data-config="{'skin':'skins/scmGreen/skin.css','volume':100,'autoplay':true,'shuffle':false,'repeat':1,'placement':'top','showplaylist':false,'playlist':[{'title':'Nurul Musthofa-Ya Dzaljalali Wal Ikram ','url':'http://www.youtube.com/watch?v=_eV6T3hpwEA'},{'title':'Nurul Musthofa-Ya Robbi Sholli Ala Muhammad','url':'http://www.youtube.com/watch?v=2vwjFDiMhv0'}]}" >


Senin, 22 Juli 2013

Mabes Polri: FPI akan Bermitra dengan Polisi.

Jakarta – KabarNet: Kelompok-kelompok pro maksiat, miras, narkoba, dan pro aliran sesat yang bercita-cita agar ormas Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan tampaknya lagi-lagi harus gigit jari. Bukannya dibubarkan, malah Mabes Polri justru mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Kepolisian RI akan bermitra dengan FPI.

Terkait insiden bentrok antara FPI Jateng dengan kelompok preman di Sukorejo, Kendal, petinggi Mabes Polri di Jakarta menegaskan bahwa FPI Jateng akan lebih kooperatif dengan polisi, bahkan bermitra dengan polri dalam memberantas kemaksiatan.

“FPI Jateng sudah berjanji untuk lebih konstruktif dalam kegiatan mereka di Jateng dan bermitra dengan Polri,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Ronny F. Sompie di Jakarta, Sabtu (20/7/2013).

Sementara itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menilai, bentrok yang terjadi di Sukarejo, Kendal, Jawa Tengah, bukan semata-mata kesalahan Front Pembela Islam (FPI). Wakil Ketua Umum PPP Hasrul Azwar mengatakan, ada kesalahan aparat kepolisian yang membiarkan praktik judi dan prostitusi di bulan Ramadhan. “Ini sudah ada togel…, ada prostitusi…, bulan Ramadhan…, polisi ke mana? Kan susah ini bicaranya. Ada kelompok masyarakat tidak suka kegiatan itu berlangsung di bulan Ramadhan. Jadi, jangan lihat hanya kejadiannya, tapi lihat juga latar belakangnya,” ujar Hasrul saat dihubungi, Jumat (19/7/2013).

Hasrul mempertanyakan lalainya polisi dalam mengawasi segala penyakit masyarakat yang ada. “Ini sebenarnya polisi tidak tahu atau justru membiarkan?” ujar anggota Komisi VIII ini.

Saat polisi tidak ada di tengah masyarakat, kata Hasrul, sekelompok orang akhirnya timbul pikiran untuk melakukan “jihad” saat bulan puasa. Akhirnya, tindakan main hakim sendiri terjadi di Sukarejo. “Kami sesalkan peristiwa ini, tapi kami berharap ada kegigihan dari aparat untuk berantas penyakit masyarakat ini,” katanya.

Saat ditanya soal apakah FPI perlu mendapatkan sanksi akibat tindakan mereka yang seolah main hakim sendiri, Hasrul mengatakan, hal ini dikembalikan lagi ke aparat penegak hukum dan Kementerian Dalam Negeri. Meski sudah ada Undang-Undang Ormas yang baru saja disahkan, ia mengingatkan agar aparat tidak gegabah memberikan sanksi kepada FPI. “Dengar dululah kasus ini dengan tuntas, dilakukan pengusutan yang mendalam. Yang terpenting, pengusutan tidak hanya menyangkut peristiwa yang terjadi, tapi bagaimana latar belakangnya,” kata Hasrul.

Sebelumnya, bentrokan telah terjadi antara puluhan anggota FPI melawan sejumlah preman penjaga keamanan Lokalisasi PSK dan tempat judi Togel di Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah, Kamis (18/7/2013). Satu orang tewas dalam peristiwa itu. Selain korban tewas, dalam bentrokan itu, sedikitnya satu mobil yang ditumpangi rombongan FPI ludes dibakar oleh para preman tersebut, tiga mobil FPI lainnya dirusak. Rombongan FPI gabungan dari Kendal, Temanggung, dan Kabupaten Semarang itu baru saja melakukan razia di lokasi prostitusi dan judi togel di Kota Sukorejo.

Sehari sebelumnya, FPI juga merazia lokasi prostitusi di Sukorejo. Sekelompok preman penjaga keamanan Lokalisasi PSK dan tempat judi Togel merasa kesal atas tindakan anggota FPI yang melakukan sweeping di wilayah mereka.

Terkait beredarnya berita di sejumlah media massa sekuler yang mengatakan bahwa bentrok di Kendal itu adalah antara FPI dengan warga setempat, pihak Front Pembela Islam (FPI) dengan tegas membantahnya. Juru Bicara FPI, Habib Muchsin Alatas menegaskan bahwa pihaknya berhadap-hadapan dengan para preman yang menjaga keamanan di tempat lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) Alaska (Alas Karet), Sukorejo, Jawa Tengah.

“Jadi ada benturan antara preman dan laskar, bukan dengan warga sekitar. Untuk apa warga sekitar ada di situ? Mereka juga orang-orang Islam yang tidak mau ada tempat prostitusi di lingkungannya,” tegas Habib Muchsin seperti dikutip Kompas.com, Jumat (19/7/2013).

Pada mulanya, kata Habib Muchsin, pihaknya hanya ingin melakukan acara buka bersama. Namun, di tengah jalan beberapa anggota FPI menemukan masih adanya tempat-tempat judi dan prostitusi yang buka selama bulan Ramadhan. Padahal, lanjut Habib Muchsin, FPI sudah berulang kali mengingatkan aparat kepolisian. “Polisi dan masyarakat di sekitar takut kepada preman di tempat itu. Akhirnya, kami bermaksud datang untuk menegur, bukan sweeping,” tukasnya.

Anggota FPI kemudian mendatangi tempat-tempat itu. Setelah selesai memberikan teguran, para anggota FPI inilah yang menurut Habib Muchsin diserbu para preman penjaga keamanan di tempat-tempat maksiat tersebut. “Preman-preman ini malah menantang kami, akhirnya terjadilah itu. Jadi kami mau meluruskan bahwa itu bukanlah masyarakat, tapi preman!” tandasnya menegaskan.

Di dalam peristiwa ini, satu orang dinyatakan tewas. Selain korban tewas, dalam bentrokan itu sedikitnya satu mobil yang ditumpangi rombongan FPI ludes dibakar oleh para preman, sedangkan tiga mobil lain yang membawa anggota FPI lainnya dirusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar