data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Rabu, 16 Oktober 2013

Sisi Dialog Dan Toleransi FPI Kepada Kaum Kristiani

Jakarta - Bagi banyak kalangan di umat Kristen Pria bernama Habib Rizieq Shihab ini adalah sosok yang menakutkan. Kenapa? Karena organisasi yang dipimpinnya, Front Pembela Islam (FPI), disebut sering terlibat dalam penutupan-penutupan gereja.

Kali ini, saya menulis tentang perjalanan hidupnya yang bersentuhan dengan umat Kristen. Habib Rizieq Shihab lahir di Jakarta, 24 Agustus 1965. Setelah lulus Sekolah Dasar (SD), ia melanjutkan pendidikan di lembaga pendidikan Kristen Bethel yang bertepatan tidak jauh dari rumahnya (Tahun 1978-1979 atau 1979-1980).

Apa benar lembaga pendidikan Kristen sering digunakan untuk proses Kristenisasi? Habib Rizieq Shihab yang akrab disapa Habib mengatakan selama ia berada di lembaga pendidikan Kristen, khususnya di Bethel, ia tidak merasakan adanya gerakan
Kristenisasi.”Sepanjang pengalaman saya waktu di Bethel, saya murni belajar. Bila hari-hari tertentu ada kegiatan di gereja, saat orangtua saya minta ijin kepada Kepala Sekolah agar saya tidak ikut kegiatan di dalam gereja, ternyata diijinkan,”

Lanjutnya, Bahkan ketika hari Jumat karena umat Islam memiliki
kewajiban sholat, ia diijinkan sholat. “Sepanjang pengalaman saya di Bethel, Saya tidak mendapatkan upaya Kristenisasi. Saya tidak pernah diharuskan/dipaksa untuk ke gereja atau menjadi Kristen, baik secara langsung atau tidak. Gurunya juga tidak semua Kristen, ada beberapa guru beragama Islam,”tegasnya.

Walau begitu, Ia tidak menampik di lembaga-lembaga Kristen (di luar Bethel) ada saja oknum yang berupaya melakukan Kristenisasi. “Akhir-akhir ini ada kejadian- kejadian di beberapa tempat yang membuat masyarakat resah, yang Ana (Saya) lihat ada sejumlah oknum dari lembaga- lembaga pendidikan Kristen lain yang berusaha melakukan Kristeninsasi. Dan, tercium oleh masyarakat (Umat Islam), masyarakat—sumbunya pendek, langsung menyikapinya, kadang- kadang berlebihan juga. Nah, ini tidak bisa kita pungkiri. Kita berharap ke depan hal-hal semacam itu tidak boleh ada,”mintanya.

Habib mengakui, selama ia bersekolah di Bethel, guru-guru
memperlakukannya sama seperti siswa yang lain, baik-baik saja. “Saya diperlakukan layaknya seorang murid. Saya di sekolah, nilai cukup bagus. Bahkan nilai agama saya terbaik, padahal agama Kristen yang saya belajar di sana. Nilai saya 9 sampai 10 setiap ulangan. Semua guru sayang dan cinta kepada saya.Saya tidak pernah berantem di sekolah. Sampai hari ini, guru-guru saya di Bethel, masih saya kenal, dan kalau ketemu di jalan kami sering
bertegur sapa. Walau bagaimanapun mereka guru saya,”.

Sekarang ini, alumnus SMP Bethel (teman-teman Habib) banyak yang jadi pendeta.”Mereka sudah jadi pendeta, saya sudah jadi pendakwa (penyiar agama Islam), tetapi hubungan kami cukup baik, tidak ada masalah,”katanya.

Bila dilihat, Markas Besar (Mabes) FPI sangat berdekatan dengan tempat Bethel memproduk pendeta. Lalu apa rahasianya sampai dua lembaga yang berbeda ini dapat hidup berdampingan bertahun-tahun? Habib menuturkan rahasianya karena Bethel tidak pernah bikin masalah di masyarakat Petamburan. “Tidak pernah ada masyarakat meminta Bethel ditutup. Dari semenjak saya lahir di Kampung ini (Petamburan) tidak pernah ada problem antara masyarakat dan Bethel . Makanya kadang-kadang saya heran, di kampung-kampung lain pada ribut, antara satu lembaga Kristen dengan masyarakat, kadang sampai bakar-bakaran,”tuturnya seraya berkata kalau terjadi konflik pasti itu ada yang tidak beres, pasti ada yang menyinggung masyarakat.

Habib meminta lembaga-lembaga Kristen di Indonesia dapat belajar/ studi banding dengan Bethel di Petamburan yang dapat berdampingan dengan FPI.”Sejak saya lahir di Petamburan (usia saya sudah 48 tahun), Bethel tidak pernah ada masalah. Masyarakat Petamburan sudah jadi benteng keamanan bagi Bethel,”.

Yang Perlu dipelajari dari Bethel, contoh, Bethel setiap ingin memberikan sumbangan, tidak pernah turun langsung. Bethel selalu mengajak RT, RW, Lurah atau FPI untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat Petamburan. “Kalau turun langsung, pasti akan menimbulkan kecurigaan dan itu bisa panjang ceritanya,”

Lewat penjelasan ini, Habib membantah, opini atau cerita bahwa FPI anti Kristen, musuh Kristen, suka nutup-nutupin gereja. “Itu tidak benar. Buktinya di Petamburan, FPI tidak hanya berdampingan dengan Gereja Bethel tetapi juga Gereja Katolik dan GPIB, dan kami aman-aman saja,”

Habib bersykur dalam hidupnya pernah mengenyam pendidikan di lingkungan agama Kristen karena ia menjadi banyak tahu ayat-ayat dalam perjanjian Lama dan Baru. “Saya belajar Perjanjian Lama dan Baru terdiri kitab-kitab apa saja. Injil ada berapa kitab. Kadang- kadang dulu, kami ngapalnya pakai lagu. “Matius…Markus… Lukas…Yohanes, Kisah Rasul… Roma…Korintus,…” demikian Habib melagukan kembali kitab yang ada di Perjanjian Baru yang sempat ia pelajari.

“Sekarang saya tampil sebagai Da’I, paling tidak saya mengerti tentang Kristen. Saya juga belajar perbandingan agama, sehingga
kalau saya harus diskusi, dialog (bukan saling menghujat) saya lebih siap. Kalau saya tidak masuk Bethel maka saya tidak sesiap sekarang ini soal mengetahui agama Kristen. Ilmu yang saya peroleh itu membuat saya sangat percaya diri ketika hadir
dalam sebuah dialog dengan pendeta berjumlah 160 orang. Dan
pendeta-pendeta yang hadir banyak sudah bergelar doctor,”paparnya seraya berkata membuka pintu dialog antar umat bergama itu penting. Harus ada dialog.

Dukung Polling Untuk Imam Besar FPI Dan Sebarkan >>> www.satunegeri.com/lihat-poling <<< Dan >>> www.walipos.com/component/apoll/apoll/1-polling-presiden-pilihan-ummat <<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar