblis terlaknat itu. Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar