Jakarta – KabarNet: Kelompok-kelompok pro
maksiat, miras, narkoba, dan pro aliran sesat yang bercita-cita agar
ormas Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan tampaknya lagi-lagi harus
gigit jari. Bukannya dibubarkan, malah Mabes Polri justru mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Kepolisian RI akan bermitra dengan FPI.
Terkait insiden bentrok antara FPI Jateng dengan kelompok preman di
Sukorejo, Kendal, petinggi Mabes Polri di Jakarta menegaskan bahwa FPI
Jateng akan lebih kooperatif dengan polisi, bahkan bermitra dengan polri
dalam memberantas kemaksiatan.
“FPI Jateng sudah berjanji
untuk lebih konstruktif dalam kegiatan mereka di Jateng dan bermitra
dengan Polri,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal
Polisi Ronny F. Sompie di Jakarta, Sabtu (20/7/2013).
Sementara
itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menilai, bentrok yang terjadi
di Sukarejo, Kendal, Jawa Tengah, bukan semata-mata kesalahan Front
Pembela Islam (FPI). Wakil Ketua Umum PPP Hasrul Azwar mengatakan, ada
kesalahan aparat kepolisian yang membiarkan praktik judi dan prostitusi
di bulan Ramadhan. “Ini sudah ada togel…, ada prostitusi…, bulan
Ramadhan…, polisi ke mana? Kan susah ini bicaranya. Ada kelompok
masyarakat tidak suka kegiatan itu berlangsung di bulan Ramadhan. Jadi,
jangan lihat hanya kejadiannya, tapi lihat juga latar belakangnya,” ujar
Hasrul saat dihubungi, Jumat (19/7/2013).
Hasrul
mempertanyakan lalainya polisi dalam mengawasi segala penyakit
masyarakat yang ada. “Ini sebenarnya polisi tidak tahu atau justru
membiarkan?” ujar anggota Komisi VIII ini.
Saat polisi tidak
ada di tengah masyarakat, kata Hasrul, sekelompok orang akhirnya timbul
pikiran untuk melakukan “jihad” saat bulan puasa. Akhirnya, tindakan
main hakim sendiri terjadi di Sukarejo. “Kami sesalkan peristiwa ini,
tapi kami berharap ada kegigihan dari aparat untuk berantas penyakit
masyarakat ini,” katanya.
Saat ditanya soal apakah FPI perlu
mendapatkan sanksi akibat tindakan mereka yang seolah main hakim
sendiri, Hasrul mengatakan, hal ini dikembalikan lagi ke aparat penegak
hukum dan Kementerian Dalam Negeri. Meski sudah ada Undang-Undang Ormas
yang baru saja disahkan, ia mengingatkan agar aparat tidak gegabah
memberikan sanksi kepada FPI. “Dengar dululah kasus ini dengan tuntas,
dilakukan pengusutan yang mendalam. Yang terpenting, pengusutan tidak
hanya menyangkut peristiwa yang terjadi, tapi bagaimana latar
belakangnya,” kata Hasrul.
Sebelumnya, bentrokan telah terjadi
antara puluhan anggota FPI melawan sejumlah preman penjaga keamanan
Lokalisasi PSK dan tempat judi Togel di Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah,
Kamis (18/7/2013). Satu orang tewas dalam peristiwa itu. Selain korban
tewas, dalam bentrokan itu, sedikitnya satu mobil yang ditumpangi
rombongan FPI ludes dibakar oleh para preman tersebut, tiga mobil FPI
lainnya dirusak. Rombongan FPI gabungan dari Kendal, Temanggung, dan
Kabupaten Semarang itu baru saja melakukan razia di lokasi prostitusi
dan judi togel di Kota Sukorejo.
Sehari sebelumnya, FPI juga
merazia lokasi prostitusi di Sukorejo. Sekelompok preman penjaga
keamanan Lokalisasi PSK dan tempat judi Togel merasa kesal atas tindakan
anggota FPI yang melakukan sweeping di wilayah mereka.
Terkait
beredarnya berita di sejumlah media massa sekuler yang mengatakan bahwa
bentrok di Kendal itu adalah antara FPI dengan warga setempat, pihak
Front Pembela Islam (FPI) dengan tegas membantahnya. Juru Bicara FPI,
Habib Muchsin Alatas menegaskan bahwa pihaknya berhadap-hadapan dengan
para preman yang menjaga keamanan di tempat lokalisasi Pekerja Seks
Komersial (PSK) Alaska (Alas Karet), Sukorejo, Jawa Tengah.
“Jadi ada benturan antara preman dan laskar, bukan dengan warga sekitar.
Untuk apa warga sekitar ada di situ? Mereka juga orang-orang Islam yang
tidak mau ada tempat prostitusi di lingkungannya,” tegas Habib Muchsin
seperti dikutip Kompas.com, Jumat (19/7/2013).
Pada mulanya,
kata Habib Muchsin, pihaknya hanya ingin melakukan acara buka bersama.
Namun, di tengah jalan beberapa anggota FPI menemukan masih adanya
tempat-tempat judi dan prostitusi yang buka selama bulan Ramadhan.
Padahal, lanjut Habib Muchsin, FPI sudah berulang kali mengingatkan
aparat kepolisian. “Polisi dan masyarakat di sekitar takut kepada preman
di tempat itu. Akhirnya, kami bermaksud datang untuk menegur, bukan
sweeping,” tukasnya.
Anggota FPI kemudian mendatangi
tempat-tempat itu. Setelah selesai memberikan teguran, para anggota FPI
inilah yang menurut Habib Muchsin diserbu para preman penjaga keamanan
di tempat-tempat maksiat tersebut. “Preman-preman ini malah menantang
kami, akhirnya terjadilah itu. Jadi kami mau meluruskan bahwa itu
bukanlah masyarakat, tapi preman!” tandasnya menegaskan.
Di
dalam peristiwa ini, satu orang dinyatakan tewas. Selain korban tewas,
dalam bentrokan itu sedikitnya satu mobil yang ditumpangi rombongan FPI
ludes dibakar oleh para preman, sedangkan tiga mobil lain yang membawa
anggota FPI lainnya dirusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar