Pada
suatu hari, ketika Hasan al-Bashri thawaf di Ka’bah, Makkah, beliau
bertemu dengan seorang pemuda yang memanggul keranjang di punggungnya.
Beliau bertanya padanya apa isi keranjangnya. “Aku menggendong ibuku di
dalamnya,” jawab pemuda itu. “Kami orang miskin. Selama
bertahun-tahun, ibuku ingin beribadah haji ke Ka’bah, tetapi kami tak
dapat membayar ongkos perjalanannya. Aku tahu persis keinginan ibuku
itu amat kuat. Ia sudah terlalu tua untuk berjalan, tetapi ia selalu
membicarakan Ka’bah, dan kapan saja ia memikirkannya, air matanya
bergelinang. Aku tak sampai hati melihatnya seperti itu, maka aku
membawanya di dalam keranjang ini sepanjang perjalanan dari Suriah ke
Baitullah. Sekarang, kami sedang thawaf di
Ka’bah! Orang-orang mengatakan bahwa hak orangtua sangat besar. Pemuda
itu bertanya, “Ya Imam, apakah aku dapat membayar jasa ibuku dengan
berbuat seperti ini untuknya?” Hasan al-Bashri menjawab, “Sekalipun
engkau berbuat seperti ini lebih dari tujuh puluh kali, engkau takkan
pernah dapat membayar sebuah tendanganmu ketika engkau berada di dalam
perut ibumu!”
******
“Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia”
***
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya
Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
*********
:: Kisah diambil dari buku Pencerah Mata Hati Karya Sheikh Muzaffer Ozak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar