JAKARTA (voa-islam.com) -
Dalam dialog Kenegaraan DPD bertema 'Pembubaran BP Migas untuk
Kemakmuran Rakyat?' pada 21 November 2012 lalu, Sutan Bhatoegana
tersulut emosinya, ketika Adhie Massardi, Koordinator Gerakan Indonesia
Bersih mengatakan migas menjadi ajang korupsi mafia migas yang
dilindungi rezim SBY.
Mendengar
itu, Sutan melontarkan pernyataan kalau pemerintahan Gus Dur
dilengserkan karena terlibat skandal korupsi Buloggate dan Bruneigate.
Pernyataan
Sutan itu langsung mendapat kecaman dari elemen Nahdlatul Ulama di
berbagai daerah. Bahkan berbagai aksi demonstrasi pun digelar untuk
mengutuk Sutan Bhatoegana yang telah dianggap menghina Gus Dur.
Tak
ketinggalan, Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Timur menyatakan akan
melaporkan Sutan Bhatoegana ke Mabes Polri. Jika dalam waktu 1x24 jam
sejak hari ini, Rabu (28/11), dia tidak menyampaikan permintaan maaf
secara terbuka kepada keluarga besar Abdurrahman Wahid, Ansor dan warga
Nahdatul Ulama (NU).
"Kami
akan tunggu, jika dia (Sutan) tidak menyampaikan permintaan maaf,
segera besok kami laporkan ke Mabes Polri atas dugaan fitnah terhadap
Gus Dur," kata Ketua GP Ansor Jawa Timur, Alfa Isnaeni, di Kantor
Pimpinan Pusat GP Ansor, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(28/11/2012).
Anehnya
sikap GP Ansor yang membela Gus Dur itu tak terlihat saat umat Islam
di berbagai daerah melakukan protes atas penghinaan Nabi Muhammad dalam
film Innocence of Muslim.
Bahkan
ormas yang kerap menjaga gereja dan pasang badan melindungi Ahmadiyah
ini juga tak bersuara ketika mendiang Gus Dur dahulu pernah menghina
Al-Qur’an sebagai kitab paling porno.
Sekedar
mengingatkan, peristiwa pelecehan itu bermula ketika dalam sebuah
wawancara yang dirilis dalam situs Islam Liberal, dengan beraninya Gus
Dur menghina Al-Qur‘an sebagai kitab suci terporno di dunia.
“Sebaliknya menurut saya. Kitab suci yang paling porno di dunia adalah
Al-Qur’an, ha-ha-ha...” katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Melihat fenomena tersebut, ustadz Fauzan Al-Anshari menyatakan bahwa sikap itu merupakan bentuk ashobiyah.
“Itulah tanda ashobiyah
(fanatisme golongan) bagi siapa saja yang hanya marah karena
golongannya dihina,” kata aktivis Masyarakat Peduli Syariah (MPS) itu
kepada voa-islam.com, Rabu (28/11/2012).
Ia
menambahkan, boleh saja marah jika yang dihina adalah orang yang mulia.
“Kalau memang orang yang dihina itu mulia pantas untuk marah, tetapi
kalau yang dihina itu memang hina ya tidak perlu marah, kalau marah maka
dia jahiliyah (bodoh),” imbuhnya.
Dengan
bijak ustadz Fauzan pun menyampaikan nasehatnya bahwa seorang muslim
harusnya marah karena Allah dan cinta karena Allah, hal itu dibuktikan
ketika ayat-ayat Allah dilecehkan.
“Seharusnya
seorang Muslim marah karena Allah dan cinta karena Allah dibuktikan
dengan marah jika ayat-ayat Allah atau sunahnya dilecehkan orang. Nabi
sendiri tidak marah dikatakan majnun (gila) tukang sihir, penyair dan lain-lain oleh kafir Quraisy tapi Nabi marah jika ayat-ayatNya diledek,” terangnya.
Terakhir ia mengingatkan bahwa dengan nama Ansor seharusnya menjadi penolong agama Allah bukan penolong Gus Dur.
“Kalau namanya Anshor itu maknanya penolong agama Allah seperti terdapat dalam Surat Ash-Shaff ayat 14:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ
قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآَمَنَتْ طَائِفَةٌ
مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ
آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
Hai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah
sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya
yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk
menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:
“Kami lah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani
Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan
kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka,
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
Jadi Ansor itu bukan penolong Gus Dur atau tokoh manapun, jika bersalah harus dihukum karena manusia tidak ada yang ma'shum,” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar