Menuntut atau Mempelejari Ilmu Agama merupakan bagian dari
ibadah, dimana setiap muslim diperintahkan untuk mempelajarinya,
masing-masing sesuai kemampuan yang Allah berikan padanya.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan tentang Keutamaan Menuntut/Mempelajari Ilmu Agama ini, ada baiknya kita melihat dulu postingan kami yang dulu yaitu Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilmu Agama dan Menyebarkan Ilmu Agama dan Keutamaannya, karena kedua artikel tersebut sangat erat kaitan nya dengan apa yg akan kita bahas sekarang ini.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (artinya) :
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (Hadits sahih,
diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya : Anas bin Malik, Ibnu
Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri
Radhiyallahu Anhum.
Lihat : Sahih al-jami : 3913)
Disamping hukum wajibnya menuntut ilmu syar’i, Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu,
yang seharusnya sebagai seorang muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut
sebagai penyemangat lalu berusaha mengisi waktu-waktunya dengan
mempelajari kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Sebab hal itu akan menjadi pedoman hidup seorang hamba yang
mengharapkan hidayah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu dia berkata :
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (artinya) :
"Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).” [1]
Hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya kedudukan ilmu agama dan
keutamaan yang besar bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam
an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhush Shalihin [2], pada pembahasan “Keutamaan Ilmu” mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama.
Imam An-Nawawi berkata : “Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama)
dan keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu.” [3]
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalaani berkata : “Dalam hadits ini terdapat
keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas
semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu
lainnya.” [4].
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini adalah :
1. Ilmu yang disebutkan keutamaannya dan dipuji oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah ilmu agama. [5]
2. Salah satu ciri utama orang yang akan mendapatkan taufik dan kebaikan
dari Allah Ta’ala adalah dengan orang tersebut berusaha mempelajari dan
memahami petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam agama Islam. [6]
3. Orang yang tidak memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu agama akan
terhalangi untuk mendapatkan kebaikan dari Allah Ta’ala. [7]
4. Yang dimaksud dengan pemahaman agama dalam hadits ini adalah
ilmu/pengetahuan tentang hukum-hukum agama yang mewariskan amalan
shaleh, karena ilmu yang tidak dibarengi dengan amalan shaleh bukanlah
merupakan ciri kebaikan. [8]
5. Memahami petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan benar merupakan penuntun bagi manusia untuk mencapai
derajat takwa kepada Allah Ta’ala. [9]
6. Pemahaman yang benar tentang agama Islam hanyalah bersumber dari
Allah semata, oleh karena itu hendaknya seorang muslim disamping giat
menuntut ilmu, selalu berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala
agar dianugerahkan pemahaman yang benar dalam agama. [10]
Berikut ini kami menyebutkan beberapa Keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah :
1. Ilmu adalah cahaya.
Allah Ta’ala berfirman (artinya) :
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan
mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan
seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah : 5-6)
Kedua ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan
sebagai cahaya yang membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya
menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang
hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba
menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari
kegelapan, kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju
kepada cahaya tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.
Oleh karenanya, jika seseorang lebih condong mengikuti hawa nafsunya,
gemar melakukan kemaksiatan, yang menyebabkan hatinya menjadi gelap,
maka ilmu akan sulit menempati hati yang gelap tersebut, sulit menghafal
ayat-ayat Allah dan men-tadabburi-nya, sulit menghafal hadits-hadits
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, memahami dan mengaplikasikan
dalam kehidupannya, sebab tidak akan mungkin berkumpul dalam satu hati
antara kegelapan maksiat dengan cahaya ilmu.
2. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari
ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba
tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan
yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya.
Seperti yang tercantum dalam sabda Rasulullah dari Muawiyah bin Abi
Sufyan Radhiallahu diatas bahwa “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan
kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamanya.”
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptakan makhluk-Nya dalam
kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka
siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah,
dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.” [11]
Saudaraku Muslim...!
Jadilah orang-orang terbaik yang dimuliakan Allah Azza Wajalla, dengan berusaha mempelajari agama Allah dan mengajarkannya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (artinya) :
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya." [12]
3. Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah Azza Wa jalla
Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali
zikir kepada Allah dan amalan-amalan ketaatan, demikian pula seorang
yang alim atau yang belajar.” (HR. Tirmidzi (2322), Ibnu Majah (4112), dihasankan Al-Albani dalam sahih al-jami’, no :1609)
Berkata Al-Munawi dalam menjelaskan hadits ini : “Dunia terlaknat,
disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan
kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu
mengikuti hawa nafsunya.” [13]
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah : “Setiap amalan yang
dilakukan seorang hamba yang tidak berbentuk ketaatan, ibadah dan amalan
saleh maka amalan tersebut merupakan amalan yang batil, sebab dunia ini
terlaknat dan terlaknat segala isinya kecuali sesuatu yang dilakukan
karena Allah, meskipun amalan batil itu menyebabkan seorang meraih
kepemimpinan dan harta, maka seorang pemimpin bisa menjadi Firaun, dan
seorang yang gila harta bisa menjadi Qarun.” [14]
Maka dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan menjadikan seorang
hamba yang masuk kedalam kelompok yang akan meraih ridha-Nya, dan
selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.
4. Menuntut Ilmu, jalan menuju surga.
Disebutkan dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (artinya) :
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim : 2699)
Hadits ini menerangkan bahwa seorang yang keluar untuk menuntut ilmu, akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga.
Mengapa demikian ? Ya, tatkala seorang muslim mempelajari agamanya
dengan penuh keikhlasan, maka dia akan dimudahkan untuk memahami mana
yang baik dan mana yang buruk, antara yang halal dan yang haram, yang
haq dan yang batil, lalu dia berusaha mengamalkan apa yang telah ia
ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia menggabungkan antara ilmu dan
amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbingan Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, maka dia menjadi seorang hamba yang diridhai-Nya, dan tiada
balasan dari Allah Ta’ala bagi hamba yang diridhai-Nya melainkan surga.
Banyak kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu agama itu
hanya tugas para santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu ini
merupakan persepsi yang salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan
untuk mempelajarinya, sebagaimana yang telah kita sebutkan dari hadits
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Hadits ini menjelaskan bahwa balasan yang Allah berikan kepada hambanya
setimpal dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia menempuh
jalan untuk mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari
kebinasaan, maka Allah menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya
tersebut. [15]
5. Ilmu lebih utama dari ibadah.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (artinya) :
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’ [16].” (HR.
Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman
Radhiyallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih Al-jami’ : 4214)
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah,
seperti keutamaan bulan dimalam purnama dibanding seluruh
bintang-bintang.” (HR. Abu Dawud (3641), Ibnu Majah (223), dari hadits Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu)
Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara menuntutnya,
atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding
amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan yang
lainnya. Bukan yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan bagian dari
ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling
mulia, bahkan bagian dari jihad fi sabilillah.
Berkata Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah : “Aku tidak mengetahui ada satu
ibadah yang lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.” (Jami’ bayanil ilmi, Ibnu Abdil Bar : 227)
Beliau juga berkata : “Tiada satu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu jika niatnya benar.” (Jami’u bayanil ilmi : 119)
Berkata Abu Darda’ : “Barangsiapa yang menyangka bahwa berangkat
menuntut ilmu bukan amalan jihad, maka sungguh ia telah kurang pandangan
dan akalnya.” (Miftahu daris sa’adah : 1/122)
Masih banyak lagi keutamaan ilmu yang dijelaskan di dalam Al-qur’an dan
Sunnah, namun semoga yang sedikit ini menjadi pemicu semangat kita untuk
berusaha menggali warisan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang
penuh berkah ini.
Semoga Bermanfa'at...!!
Catatan Kaki :
[1] HR. Al-Bukhari (no. 2948) dan Muslim (no. 1037).
[2] 2/463- Bahjatun Naazhiriin.
[3] Syarah Shahih Muslim (7/128).
[4] Fathul Baari (1/165).
[5] Lihat keterangan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaiman dalam kitab al-Ilmu (hal. 9).
[6] Lihat kitab Miftaahu Daaris Sa’aadah (1/60).
[7] Lihat kitab Fathul Baari (1/165) dan Miftaahu Daaris Sa’aadah (1/60).
[8] Lihat kitab Miftaahu Daaris Sa’aadah (1/60).
[9] Lihat kitab Syarah Shahih Muslim (7/128) dan Faidhul Qadiir (3/510).
[10] Lihat Bahjatun Naazhiriin (2/463).
11 (HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no :
2642, Ibnu Hibban (6169), Al-Hakim dalam mustadrak (1/84), dari hadits
Abdullah bin Amr bin Ash. Disahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah
(3/1076)
[12] HR. Bukhari (4739), dari Utsman Bin Affan Radhiyallahu Anhu.
[13] Tuhfatul ahwadzi : (6/504).
[14] Majmu’ fatawa : (8/76).
[15] Lihat Miftahu Daris sa’adah, Ibnul Qayyim : 71.
[16] Wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan memudaratkan kehidupan akhiratnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar