(Jakarta) Gonjang- ganjing rencana FPI (Front
Pembela Islam) untuk mendemo Lurah Susan Jasmine tidak dibarengi dengan
pemberitaan subjektif media online, TEMPO.CO.
Media yang berkali-kali tersandung kasus di pemerintahan ini rupanya menyikapi support FPI pada Warga Lenteng Agung dengan ‘cara lain’,
Entah apa motif non objektif TEMPO.CO dalam menulis berita, namun jelas
pada sebuah judul berita terkait kasus Lurah Susan Jasmin, TEMPO.CO
menulis : Warga Lenteng Agung Resah FPI Usik Lurah Susan (28/10).
Mengetahui berita ini warga Lenteng Agung terkejut bukan kepalang,
karena tidak ada warga Lenteng Agung yang merasa resah terkait rencana
FPI yang akan mendemo Lurah Susan.
“Ini berita muncul dari
mana? Kenapa kayak ada seperti pemutarbalikkan fakta ya?”, kata A.
Rohim, 35, seorang pegawai As-Shofa, di Jalan Raya Lenteng Agung,
Jakarta Selatan, Selasa
(29/10).
Seperti diketahui publik,
munculnya kasus Lurah Susan Jasmine justru berangkat dari penolakan
warga kelurahan Lenteng Agung atas kepemimpinan Susan. Alasannya, karena
Lurah Susan Jasmine berjenis kelamin perempuan, selain itu, Lurah
Lenteng Agung itupun berbeda keyakinan dengan mayoritas warga setempat.
Sementara FPI (Front Pembela Islam) berencana akan membantu mewakili
aspirasi warga dengan mendemo Jokowi di Balai Kota. Tujuannya, untuk
memindahtugaskan Lurah Susan dari Kelurahan Lenteng Agung.
“Berita itu harus dicross check kebenarannya, jangan nanti malah
terselip unsur fitnah yang justru jadi meresahkan masyarakat. Warga
diadu domba dengan FPI. Jadi ini yang bakal meresahkan warga, bukan dari
berita FPI nya”, tandas A. Rohim lagi.
Sebenarnya, aksi
penolakan Lurah yang telah eksis 22 tahun bekerja di pemerintahan ini
merupakan dampak dari program lelang Lurah dan Camat yang ‘dibomber’ tim
Jokowi sebagai senjata paling ampuh dalam menanggulangi korupsi. Namun
program yang katanya‘sakti’ meredam korupsi justru malah melempem
kerupuk alias tak berguna.
Tindak korupsi justru semakin tumbuh
subur meranum, dimulai dari tingkat Kelurahan, seperti ‘penilepan’ 450
juta uang APBD yang dilakukan Lurah Ceger, Fadly Lubis. Dan beberapa
waktu lalu, dua kali demonstrasi penolakan warga Lenteng Agung atas
kepemimpinan Lurah Susan Jasmine juga ditenggarai sebagai salah satu
kegagalan program ‘lelang jabatan’ produk Jokowi.
“Warga
Lenteng Agung ada yang fanatik dan ada yang tidak, kalau yang fanatik
tidak terima kepemimpinan Lurah Susan, itu hak mereka. Tinggal nanti
bagaimana pemerintah menindaklanjutinya”, ujar Waryo, 53, seorang
petugas keamanan pertokoan di Jalan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa
(29/10).
Diungkap beberapa warga, bahwa mereka sama sekali
tidak pernah mendengar adanya isu keresahan warga yang ditimbulkan
terkait support FPI pada warga untuk mendemo Lurah Susan.
“Waah, sumpah kalo soal itu saya tidak pernah dengar’, lanjut Waryo.
Sementara Ucup, 61, seorang Marbot (pengurus) Masjid Ziadatu Rahman, di
jalan Jagakarsa, Jakarta Selatan mengaku pusing dengan kekisruhan yang
terjadi seputar kasus Lurahnya itu.
“Saya pusing kalau ada ramai-ramai gitu, saya gak mau ikut-ikutan”, kata pria yang beristrikan orang Depok ini, Selasa (29/10).
Disinggung desas desus keresahan masyarakat karena rencana FPI ingin
mendemo Jokowi terkait pemindahtugasan Lurah Susan, Marbot masjid ini
pun mengaku tidak pernah mendengarnya.
“Belum tuh, saya belum pernah tau ada isu warga yang resah gara-gara FPI mau demo”, tutur Ucup menutup pembicaraan.
Warga sangat menyayangkan pemberitaan di TEMPO.CO yang memuat berita berkonotasi provokatif,karena seharusnya media hadir di tengah-tengah masyarakat bukan untuk
meresahkan atau menakut- nakuti, apalagi sampai melansir berita
bermuatan adu domba antar warga dengan sebuah ormas yang telah berdiri
sejak 1998 ini.
“Gak ada warga resah kayak yang ramai
diberitain itu. Kita harus cerdas lah memilih berita, mana berita yang
jahat dan mana berita yang baik,” kata Agus, 40, seorang pedagang kelontong di pasar jalan Jagakarsa (29/10).
Www.spektanews.com/2013/10/tempoco-adu-domba-warga-lenteng-agung.html?m=1
*Sungguh menyedihkan kode etik Jurnalisme media2 sekuler
*Khusus Tempo dulu saat mereka dizalimi Pengusaha Tommy Winata, Saat
tidak ada yang berani menghadapinya, FPI bangkit membela hingga guru
kita Habib Rizieq Dipenjara
*Sekjend FUI: Media memang aneh.
Media membela warga dalam kasus bentrok dengan FPI di Kendal, namun
dalam kasus konflik warga Lenteng Agung dengan Lurah Susan, media habis-
habisan membela Susan. Ada apa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar