Dera Nur Anggraini bayi berusia 7 hari akhirnya mengembuskan napas terakhir Sabtu kemarin (16/2) |
Dera Nur Anggraini bayi berusia 7
hari akhirnya mengembuskan napas terakhir Sabtu kemarin (16/2) akibat
gangguan saluran pernapasan karena ditolak rumah sakit lantaran orang
tuanya tidak memiliki biaya. Ada 10 rumah sakit yang didatangi sang
kakek dan ayah untuk menolong nyawa Dera.
Diceritakan ayah Dera, Elias
Setionugroho (20), anaknya lahir pada Minggu (11/2) malam dengan cara
operasi caesar di RS Zahira, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Namun rupanya
anak kembarnya tersebut terlahir di bawah normal dengan berat 1 kilogram
dan mengalami gangguan pernapasan.
Karena tidak mempunyai alat untuk merawat Dera, pihak rumah sakit menyarankan keluarga untuk mencari rujukan.
Awalnya Elias bersama Herman
sang kakek menuju RS Fatmawati, namun saat sampai di rumah sakit
tersebut pihak rumah sakit menyatakan bahwa ruangan penuh.
Tidak patah arang, akhirnya
Herman berserta Elias menuju RSCM untuk mencari ruang perawatan dan
operasi, namun lagi-lagi setelah menunggu hingga pagi hari, rumah sakit
menyatakan bahwa ruangan penuh.
"RS Fatmawati, katanya
ruangannya enggak ada, RSCM nunggu dari jam 4 sampe 6 pagi baru dapat
masuk, saat itu pendaftaran tutup dari pada pulang, pagi kita tanya ke
kasir, kita tanya ke ICU, sampe kita kasihin rujukan ke rumah sakit, 15
menit dateng bilangnya penuh," kata Elias saat ditemui di kediamannya,
Jalan Jati Padang Baru RT 14/ RW 06, Pasar Minggu, Senin (18/2).
Tidak mau anaknya telantar,
Herman dan Elias kemudian pergi menuju RS Harapan Kita. Saat sampai,
keduanya kemudian memberikan surat keterangan tidak mampu kepada pihak
rumah sakit. Namun setelah menunggu, pihak RS Harapan Kita mengatakan
bahwa kamar juga penuh dan mengatakan kenapa keduanya yang membawa bukan
pihak rumah sakit yang memberikan rujukan.
Usaha terus dilakukan, hingga
selasa akhirnya Herman sang kakek mencari RS Pasar Rebo berharap cucunya
bisa segera ditolong. Namun lagi-lagi pihak RS Pasar Rebo menolak
karena kamar rawat tidak tersedia.
Keesokan harinya, sang kakek
mencoba RS Harapan Bunda Pasar Rebo, saat di sana, Herman sempat
ditanyai uang muka sebesar Rp 10 juta sebagai biaya perawatan dan belum
termasuk operasi.
"Beberapa harinya dicari lagi
yaitu RS Pasar Rebo, Harapan Bunda Pasar Rebo hari ketiga, Kita ditanyai
DP, minimal harus punya uang 10 juta, operasinya beda lagi, kalau
operasinya enggak bilang," kata Herman.
Usai dari Pasar Rebo, Herman dan
Elias kemudian mencari rumah sakit lagi, rumah sakit berikutnya yaitu
RS Asri, RS Tria Dipa, RS Budi Asih, RS JMC dan terakhir RS Pusat
Pertamina.
Namun lagi-lagi, rumah sakit
tersebut juga menolak. Di RS Pertamina, Sang kakek Herman langsung
ditawari oleh petugas soal pembayaran, mau uang muka atau langsung
tunai. Agar cucunya bisa dirawat, Herman kemudian mengatakan bahwa
pembayaran akan dilakukan tunai, namun justru pihak rumah sakit
beralasan kamar rawat penuh.
"Waktu itu petugas nanyain ke
saya bapak mau DP atau cash, supaya saya dapat itu saya bilang cash, pas
bilang cash dia bilang udah penuh, alasannya sama bilang penuh," papar
Herman.
Karena tidak kunjung mendapatkan
rumah sakit, Dera pada Sabtu kemarin akhirnya meninggal dunia.
Sedangkan saudara kembarnya, Dara saat ini masih menjalani perawatan di
RS Tarakan dan baru masuk malam tadi. Herman dan ayahnya, Elias siang
ini kembali ke RS Tarakan untuk menemui Dera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar