Guruku…………
Senyummu yang sehangat matahari pagi dan dengan
sapaanmu yang merdu menghapus itu semua. Kau mengajariku arti berbagi
dengan sesama, menumbuhkan rasa empati dan tolong menolong.Dengan sabar
dan ketekunan yang penuhkaumengajariku huruf demi huruf hingga terangkai
kata demi kata. Kau juga mengajarkan nilai – nilai keislaman, dari
mulai berbagi, berwudhu, solat, mengaji, hingga berpuasa.
Guruku…………
Tak
terasa, tiga tahun sudah berlalu. Dengan diiringi derai air mata,
engkau melepasku. Saat itu aku sempat heran, mengapa engkau bersedih
melepasku? Bukankah harusnya engkau senang aku menjadi lebih besar dan
pintar? Pertanyaan itu baru bisa terjawab sekarang. Ternyata ada ikatan
emosi yang luar biasa hebatnya antara seorang guru dengan muridnya.
Guruku…………
Memasuki
jenjang yang lebih tinggi di bidang pendidikan, aku sudah tidak gamang
lagi denganmu berkat kasih sayangmu dalam mendidik dan mengajariku.
Engkau mengajariku mengolah berbagai macam angka, membuat sebuah
karangan hingga berbicara di depan umum. Engkau melakukan semua itu
dengan sabar, tetapi semua itu aku pandang sebelah mata. Aku baru sadar
bahwa itu adalah tugas yang sangat berat, menjadi seorang guru.
Kemudian, enam tahun sudah kita lewati. Kita tertawa bersama, senang
bersama, hingga sedih juga bersama. Sungguh indah masa – masa itu.
Ketika kita bertemu di kelas untuk yang terakhirkalinya, engkau
melakukan itu lagi, kau meneteskan air matamu lagi. Kali ini aku mulai
mengerti mengapa engkau lakukan itu setiap ada kata “perpisahan”.
Guruku…………
Mungkin
engkau bukanlah manusia yang sempurna. Aku teringat ketika engkau
memarahi aku. Tetapi, aku anggap itu adalah sebuah perilaku yang sangat
bijaksana untuk mengingatkanku kembali ke jalan yag benar. Memang,
emosimu kadang – kadang tidak terkontrol. Tetapi penyebab itu semua
adalah kami. Sungguh, bagiku, engkau merupakan sosok manusia yang hampir
sempurna
Sekarang, aku sudah beranjak dewasa. Alhamdulillah, aku
bisa melewati masa – masa mencari identitas diriku dengan baik. Itu
semua berkat jasa – jasamu, guruku. Kau senantiasa mengingatkanku untuk
solat lima waktu di masjid, shaum sunnah senin – kamis, bahkan hingga
solat lail. Ini semua yang mengawal masa remajaku hingga berjalan dengan
baik.
Guruku…………
Betapa luarbiasanya jasa – jasamu. Engkau
sangat cerdas saat memposisikan dirimu. Kadang, bertindak seperti orang
tua yang selalu membimbing dan mengayomi. Di lain sisi, engkau bisa
berperan sebagai seorang sahabat yang selalu siap memberi dukungan dan
solusi atas setiap masalah yang ada kapan saja. Bahkan, di luar jam
sekolah.
Rangkaian doa – doa yang tulus selalu mengalir dari
bibirmu selalu menyertai setiap langkah dalam hidupku. Harapan – harapan
yang terbaik selalu kau tanamkan dalam jiwaku.Nilai – nilai “Kejujuran “
selalu kau patrikan dalam sanubariku. Bahkan tantangan demi tantangan
engkau berikan padaku agar kelak aku menjadi manusia yang tegar dan
mandiri. Yaitu “Manusia yang tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh
panas”.
Guruku…………
Terkadang aku sedih melihat nasibmu.
Manakala ada siswa berprestasi engkau tidak pernah tampil sebagai
pahlawan. Namun sebaliknya, manakala ada siswa berprilaku buruk maka
semua tangan menunjukmu sebagai biang keladinya. Bahkan, manakala ada
oknum guru yang khilaf (kekerasan pada siswa), seperti yang terjadi
beberapa waktu yang lalu maka seantero nusantara akan mengetahuinya
lewat media massa. Hal ini tentulah tidak adil. Ibarat kata pepatah,
“Nila setitik rusaklah susu sebelanga”
Ya Allah, berikanlah guruku
ini kesabaran dalam menghadapi semua ujian dan tantangan. Danberikanlah
pula kekuatan untuk terus dapat menyebarkan ilmunya. Berkahilah
rizkinya agar dia bisa berjuang terus dengan optimal.Lindungilah
keluarganya agar dia mampu melindungi anak didiknya.Panjangkanlah
umurnya supaya mereka bisa terus mencetak pemimpin – pemimpin masa depan
yang cerdas dan berhati nurani,kelak pada gilirannya akan menggantikan
pemimpin kotor yang sedang merajalela saat ini. Semoga masa depan
bangsa ini menjadi seperti apa yang kita semua harapkan.Amien.
Guruku…………
Dengan
mengingat semua“Jasa-jasamu”, aku lama termenung memikirkan cara yang
terbaik untuk membalasnya sekaligus mengimbanginya. Namun ternyata
selalu saja kandas.Hadiah dan ungkapan terima kasih tidaklah cukup untuk
menebus semua itu……………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar