"...para pasukan Myanmar tidak menembak warga karena satu peluru yang ditembakkan sangat berharga. Para pasukan justru mengubur warga etnis minoritas itu hidup-hidup..."
ATJEHCYBER | ISTANBUL -
Relawan Turki dari Foundation for Human Rights and Freedoms and
Humanitarian Relief (IHH) dan para jurnalis yang mengunjungi Negara
Bagian Arakan, Myanmar, menceritakan kisah mengenaskan yang terjadi pada
Muslim Rohingya. Pelanggaran HAM di wilayah itu dinilai sudah sangat
berat.
Relawan IHH mengutip
pernyataan-pernyataan dari ribuan warga Rohingya yang baru saja tiba di
Bangladesh. Said Demir, relawan yang sudah mengunjungi Arakan sebanyak
30 kali mengatakan, dunia masih terdiam dalam menyikapi kekerasan
terhadap Rohingya.
Demir menyaksikan seorang
perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengajukan pertanyaan
ke warga Rohingya tentang situasi di Arakan. Namun pertanyaan itu
diajukan olehnya di depan Pemerintah Myanmar. Warga Rohingya itu pun
tidak berani mengatakan hal yang sebenarnya terjadi, karena mereka takut
diancam mati.
Sementara itu jurnalis dari
kantor berita AHaber, Fatih Er, mengatakan bahwa Pemerintah Myanmar
memotong aliran listrik di wilayah Arakan dan para pasukan pun
diperintahkan untuk menembak siapapun yang bergerak. Fatih
mendeskripsikan hal itu sebagai peristiwa yang sangat mencekam.
"Saya bukanlah seseorang yang
emosional, namun situasi di wilayah ini sangat mengejutkan," ujar Fatih
Er, dalam keterangan tertulis IHH seperti yang liris Okezone, Selasa
(31/8/2012).
Jurnalis dari media Turki
lainnya, Osman Sagirli, juga melaporkan, 400 ribu warga Rohingya
terpaksa melarikan diri dari rumahnya Namun PBB melaporkan, jumlah warga
yang eksodus mencapai 22 ribu.
"Bocah 12 tahun merengek dan
memohon pada saya dengan mengatakan, 'selamatkan kami.' Ini merupakan
realita di sebuah wilayah dan di manakah PBB? Sebagai seorang jurnalis
saya sudah sering memasuki kamp-kamp pengungsi namun krisis yang
terburuk ada di wilayah ini," ujar Sagirli.
Para relawan dan jurnalis itu
menggelar konferensi pers di IHH Center, Istanbul, Turki. Lewat
konferensi pers itu, disimpulkan bahwa ada banyak pelanggaran HAM berat
yang terjadi di Arakan, Myanmar.
Pelanggaran HAM itu antara lain
adalah, pembantaian, penahanan, penyiksaan, diskriminasi etnis dan
religi, pencabutan kewarganegaraan, serta pengusiran warga Muslim
Rohingya. Selain itu, ada pula, larangan bepergian, larangan menikah,
penghancuran kultur dan nilai-nilai adat, serta tekanan yang dilakukan
warga Budha Myanmar terhadap Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar